My Annoying Lecturer (I Love You)
"Nggak mau! Aisyah nggak mau di jodohkan!" teriak gadis bernama Aisyah. Ia sudah muak dengan permintaan ayahnya yang selalu memintanya untuk menerima perjodohan itu.
"Kenapa kamu selalu menolak saat ayah ingin menjodohkan kamu?" tanya sang ayah tak habis pikir.
"Kenapa ayah selalu memaksa Aisyah untuk dijodohkan?" balas Aisyah tak mau kalah.
"Tuh, lihat anak kamu Bu. Selalu saja menjawab setiap kali ayah bicara," adu Husein kepada sang istri.
Aisyah mencebik kesal, selalu saja seperti ini. Ayahnya selalu memaksa dia untuk menikah dengan lelaki yang bahkan tidak di kenalnya. Entah sudah yang ke berapa kali ayahnya menawarkan perjodohan padanya, dan selalu di tolaknya.
Aisyah hanya ingin mencari pasangan yang ia cintai dan sesuai kriterianya, apalagi saat ini dia juga sudah mempunyai kekasih.
"Kamu dengar Aisyah, ini semua demi kebaikan kamu ..."
"Kebaikan Aisyah atau kebaikan ayah!" potong Aisyah cepat. Selalu saja itu alasan yang disebutkan sang ayah, demi kebaikan dirinya. Kebaikan yang mana yang ayahnya maksud, Aisyah sendiri pun tak tahu.
"Kamu ..." geram Husein.
Rasanya sudah lelah Husein menghadapi sikap keras kepala Aisyah yang selalu menolak setiap perjodohan yang dibuatnya.
"Ayah, sudah. Jangan terbawa emosi, ingat jantung ayah," ucap Aminah mengingatkan sang suami.
Wanita paruh baya itu dengan lembut mencoba menenangkan suaminya. Dia selalu menjadi penengah antara suami dan putrinya yang tidak pernah sependapat.
"Aisyah, turutilah kata-kata ayahmu nak. Ini semua juga demi kebaikan kamu," tutur Aminah lembut pada putrinya.
"Tapi Bu, Aisyah kan masih kuliah. Lagian Aisyah sudah punya pacar," tolak Aisyah.
"Putuskan dia! Sampai kapan pun ayah tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan lelaki itu," ucap Husein tegas.
"Enggak! Sampai kapanpun Aisyah nggak akan pernah mutusin Reno. Aisyah cinta sama dia, Yah."
"Tapi dia bukan lelaki yang baik buat kamu," kata Husein yang mulai melembutkan suaranya. "Menikahlah dengan laki-laki pilihan ayah, nak," bujuk Husein agar Aisyah mau menuruti permintaannya.
"Nggak Yah, pokoknya Aisyah nggak mau menikah sama laki-laki pilihan ayah. Titik!"
"Aisyah!" bentak Husein. Pria paruh baya itu sudah mulai habis kesabaran. Ia merasa sangat sulit membujuk anak bungsunya yang keras kepala itu.
"Kalo ayah sama ibu tetap ngotot mau menikahkan Aisyah sama laki-laki yang nggak Aisyah kenal, lebih baik Aisyah pergi dari rumah ini."
"Aisyah. Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu nak," tegur Aminah.
"Biarkan saja Bu, kalau memang dia ingin pergi dari rumah ini. Biar dia rasakan bagaimana susahnya hidup di luaran sana tanpa orang tua. Selama ini dia selalu di manja makanya jadi keras kepala dan sulit di atur seperti sekarang."
"Ayah ngusir Aisyah?" tanya Aisyah tak percaya.
"Bukan ayah yang ngusir kamu, tapi ayah hanya ingin mengabulkan keinginan kamu."
Aisyah kecewa, tak menyangka jika ayahnya akan benar-benar mengusirnya dari rumah. Padahal Aisyah hanya menggertak saja supaya dia tidak di jodohkan.
"Baik. Kalau begitu Aisyah akan pergi dari rumah ini," ucapnya lalu berbalik dan berjalan menuju kamarnya.
Namun, langkahnya harus terhenti saat mendengar ucapan ayahnya.
"Tinggalkan semua kartu dan kunci motor yang ayah berikan sama kamu."
Aminah menutup mulutnya tak percaya, dia tak menyangka jika suaminya akan membiarkan putri mereka pergi dari rumah tanpa uang sepeserpun. Sementara Aisyah mengepalkan kedua tangannya. Ia marah dan kecewa pada sang ayah yang begitu tega pada dirinya.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Aisyah langsung pergi menuju kamarnya. Tak lama kemudian, Aisyah kembali keluar dengan membawa satu buah koper dan tas selempang miliknya.
"Ini ATM, kartu kredit sama kunci motornya. Aisyah pergi!" ujarnya kemudian pergi begitu saja dari rumah itu.
"Aisyah! Tunggu nak," panggil Aminah.
Wanita paruh baya itu pun mendekati anaknya dan mencoba untuk membujuknya sekali lagi.
"Jangan pergi nak, tolong pikirkan baik-baik."
"Maaf Bu, Aisyah sudah memikirkannya matang-matang. Aisyah tetap akan pergi, assalamualaikum."
Tanpa menoleh sedikitpun pada kedua orangtuanya, Aisyah terus berjalan hingga kakinya benar-benar keluar dari rumah itu.
Aminah menangis melihat putrinya yang pergi dari rumah, sedangkan Husein hanya diam saja di tempatnya sambil memperhatikan punggung putrinya yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya.
...****************...
"Ayah jahat! Ayah tega sama anak sendiri, ibu kecewa sama ayah." Aminah menangis sesenggukan melihat putrinya yang pergi dari rumah. Ibu dua anak itu juga merasakan kekecewaan pada sang suami yang terlalu keras kepala dan egois menurutnya, padahal jika sang suami bisa mengalah sedikit saja. Pertengkaran itu tidak akan terjadi dan Aisyah tidak akan pergi dari rumah.
"Ayah bukannya jahat, Bu. Lagian ayah melakukan ini untuk kebaikannya juga. Ayah yakin sekali, Aisyah tidak akan betah tinggal di luaran sana. Palingan dua hari lagi dia juga bakalan balik lagi ke rumah." Dengan entengnya Husein berkata, seolah-olah kepergian Aisya dari rumah itu bukanlah sesuatu hal yang berarti baginya.
Aminah benar-benar kecewa dengan sang suami, dia pun beranjak dari duduknya dan pergi dari sana meninggalkan Husein yang tetap duduk di tempatnya sambil menatap kepergian sang istri.
Sementara itu, di lain tempat dan waktu yang sama, Aisyah berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan tempat dia tinggal. Aisyah nekat pergi dari rumahnya tanpa membawa uang sepeserpun. Ayahnya benar-benar tega padanya. Sejak dulu ia memang tak pernah cocok dengan sang ayah yang memiliki watak keras, sama seperti dirinya. Jika sudah berkata 'A' maka itulah yang harus terjadi. Aisyah yang notabene adalah gadis yang tidak suka diatur dan selalu membangkang pada ayahnya, harus rela di usir dan semua fasilitas yang ia miliki pun harus ia ikhlaskan dan di minta kembali oleh sang ayah.
Tadinya Aisyah sempat bingung dan tak tahu harus tinggal dimana. Dia sudah mencoba menghubungi Reno, tapi ponsel lelaki itu tak bisa dihubungi sama sekali. Tiba-tiba terlintas satu nama dalam benaknya, yaitu Shella. Sahabatnya sejak SMA. Akhirnya Aisyah mencoba menghubungi sahabatnya itu dan minta untuk di jemput di lokasi tempat dia berada. Begitu tiba di rumah Shella, ia pun menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Gila lo emang ya, nekat banget sih pergi dari rumah tanpa uang sepeserpun. Untung ada gue, kalo nggak, mau tinggal di mana lo? Kolong jembatan?" cecar Shella tak habis pikir.
"Sialan lo! Bukannya prihatin sama gue malah di ledek," keluhnya pada Shella, sahabatnya. "Kalo bukan karena bokap yang ngusir gue, nggak bakalan gue mau pergi gitu aja," lanjutnya Aisyah membela diri.
"Lagian elo juga sih, pake membantah omongan orang tua segala. Di usir kan jadinya."
"Ya mau gimana lagi Shel, bokap terus-terusan jodohin gue sama cowok yang sama sekali nggak gue kenal. Kalo tuh cowok ternyata mukanya jelek, perutnya buncit terus kepalanya botak, gimana?" Aisyah bergidik ngeri membayangkan laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. "Lagian gue udah punya Reno, dan gue cinta mati sama dia," lanjutnya.
Mendengar Aisyah menyebutkan nama Reno, tiba-tiba Shella teringat kejadian yang dilihatnya beberapa hari yang lalu. Shella bingung, apakah dia harus mengatakannya langsung kepada Aisyah? Atau dia simpan sampai nanti Aisyah mengetahuinya sendiri?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Rash1417
silahkan kakak ☺️
2024-05-26
0
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor /Smile/
2024-05-25
1