NovelToon NovelToon
Istri Untuk Alan

Istri Untuk Alan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:84.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Red Lily

🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹

Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.

Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh dan Terlelap

🌹VOTE🌹

AUTHOR POV

Hari ini, sebelum kepergiannya yang entah menuju ke mana. Inanti datang ke kentor polisi untuk melihat keadaan Bapak. Dan disana, dia tersenyum saat dibawa aparat kepolisian. Mereka terhalang kaca, tapi terasa sangat dekat.

"Inanti…. Gimana kabar kamu, Sayang?"

"Alhamdulilah baik, Bapak gimana?"

"Alahamdulillah."

Kini, Inanti melihat wajah tua keriputnya semakin jelas. Sendu dan mulai beruban. Bapak memakai kopiah, dan kaos tahanan. Namun, matanya terlihat bersinar, seolah ada sesuatu yang telah lepas.

"Inan bawakan makanan untuk Bapak, nanti di makan ya."

"Gimana cucu-cucu Bapak? Sehat?"

Inanti memegang perutnya yang terhalang kerudung. "Alhamdulilah sehat, Pa. Kemaren abis di periksa."

"Perkiraannya kapan lahiran?"

Inanti mengingat kembali sesaat. "22 hari dari sekarang."

"Wah, bagus. Udah beli apa aja?"

Inanti terdiam, memikirkan apa yang dipertanyakan. Sebenarnya, belum banyak yang Inanti beli. Hanya beberapa baju yang Inanti samakan tapi dibedakan lewar warna, kaos kaki, popok, bedak, kayu putih dan selimut. Untuk yang lain, Inanti belum membelinya. Keluar rumah saja membuatnya malas, ibu hamil maunya rebahan terus.

"Beberapa baju, Pa."

"Cuma baju?"

"Engga kok banyak, masa Inan harus sebutin semua."

Bapak malah tertawa. "Gimana Alan?"

Pertanyaan yang tidak pernah luput dari Bapak adalah tentang sosok ini. Dia terus mempertanyakan Alan, bagaimana keadaannya, atau sikapnya pada Inanti.

"Alhamdullilah dia sehat kok."

"Baik sama kamu?"

Maafkan Inanti berbohong, ini demi kebaikan.

"Baik, Alhamdullilah."

"Syukur kalau begitu, Bapak senang kalian rukun."

Inanti hanya tersenyum. "Bapak sendiri bagaimana?"

"Bapak sedang memperdalam ilmu agama, ada Ustadz yang selalu datang tiap minggu. Bapak jadiin kesempatan buat belajar."

Inanti tersenyum. Meskipun masih ada tatto di tangan Bapak, dan juga rambutnya yang panjang terikat, Inanti melihat jelas perubahannya di matanya yang mulai menua.

"Bapak keluarnya masih lama, kamu yang sabar ya."

"Iya, Bapak yang harusnya sabar, ini ujian dari Allah."

"Bapak gak anggap ini ujian, Nan. Bapak anggap ini hikmah dan jalan keluar."

Ya, Inanti mengerti apa yang Bapak maksudkan. 

Beliau melanjutkan, "Jika hal ini tidak terjadi, Bapak tidak akan pernah bisa merasakan ketakutan pada Allah, jalan ini yang menuntun Bapak untuk semakin dekat dengan-Nya."

Mata Inanti berair, Bapak benar-benar berubah. "Bapak suka ngaji? Mau Inan bawakan al-Quran?"

"Ada, Nan. Bapak dikasih kok. Kalau boleh mah, tolong bawakan saja buku-bunya islami ya? Bapak denger Alan di rumahnya punya perpustakaan pribadi."

Inanti mengangguk cepat. "Iya, Pa, nanti Inan bawakan ya."

Inanti mencoba menahan air mata, sampai petugas datang dan berkata, "Waktu kunjungan sudah habis."

"Tunggu Bapak keluar ya," ucap Bapak sebelum dibawa oleh petugas.

Tanpa memberitahu Bapak, bahwa hari ini Inanti sudah berkemas dan pergi dari rumah Alan.

🌹🌹🌹

Inanti terdiam di warung Mbo Maemunah, menunggu Alan sambil memegang ponsel jadul. Dia bilang hendak memberikan bunya nikah di sini, tapi kemana dia? Tidak kunjung datang.

Sampai akhirnya Inanti memberanikan diri menelponnya. Tanpa disangka dia mengangkatnya.

"Hallo, Assalamualikum. Kak ini Inan, Kakak dimana?"

'Saya baru aja keluar, kamu ke sini aja.'

Ke sini? Dia gila. Dirinya nyamperin dia gitu?

"Inan ada di depan halte Universitas."

'Kalau kamu mau nunggu ya nunggu aja, saya ada urusan soalnya.'

Dia menutup telpon, membuat Inanti mendesah pelan. Benar saja, menunggunya selama lebih dari satu jam di sini. Urusan apa yang sedang dia lakukan?

Akupun memutuskan menemuinya. Gedung pasca sarjana ada di dekat kantor direktorat, menjulang tinggi. Dan Inanti tahu kelas Alan ada di lantai dua.

Beberapa orang yang melihatnya menatap kasihan, sinis, bermacam-macam pokoknya, sepertinya wajahnya familiar di kalangan orang-orang ini.

Seakan kebetulan, Inanti melihat Alan ada di ujung tangga yang Inanti naiki. Sedang memainkan ponsel, dia tampan seperti pertama Inanti melihatnya.

"Kak," kata Inanti membuatnya menatap ke arah istrinya.

"Kenapa kamu ke sini?"

"Kakak yang nyuruh."

Dia menghela napas, belum juga Alan bicara, ada yang memanggilnya. "Alaaaaann…."

Seorang wanita keluar dari ruang kelas, Vanesa terkejut melihat keberadaannya di sana. "Ngapain loe di sini?"

"Mau ambil buku nikah."

"Kamu nyuruh dia ke sini, Al?"

Alan terdiam. "Saya ambil dulu."

Meninggalkan Inanti dan Vanesa. Gedung ini lebih sepi dari gedung S-1, banyak kesepian dan hanya beberapa yang berlalu lalang. Inanti tidak suka mendapat tatapan tajam dari Vanesa, dia mendekat mengintimidasi.

"Loe kemanain gaun gue?"

"Udah Inan perbaiki, Kakak bisa ambil di rumah."

Vanesa berdecak. "Makannya, kalau ga kebeli jangan pake barang orang, *****."

Inanti diam, sampai Vanesa merebut benda dalam genggamanku, itu adalah jam milik Bapak.

"Kak!"

"Punya siapa nih? Om-om? Loe abis jual diri?"

"Kembaliin!"

Vanesa mengangkat tinggi tangannya. Dan tanpa kasihan, dia melemparkan jam itu ke arah tangga. Inanti tidak terima. Saat Inanti berbalik hendak mengambil jam itu, Inanti merasakan seseorang menginjak gamisnya. Membuatnya terjatuh berguling di atas tangga. 

Inanti tidak bisa merasakan apa-apa, semuanya gelap. Mata Inanti terbuka, tapi tidak ada yang Inanti lihat. Waktu seolah berhenti, semuanya seakan bergerak dengan pelan. Napasnya terengah, angin yang bergerak pelan pun bisa Inanti rasakan.

Namun, Inanti mendengar kalimat yang Alan ucapkan, "Inanti, sadar, Nan. Kita akan ke rumah sakit. Terjaga, Nan, buka mata kamu."

🌹🌹🌹

tbc

1
Nafiz
bikin ngakak oma2...bc wlo pun dah ber kali2 ga bosen...
Nafiz
seneng n bahagia banget ya kalo punya mertua baik n pengertian...
Betbet 2580
Luar biasa
Memyr 67
𝗽𝗲𝗻𝗮𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻. 𝗸𝗮𝗹𝗮𝘂 𝗶𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗸𝘂𝗹𝗶𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗮𝘀𝗮𝗸, 𝘁𝗿𝘂𝘀, 𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗰𝗶𝘁𝗮 𝗰𝗶𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮?
Memyr 67
𝗰𝗮𝗿𝗶 𝗺𝗮𝘁𝗶 𝗴𝘂𝗻𝘁𝘂𝗿. 𝗼𝗺 𝗼𝗺 𝗱𝗮𝗵 𝘁𝘂𝗮 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗸𝗶𝗻 𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿, 𝗺𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗮𝗸𝗶𝗻 𝗹𝘂𝗰𝗸𝗻𝘂𝘁
Memyr 67
𝗽𝗲𝗻𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗮𝗽𝗮 𝗹𝗮𝗴𝗶? 𝗳𝗮𝗸𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘃𝗮𝗻𝗲𝘀𝘀𝗮 𝘆𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗻𝘂𝗵 𝗮𝗻𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗹𝗮𝗻. 𝗮𝗽𝗮 𝘃𝗮𝗻𝗲𝘀𝘀𝗮 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝗻𝘆𝗲𝘀𝗲𝗹 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗶𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶 𝗰𝗲𝗹𝗮𝗸𝗮 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗮𝗻𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗮𝘁𝗶?
Memyr 67
𝗵𝗺𝗺𝗺 𝘁𝗲𝗿𝗻𝘆𝗮𝘁𝗮 𝗮𝗻𝗱𝗿𝗶𝗮 𝗶𝘁𝘂 𝗰𝗼𝘄𝗼𝗸.𝘀𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝗾𝗸𝗶𝗿𝗮 𝗰𝗲𝘄𝗲𝗸, 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗱𝗲𝗹𝗶𝘀𝗮 𝗺𝗮 𝘃𝗮𝗻𝗲𝘀𝘀𝗮
Memyr 67
𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗮𝗮𝗳, 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝘁𝘂𝗹𝘂𝘀 𝗱𝗲𝗹𝗶𝘀𝗮. 𝗰𝘂𝗺𝗮 𝘀𝘂𝗽𝗮𝘆𝗮 𝗷𝗮𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻 𝗮𝗷𝗮, 𝘆𝗴 𝗯𝗿𝗮𝗿𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗷𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗶𝗸𝘂𝘁 𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻 𝗱𝗼𝗻𝗸.
Memyr 67
𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗸𝗼𝗸 𝗯𝗲𝘁𝗮𝗵 𝘁𝗲𝗺𝗲𝗻𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗸𝗲𝘁 𝗺𝗮 𝗰𝗲𝘄𝗲𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗺𝘂𝗹𝘂𝘁 𝗽𝗲𝗱𝗮𝘀 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗱𝗲𝗹𝗶𝘀𝗮?
Lala_lela067
udah lebih 10kali baca ini, tapi tetep nyesek😭
Memyr 67
𝗯𝗲𝗻𝘂𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗹𝘂𝗮𝗿𝗴𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗮𝗸𝗵𝗹𝗮𝗸. 𝗺𝗮𝘂 𝗸𝗲𝗿𝗷𝗮 𝗹𝗮𝗴𝗶, 𝗻𝗴𝗴𝗮𝗸 𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗮𝗮𝗳 𝗱𝘂𝗹𝘂 𝗸𝗲 𝗶𝘀𝘁𝗿𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗮𝗹𝗮𝗻.
Memyr 67
𝗲𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿, 𝘁𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗸𝗲𝗷𝘂𝘁𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗮𝗹𝗮𝗻
3sna
itu apakabarnya laptop sm usaha inan thor,,masak dl sialan masuk kerumahnya gk tau ada bhn2 bwt inan bikin usaha,,apa othornya lupa ya
3sna
bisa gk thor itu kt2ny diganti gila apalh yg gk pantes diomongin ke suaminya
3sna
maknya gk pernh kemakam anaknya adam
3sna
kamu juga inanti,sesudah adam mati baru ngmbil sikap kan,,
3sna
lha 2,,ibu udh meninggl trus satu lg sp y
3sna
disini inan agak ngeyel yaa
Memyr 67
𝗮𝗹𝗹𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗿𝗶𝗯𝗮𝗱𝗶𝗮𝗻 𝗴𝗮𝗻𝗱𝗮
Khairunnisa Zf india best of the best
kejadian sama seperti saya .saya tinggal karir demi anak dan suami .demi meraih berkah Allah dan menjadi istri Soleha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!