"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nggak Boleh Gitu 12
"Ditrian, besok-besok nggak boleh ya begitu. Menyelinap masuk ke kamar orang lain terlebih itu perempuan tanpa izin, itu perbuatan buruk. Nggak boleh diulangi lagi,"ucap Drake. Saat ini dia tengah mendisiplinkan Ditrian setelah mereka semua melakukan sarapan.
"Tapi kan aku cuma mau ketemu sama Mbak Lulu. Didit takut karena ini tempat baru, jadi Didit ke kamar Mbak Lulu,"sahut Ditrian sambil meremass kesepuluh jari tangannya dengan kepala yang menunduk.
Haaah
Drake membuang nafasnya kasar, usia mental Ditrian yang seperti anak-anak ini membuat pria itu tak tahu harus bicara bagaimana. Terlebih saat ini memang hanya Luaticia yang dipercaya oleh Ditrian.
"Papa tahu, tapi tetep nggak sopan, Nak. Ditrian kalau mau masuk ke kamar orang harus izin. Nggak boleh tiba-tiba masuk gitu, itu bisa dibilang perbuatan jahat,"ucap Drake, dia berusaha memberi penjelasan semampunya yang mungkin bisa diterima oleh sang putra.
"Oh gitu, jadi harus izin dulu ya. Kalau diizinin sama Mbak Lulu, Didit boleh dong tidur sama Mbak Lulu?" ujar Didit dengan wajah polosnya.
Ya?
Drake terkejut mendengar jawaban sang putra. Dia tak lagi bisa menanggapi ucapan itu karena tidak mungkin dia mengiyakan seorang pria dan wanita tidur dalam satu kamar yang sama sebelum mereka memiliki ikatan pernikahan.
"Ya Tuhan berikan hamba mu ini kesabaran. Ditrian, Ditrian, dulu aku menyuruhmu pacaran kamu yang nolak. Sekarang kamu terang-terangan mau tidur sama gadis, haaah," gumam Drake lirih.
Ditrian yang mendengar gumaman sang ayah hanya menatap lurus karena tidak mengerti apa maksudnya.
Akhirnya Drake membawa Ditrian ke ruang keluarga. Di sana sudah ada Dhea, Virya, Vindra dan juga Luaticia. Dengan cepat Ditrian lansung menghampiri Luaticia dan duduk di sebelah gadis itu sambil menggamit lengan. Vindra yang masih belum terbiasa dengan sikap Ditrian itu tentu masih membuka mulutnya lebar-lebar alias menganga.
"Mami, kenapa dia kayak gitu. Itu beneran Ditrian kah?" bisik Vindra tepat di telinga Virya.
"Haah, Mami juga belum teribasa dengan ulah anak itu. Tapi ya mau gimana, memang keadaannya demikian,"sahut Virya sambil mendengus. Dia pun sampai saat ini masi bingung apakah adiknya ini benar-benar amnesia atau hanya pura-pura. Tapi sejauh ini dia melihat, Ditrian sungguh dalam keadaan yang tidak normal.
Bukan hanya Virya dan Vindra yang masih belum terbiasa dengan sikap Ditrian, Dhea dan Drake pun begitu. Ditrian yang sangat menempel kepada Luaticia yang merupakan seorang gadis sungguh di luar nalar mereka.
"Lulu, apa selama ini kamu tidak kesulitan dengan tingkah Ditrian?" tanya Virya membuka pembicaraan.
"Kalau boleh jujur, sebenarnya sulit juga, Bu Virya. Pertama saat Didit ah Tuan Muda Ditrian terbangun, kami pikir akan bisa tahu dari mana asalnya, tapi ternyata tidak. Yang kami dapatkan Tuan Ditrian malah merengek dan sikapnya seperti anak-anak. Kami memanggil dokter setempat dan berkata bahwa kemungkinan besar Tuan mengalami hilang ingatan. Setelah itu, Tuan Ditrian sangat menempel pada saya. Kemana saja saya pergi dia ikut. Dan kadang juga sedikit sulit karena setiap menginginkan sesuatu dia akan merengek. Hahaha, saya sangat merasa lucu jika mengingatnya. Membayangkan tubuh Tuan Ditrian yang tinggi besar tapi merengek di tepi jalan saat saya tidak bisa memberikan apa yang dia inginkan, sungguh lucu,"ungkap Luaticia.
Semua yang mendengarkan cerita Luaticia sangat takjub karena gadis itu bisa menjaga dan memahami Ditrian dengan baik.
Dan benar, pasti sangat lucu melihat Ditrian yang merengek dengan tubuh besarnya itu.
"Saya juga minta maaf, karena saya tidak bisa selalu memenuhi apa yang diingikan Tuan Ditrian,"ucap Lulu lagi.
Dhea menggelengkan kepalanya dengan cepat. Luaticia sudah sangat baik dan sabar dalam menghadapi Ditrian. Faktanya Ditrian begitu dekat dengan Luaticia dan merasa nyaman.
Kalau dipikir, siapa yang akan tahan dengan sikap Ditrian. Jika Ditrian benar-benar anak kecil mungkin akan jadi cerita yang berebeda. Akan tetapi faktanya Ditrian adalah seorang pria dewasa berusia 27 tahun.
"Jangan meminta maaf, nak. Kami yang seharusnya meminta maaf padamu, dan juga berterimakasih karena sudah menjaga Ditrian. Dan lagi, kamu nggak perlu manggil Ditrian dengan panggilan Tuan. Panggil aja senyaman kamu. Didit, begitu kan kamu memanggilnya?" ucap Dhea. Dia tidak ingin membuat Luaticia canggung di sini.
"Baik Bu Dhea, saya akan melakukannya. Tapi sampai kapan kiranya saya harus ada di sini?" itulah pertanyaan yang sejak pertama menggelayut dalam hati Luaticia. Dia jelas tidak mungkin tinggal di sini selamanya.
"Mbak, Mbak mau pergi? Kalau Mbak pergi, aku ikut. Aku nggak mau ditinggal, hiks."
Eh?
Semua orang langsung menatap ke arah Ditrian yang tiba-tiba merengek dan menangis. Padahal Luaticia tidak mengatakan bahwa dirinya akan pergi.
"Eh, Mbak nggak pergi kok. Mbak kan di sini sama Didit. Jadi jangan nangis ya?" bujuk Luaticia sambil mengusap kepala Ditrian.
"Woaaah, gila. Ini beneran gila, kayaknya aku harus ngeabadiin momen ini deh buat dikasih dia pas udah sembuh nanti,"gumam Vindra. keponakan Ditrian itu tentu sangat takjub melihat Ditrian yang begitu luluh terhadap wanita yang bernama Luaticia itu. Dia tahu betul bahwa Ditrian selama begitu dingin terhadap wanita maka dari itu pemandangan ini sangat langka.
Dan benar saja, Vindra mengeluarkan ponselnya lalu mengambil beberapa gambar bahkan juga video.
"Janji ya Mbak Lulu nggak pergi ninggalin Didit,"ucap Ditrian sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya, Mbak janji,"sahut Luaticia dengan senyum kakunya. Saat ini dia sangat malu karena semua keluarga pria yang bersikap sepeti bocah itu memandanginya.
"Nak, itu bisa kita bicarakan nanti. Sekarang kami minta tolong ke kamu buat nemenin Ditrian ketemu dokter. Dia harus diperiksa secara menyeluruh,"pita Drake. Memang benar Ditrian harus mendapat pemeriksaan agar apa yang terjadi pada dirinya bisa diketahui dengan jelas.
"Baik Pak, saya akan peri bersama Didit,"saut Luaticia. Ini adalah bagian dari tugasnya menjadi pengasuh Ditrian.
"Vin, Opa minta tolong bantu Ditrian buat siap-siap ya?"kali ini Drake meminta kepada sang cucu.
"Oke Opa,"sahit Vindra dengan sigap sambil berdiri.
"Nggak mau, Didit maunya sama Mbak Lulu aja,"sahut Ditrian cepat.
Lagi-lagi ucapan Ditrian membuat semua orang terperanjat. Mereka semua masih bingung dengan sikap Ditrian ini.
Sedangkan Luaticia, gadis itu tersenyum. Dia lalu meraih tangan Ditrian dan meminta pria itu untuk menatap matanya.
Dengan lembut Luaticia berkata, "Kan Didit udah besar. Kalau udah besar, itu harus udah bisa ganti baju dan siap-siap sendiri. Nah kalau udah besar juga, kan nggak boleh kalau tubuh Didit dilihat oleh orang lain terutama wanita. Mbak kan wanita dan Didit laki-laki, jadi nggak boleh. Maka dari itu yang akan bantu Didit adalah Kak Vindra. Itu nggak apa-apa karena Kak Vindra adalah keluarga Didit. Nurut ya."
"Oh gitu, oke deh. Ayo Kak Vindra bantu Didit siap-siap,"sahut Ditrian.
Vindra yang masih terbengong hanya mengangguk dan mengikuti Ditrian yang sudah berjalan menuju ke kamar lebih dulu.
"Waah hebat cewek itu bener-bener hebat,"gumamnya pelan.
TBC
semoga Didit ngomong ke keluarga pas di rumah, apa yg dirasakan ke Steven tadi