NovelToon NovelToon
MENGANDUNG BENIH SI BOSS

MENGANDUNG BENIH SI BOSS

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pernikahan rahasia / Perjodohan / CEO / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:214
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Mira tiba-tiba terjebak di dalam kamar hotel bersama dengan Angga—bosnya yang dingin, arogan, dan cuek. Tak disangka, setelah kejadian malam itu, hidup Mira benar-benar terbawa oleh arus drama rumah tangga yang berkepanjangan dan melelahkan.
Mira bahkan mengandung benih dari bosnya itu. Tapi, cinta tak pernah hadir di antara mereka. Namun, Mira tetap berusaha menjadi istri yang baik meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan. Hingga suatu waktu, Mira memilih untuk mundur dan menyudahi perjuangannya untuk mendapatkan hati Angga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUKAN TIPE GUA

"Siapa yang menginterview kamu?" tanya Angga dengan tegas.

"Pak Deva," sahut Mira sekenanya.

"Deva?" Mata pria itu terbelalak seketika.

"Kamu tidak boleh masuk di perusahaan itu! Jangan bekerja di kantor si Deva!" pekiknya.

"Why not? Pak Deva orangnya baik, dia juga santun. Bahkan dalam menginteview para pelamar, dia juga sangat sopan." Mira mendengus sebal.

"No, no, no, kamu gak boleh sekantor dengan Deva! Titik!" Angga menyorot wajah istrinya dengan geram.

Mira menarik nafas dengan panjang.

"Bapak Angga tidak punya hak dalam mengatur karir saya! Bapak sudah memecat saya, kan? Itu artinya Bapak sudah tidak berhak sok bossy kepada saya!" sahutnya dengan geram.

"Mira ...! Aku ini suamimu!" Angga mencengkram kedua bahu Mira dengan kuat.

Saat itulah tubuh dan wajah mereka saling berdekatan. Melihat wajah istrinya dari jarak yang sangat dekat, membuat Angga menjadi gerogi tanpa sebab. Dia jadi ingat bagaimana malam itu dirinya mengecup dan melumat bibir tipis itu.

"Pergilah!" Pria itu tiba-tiba menghempaskan tubuh istrinya dengan kesal. Mira sempar meringis dan mengusap bekas cengkraman suaminya.

Mira pun segera keluar dari mobil Angga, dan bergegas masuk ke kantor barunya.

"Dasar suami sinting!" sungutnya dengan kesal.

"Sebentar baik, sebentar gila! Sebentar perhatian, sebentar sinis!" Mira terus menggerutu di hari pertamanya bekerja di kantor Deva.

*****

Seharian penuh Angga merasa begitu pusing bahkan sangat frustasi. Entah kenapa, bayangan Mira seperti sangat mengusik pikirannya. Berulang kali dia menelpon Mira tapi tidak diangkat. Dia berkirim pesan banyak sekali, tapi tak ada balasan dari istrinya.

"Awas kau! Jangan ember lho ya sama Deva!"

"Jangan bocorin soal keuangan perusahaanku kepada Deva!"

"Jangan banyak bicara dan jangan sering-sering mengobrol dengan Deva!"

"Jangan cerita kalau hubungan kita gak jelas!"

"Kamu harus akting, dan tunjukin kepada Deva kalau kita ini adalah pasangan yang harmonis. Paham?!"

"Jangan kecentilan!"

"Jangan makan berdua dengan Deva, nanti kamu dikasih obat tidur terus diperkosa!"

"Jangan bahas apapun tentang pernikahan kita! Ingat ya, JANGAN BAHAS APAPUN!"

"Jangan mau semobil dengan Deva!"

"Nanti aku jemput!"

"Mir ...!"

"Mira ...!"

"Anjay gua dikacangin!"

"Mir, kamu baik-baik aja, kan?"

"Mir ... kamu tidak membuka rahasia pernikahan kita, kan?"

"Mir ... kamu masuk kerja di sini lagi deh! Balik saja sini ke kantorku!

"Aku mencabut pemecatan terhadapmu!"

"Mira ... Mira ... woi ...!"

Masih tidak ada jawaban.

BRUAK

Angga memukul mejanya dengan keras, sehingga para karyawan saling terkejut, tak terkecuali si Rika, sekretarisnya.

TOK TOK TOK

"Masuk ...!"

"Apakah Bapak butuh kopi atau sejenisnya?" Rika bertanya kepada bossnya dengan ramah.

"Jam berapa ini Rik!" Angga malah memekik.

"Jam dua, Pak," kata Rika.

"Kamu tahu jam berapa Mira pulang?" Angga terlihat begitu kesal.

"Biasanya jam empat, Pak. Kalau ada meeting ya molor sampai jam enam." Rika menimpali.

"Kenapa pakai acara meeting segala?" Pria itu kian meradang.

"Lhah? Semua perusahaan kan memang begitu, Pak. Di sini juga begitu. Kami pulang jam empat, kalau ada meeting ya pulang jam enam. Mira kan sedari dulu juga sering pulang jam enam kalau lembur akhir bulan untuk menyelesaikan laporan yang dikirim ke email Bapak itu." Rika merasa heran dengan sikap bossnya.

"Oh iya, kah?" Angga pun clingukan dan merasa malu dengan sendirinya.

"Iya, Pak," sahut sekretaris seksi itu.

"Ya sudah, saya mau kopi!" Pria itu pun mendengkus.

****

Tepat jam 4 sore, Angga sudah bersiap menunggu Mira di depan kantor baru istrinya itu. Dia menunggu hingga cukup lama ..., lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, hingga tiga puluh menit. Tapi Mira tak kunjung keluar. Angga menelpon istrinya berulang kali tapi tak kunjung diangkat.

"Dia itu kemana sih? Pasti sengaja membuatku kesal!" dengusnya sambil keluar dari mobil dan masuk ke dalam kantor Deva.

Saat itulah terlihat Mira sedang berjalan keluar dengan Deva, boss barunya.

"Pak Angga?!" Mira tertegun.

"Ayo pulang!" Angga segera menarik lengan Mira dengan kasar.

"Jangan kasar begitu kepada wanita." Deva menjeda. Dia tidak tega melihat Mira diperlakukan begitu kasar.

"Minggir lah! Jangan ikut campur! Gua tidak suka ada orang luar ikut campur dalam urusan rumah tangga gua!" Angga mendesis sebal.

Deva pun terdiam. Dia paham itu bukan ranahnya.

"Mir! Sekarang kamu harus ikut pulang bersama dengan saya. Kalau tidak, Papa akan mengurangi gaji bulananmu dan juga kiriman untuk ibumu!" Angga berbicara dengan nada penuh ancaman.

"Pak Angga! Anda tidak bisa memaksa saya seperti ini. Saya bukan barang dan bukan robot! Saya sedang sibuk bekerja dan saya tidak bisa pulang sekarang!" Mira berusaha melepaskan cengkraman tangan suaminya.

Tapi, Angga semakin erat dalam memegangi lengan istrinya yang tidak pernah ia cintai.

"Mira ...! Aku bilang —" Perkataan Angga menggantung di udara.

PROK PROK PROK PROK.

"Oh, jadi ini wanita norak yang lo nikahin karena insiden di hotel itu?" Seorang pria tiba-tiba muncul dari belakang mereka dan bertepuk tangan. Dia adalah Reno, rekan kerja Deva sekaligus rival Angga juga.

"Reno, jaga ucapanmu. Jangan membuat onar di tempat kerja," kata Deva.

"Haiissshh ...! Ini kan candaan kite biasanya, hehehe. Santai, Boss." Reno terkekeh.

"Selera loe gini amat, Ngga! Ck ...!" cibirnya seraya melayangkan tawa kuda ke hadapan Angga.

"Loe merebut Carla dari gua, dan kini loe menikah dengan cewek norak ini? Cih! Pantesan loe jarang ngumpul bareng kite-kite ..., loe sekarang jadi jinak karena dikekepin perempuan model begini?," tandasnya.

Reno terlihat sangat mengejek dan merendahkan lawan bicaranya. Ada tatapan penuh kebencian yang terpancar dari sepasang netranya.

Angga tertawa. "Eh, sorry ..., Mira ini bukan selera gua! Loe tahu kan bagaimana selera gua? Yang modelan begini ... bukan selera gua, paham! Kalau pun kami menikah, yaah ... begitulah perjodohan," kelakarnya tanpa memikirkan perasaan istrinya.

"Ya iya lah ...! Kebangeten banget kalau selera loe kampungan dan norak begini!" Reno kembali terkekeh.

"Reno!" teriak Deva.

"Reno benar, kok, Dev! Pernikahan kami lebih mirip seperti pernikahan kontrak," sahut Angga dengan pelan, tapi cukup menusuk palung hati Mira.

DEGH ...!

Mira terpaku. Hatinya terasa sangat sakit ketika mendengar perkataan suaminya seperti itu. Dia cukup tau diri bahwa dirinya memang tidak pernah dicintai oleh Angga. Tapi, setidaknya Mira berharap bahwa suaminya itu masih memiliki hati nurani.

"Gua nggak punya minat sama cewek modelan seperti ini. Ini bukan tipe gua dan bukan selera gua. Lu lu pada, jangan ngarang cerita dan jangan asal ngomong. Pernikahan kami hanyalah pernikahan kontrak demi urusan perusahaan. Jadi, jangan terlalu berasumsi berlebihan kalau kalian masih ingin hidup!" Angga melanjutkan ocehannya dengan dada membusung.

"Sudah cukup ngocehnya?!" Mata Mira membeliak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!