My Way

Dimana putri ku sekarang? apa dia baik-baik saja? apa dia tinggal di tempat yang layak? apa dia bisa makan dengan semestinya?

Nyonya Freya melayangkan tatapan jauh ke atas cakrawala, manik matanya pun kembali berkaca-kaca.

"Mom ..., ini sudah siang, kenapa belum juga menyentuh makanan? kau harus minum obat juga vitamin yang telah di resep kan oleh Ellen, bukan?" Benedict berjongkok sembari menatap wajah sang ibu yang nampak pucat dalam satu Minggu terakhir.

"Pergilah ke kantor Benedict! kau sudah beberapa hari ini bekerja dari rumah demi menjaga ku! mom baik-baik saja!" Nyonya Freya berucap lembut sembari mengusap pipi sang putra.

"Mom ...,"

"Bella lebih memilih menginap di apartemen! jika saja daddy mu tak mengusir putri ku, mungkin diriku tak akan kesepian seperti ini sekarang! hanya Lona yang selalu setia menemani diriku sebelumnya."

Perkataan dari lisan Nyonya Freya seketika membuat Benedict tertunduk lesu.

"Mom, aku akan membawanya kembali! aku akan berusaha untuk menjaga nya mom!"

"Tidak Ben! kau sibuk dengan perusahaan juga instruksi dari daddy mu! bagaimana bisa kau menjaga Bellona? putri ku yang malang ...," wanita itu kembali terisak dengan begitu dalam.

Sialan kau Logan! bisa-bisanya kau membuat saudariku mengalami kehidupan seperti ini?

Benedict mengepalkan telapak tangan wajahnya nampak serius dengan sorot mata tajam.

****

Sebenarnya kemana pria ini ingin membawaku pergi? kenapa rasanya hanya berputar-putar dari tadi.

"Katakan Tuan! apa kau benar-benar ingin belajar bermain piano dariku? atau kau hanya ingin mempermainkan ku?" Bellona akhirnya membuka suara karena Rafayel tak kunjung menemukan tempat tujuan mereka.

"Mempermainkan mu? apakah boleh Nona?"

Astaga semoga saja diriku memiliki kesabaran lebih untuk menghadapi pria ini Tuhan.

"Saya serius Tuan! kemana sebenarnya kita akan pergi? ini sudah lebih dari satu jam, tapi Anda hanya berputar-putar!"

"Mmmmmm ..., aku hanya ingin membuat suasana hatimu lebih rileks, Nona Ghelsi! aku tak ingin belajar piano dengan wajah muram yang sempat kau tampilkan tadi! that's bad vibes! aku tak menyukainya!" Rafayel berucap dengan wajah serius sembari tetap fokus memutar stir mobilnya.

"Anda justru hanya membuang-buang waktu, Tuan!"

"Aku suka membuang waktu dengan gadis seperti mu Nona!" pria itu kembali menatap Ghelsi dengan senyum tipis.

Apa maksudnya? kenapa dia terus bergurau seperti ini?

"Apa tempat tinggal mu cukup jauh dari area ini Tuan? "

"Tidak cukup jauh! hanya saja, tempat tinggal itu sedikit tak nyaman bagiku! jadi terkadang diriku memilih untuk kabur dari rumah."

"Tidak nyaman? apa orang tuamu memelihara singa atau semacamnya?"

Rafayel terkekeh sebelum akhirnya membuka suara,

"Keluarga ku bukan keturunan bangsawan dari Arab yang hobi memelihara binatang buas seperti itu Nona Ghelsi!"

"Oh I see! lalu-, kenapa kau tak nyaman berada di rumah sendiri?"

"Apa dirimu benar-benar tak mengetahui siapa diriku?"

Bellona menggeleng tanpa ragu,

Astaga! gadis ini sungguh kuper sekali! atau memang dia tak pernah menonton acara show di tv?

Rafayel turut menatap Bellona dengan tatapan dalam serta wajah kebingungan.

"A-awas!"

Teriakan Lona seketika membuat pria sipit itu menginjakkan kaki pada pedal rem kendaraan hingga menabrak pembatas jalan.

"Kau baik-baik saja?"

"Tak apa! terima kasih!" Bellona mengusap-usap dahi yang sempat terantuk pada telapak tangan Rafayel saat pria itu mencoba melindungi nya.

"Tolong berkendara lah dengan hati-hati Tuan! apa yang Anda pikirkan? saya sungguh bersyukur karena hari ini Tuhan masih bersedia menjaga nyawa kita!"

Lagi-lagi Rafayel tersenyum tipis saat mendengar celotehan dari bibir Bellona Ghelsi.

Apa dia gadis yang agamis? tapi terkadang kalimat nya bisa ketus sekali.

Setelah berkendara dengan tidak jelas lebih dari satu setengah jam menyusuri jalanan kota, Rafayel akhirnya memberhentikan kendaraan nya pada sebuah resto eksklusif.

Pria tampan dengan mata sipit itu kembali keluar dan membukakan pintu mobil untuk Bellona.

"Kenapa kita turun disini, Tuan?"

"Aku lapar! apalagi?"

Bellona kembali menghela nafas dalam sembari mengusap lembut area dadanya.

"Apa kau sedang menggoda ku Nona Ghelsi?" sudut bibir pria itu kembali tertarik dengan tatapan mata yang tertuju pada selat dada Bellona.

Plakkk

"Aaa'aaaww! kau ini, sikap mu sungguh susah ditebak Nona! kau adalah satu-satunya wanita menyeramkan yang pertama kali kutemui!"

"Menyeramkan? benarkah?" Bellona berucap dengan nada remeh.

"Apa kau pikir dengan menamparku itu sebuah tindakan yang manis? aaaiiiish! berdoa saja supaya diriku tetap bisa menahan diri!"

"Mau seberapa tertutup pun pakaian perempuan, jika yang dihadapinya merupakan pria yang memiliki otak mesum, sepertinya akan percuma!"

"Aaa-ah! ternyata kau pandai juga dalam bermain kata!"

"Padahal saya mengenakan hoodie! kenapa kau tetap saja menampilkan wajah mesum seperti itu Tuan Rafayel?"

"Justru karena lekuk tubuh mu itu tertutup dengan sempurna, diriku jadi semakin penasaran untuk bisa melihatnya Nona!" Rafayel membungkuk mendekatkan wajahnya serta memblokir jalan Bellona hingga gadis itu kembali memundurkan tubuhnya dan terduduk di dalam jog mobil.

Jika diriku memukul nya secara bertubi-tubi, apa kira-kira aku akan berakhir di penjara?

Tatapan insan yang sama-sama asing itu nampak menyatu meskipun tak ada pergerakan yang berarti dari keduanya.

"Apa kau terpesona padaku Nona?" Rafayel berucap lembut tepat didepan paras cantik Bellona yang hanya berjarak beberapa inci darinya.

"Pria konyol dibawah umur seperti mu? apa kau yakin bisa mengendalikan wanita seperti ku?" Bellona tersenyum tipis dengan nada bicara yang tak kalah sensual.

"A-apa? pria dibawah umur? apa maksudmu Nona?"

Rafayel kembali menegakkan gesture tubuhnya tanpa sadar hingga kepala nya terantuk bagian atap mobil karena salah tingkah, hal itu seketika membuat Bellona Ghelsi menahan tawa sekuat tenaga.

"Ayolah Tuan! perut ku juga sudah sangat lapar! setelah ini berjanji lah untuk menunjukkan kediaman mu! aku akan mengunjungi mu dan menjadi guru les piano terbaik untuk Anda! saya berjanji!"

Dia tersenyum padaku? astaga Nona Ghelsi.

Rafayel pun mematung seketika saat Ghelsi mengusap dada bidangnya dan berjalan melintas begitu saja memasuki area restoran.