Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Pesawat mendarat di Bandara Internasional Toronto Pearson.
Selim membopong tubuh Jihan dan membawanya turun dari pesawat.
Ambulans sudah menunggu menunggu mereka berdua.
Selim menaruh tubuh Jihan di atas brankar yang ada di dalam ambulans.
"Jihan, apa kamu mendengar suaraku?" tanya Selim sambil memeriksa keadaan Jihan.
"I-iya, aku mendengar suara kamu." jawab Jihan dengan suara lirih.
Sopir ambulans segera melajukannya menuju ke rumah sakit.
"Tekanan darahnya rendah sekali, dok." ucap perawat yang sedang memantau.
"Hamil kembar tiga memang resikonya sangat besar," ujar Selim.
Selim mencoba mengajak bicara Jihan agar tidak tidur.
"Jihan, dimana suamimu?" tanya Selim.
Jihan menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau ia tidak punya suami.
Ia tidak mau jika mereka bertiga tahu kalau Jihan berada di Kanada.
Selim menggenggam tangan Jihan dan menenangkannya.
"Apakah kamu ada saudara di Kanada?" tanya Selim.
"Tidak punya, aku kesini ingin mencari pekerjaan." jawab Jihan.
Selim menghela nafas panjang saat mendengar perkataan dari Jihan.
Sopir ambulans menghentikan mobilnya dan segera Selim dan perawat turun.
"Langsung ke ruanganku saja, " ucap Selim.
Perawat menganggukkan kepalanya dan mendorong ranjang Jihan ke ruangan Selim.
Mereka masuk ke dalam, perawat menyiapkan alat USG untuk memeriksa keadaan kandungan Jihan.
"Jihan, aku periksa dulu perut kamu."
Jihan hanya menganggukkan kepalanya, sementara itu perawat membuka separuh pakaian Jihan.
Selim memberikan gel dingin dan memeriksa keadaan si kembar.
"Aktif sekali mereka, Jihan." ucap Selim.
Jihan melihat ke arah monitor yang menunjukkan si kembar sangat aktif.
Ia langsung menangis sesenggukan dan merindukan sosok mereka bertiga.
"Ssshhh,, jangan menangis."
Selim meletakkan alat medis tersebut dan memeluk tubuh Jihan.
"Jihan, tarik nafas panjang. Jangan menangis lagi." pinta Selim.
Selim meminta perawat untuk meninggalkan mereka berdua.
Perawat mengangguk kecil sambil menutup pintu ruangan Selim.
"Jihan, ada apa sebenarnya? Suami kamu ada dimana? Apa dia menyakiti kamu?" tanya Selim dengan lembut.
Ia tidak mau memaksa Jihan untuk mengatakan apa yang terjadi.
"A-aku belum menikah, Selim." jawab Jihan.
Selim terdiam sesaat dengan mengernyitkan keningnya.
“Kamu hamil kembar tiga tanpa suami dan sendirian di negara asing,” gumam Selim.
"A-aku hanya ingin mereka aman dan anak ini juga aman," ucap Jihan.
Selim menghela nafas panjang dan meminta Jihan untuk tidak sudah menceritakan sekarang jika ia belum siap.
"Jihan, aku janji. Kamu akan aman bersamaku." ucap Selim.
Selim meminta perawat untuk masuk dan menyiapkan ambulans.
"Aku tidak bisa meninggalkan kamu sendirian disini, jadi untuk sementara waktu kamu tinggal di rumahku." ucap Selim.
"Selim, aku tidak mau merepotkan kamu."
"Kamu tidak merepotkan aku, Jihan. Kamu dan anak-anak yang terpenting sekarang." ujar Selim sambil tersenyum tipis.
Selim menyiapkan semuanya dan tak lupa ia membawa semua obat dan vitamin yang dibutuhkan oleh Jihan.
Tak berselang lama perawat datang dan membawa Jihan ke dalam ambulans.
Sementara itu di tempat lain dimana Adrian, David dan Yusuf masih mencari keberadaan Jihan.
"Apakah sudah ada kabar dari anak buah mu tentang keberadaan Jihan?" tanya Adrian.
"Mereka belum memberiku kabar sama sekali," jawab Yusuf dengan tangannya yang masih menggenggam ponselnya.
Yusuf sudah menyebarkan foto Jihan agar mempermudah pencarian.
“Tidak mungkin dia menghilang tanpa jejak. Jihan pasti meninggalkan sesuatu.”
“Kalau dia sengaja pergi, berarti dia nggak mau kita ikut campur.” ucap David.
“Kita ini keluarganya, David! Dia nggak bisa hadapi ini sendirian,” potong Adrian dengan nada tinggi.
Disaat mereka sedang mengobrol tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Yusuf membuka pintu dan melihat anak buahnya bersama lelaki asing.
"Tuan, dia yang mengantarkan Nona Jihan ke bandara."
Kemudian Yusuf mengajaknya masuk dan memintanya untuk duduk
"Siapa dia?" tanya Adrian sambil melihat lelaki itu membawa foto Jihan.
"Dia supir taksi yang mengantarkan Jihan," jawab Yusuf.
Adrian duduk di hadapan lelaki itu dan bertanya tentang keberadaan Jihan.
"Wanita itu masuk dengan kedalam taksi dalam keadaan menangis dan meminta saya untuk mengantarkannya ke bandara," ucap lelaki itu.
"Beri dia uang dan ayo kita berangkat ke bandara,"
Adrian langsung mengajak David dan Yusuf untuk menuju ke bandara.
David segera melajukan mobilnya menuju ke bandara.
Di tengah perjalanan Adrian menghubungi Mia untuk menanyakan apakah Jihan menghubunginya atau tidak.
"Mia, apakah kamu tahu dimana Jihan jika ingin menjauh dari masalah?" tanya Adrian.
"Jihan paling suka pergi ke Indonesia, Kanada dan Dubai. Di sanalah Jihan biasanya pergi untuk menyendiri." jawab Mia.
Adrian langsung menutup ponselnya dan ia mengatakan kepada mereka berdua tentang negara yang biasa dikunjungi oleh Jihan.
Perjalanan yang sepi membuat mereka lekas sampai di bandara.
Adrian, David dan Yusuf segera ke petugas bandara.
"Kami ingin memeriksa kemana perginya salah satu penumpang yang bernama Jihan." ucap Adrian.
"Maaf, Pak. Kami tidak bisa mengatakannya." ujar petugas tersebut.
Adrian yang tidak sabar langsung mengeluarkan senjatanya.
"Apakah kamu tidak mengenalku?!"
Semua orang yang ada disana panik melihat kegilaan Adrian.
"B-baik Tuan, mari ikut ke ruangan saya."
Adrian memasukkan senjatanya ke belakang pakaiannya.
Petugas masih merasakan jantungnya yang berdetak kencang.
"Siaap nama lengkap wanita tadi?" tanya petugas.
"Jihan hadid." ucap David.
Petugas langsung melakukan mengetik nama Jihan Hadid dan mulai pencarian.
Beberapa menit kemudian petugas melihat nama Jihan Hadid yang terpampang di layar komputernya.
"Jihan Hadid berada di Kanada," ucap petugas sambil memutar layar komputernya agar mereka bertiga bisa melihatnya dengan jelas.
"Terima kasih dan maaf soal tadi," ucap Adrian.
Mereka bertiga segera menuju ke landasan dimana jet pribadi mereka bertiga ada disana.
"Pakai jet pribadiku saja," ucap Yusuf.
"Pakai punyaku saja, Jihan membutuhkan tempat yang lebih luas." ujar Adrian.
David yang sedikit jengkel langsung memukul kepala mereka.
"Pakai jet milikku saja," ucap David dimana pilot, co-pilot dan pramugari telah siap.
Mereka langsung masuk ke jet pribadi milik David.
Pilot segera menerbangkan pesawat menuju ke Kanada.
Mereka berharap bisa menemukan keberadaan Jihan disana.
Disisi lain dimana Ambulan baru saja berhenti di rumah Selim.
Semua orang yang ada di dalam rumah Selim langsung keluar dan melihat Selim yang sedang turun dari ambulans.
"Selim, siapa dia? Kenapa kamu bawa wanita ini kerumah ini?" tanya wanita yang sepertinya istri atau tunangan Selim.
"Stela, aku mohon jangan ganggu aku lagi." ucap Selim.
Selim dan perawat membawa Jihan ke ruang tamu yang sudah disiapkan oleh Selim untuk merawat Jihan.
Perawat menaruh botol carian infus di tiang samping tempat tidur Jihan.
"Dokter Selim, kami pamit dulu." ucap perawat yang kemudian meninggalkan rumah Selim.
Selim menutup pintu kamar dan duduk disamping tempat tidur Jihan
