Creepy Camping

"sabar ya cep, nanti kita bisa keluar ko" ucap samud kepada anaknya yang sedang melayang layang di udara.

Kini samud sedang berjalan di lorong lantai bawah, ia sedang mencari jalan keluar.

JDUUAARR

Suara petir bersahutan di luaran sana di iringi hujan yang sangat deras. Samud yang sedang berjalan, tiba tiba jendela di sampingnya terbuka begitu saja, membuat jidat samud sejeduk oleh jendela tersebut.

"ADUHH..." Ringis samud, mengusap usap keningnya yang berdenyut nyeri.

"Jendelanya ko terbuka ke dalam ya?" Herannya menelisik jendela di depannya.

GRRRUUUNNGGG

Dari arah kejauhan, suara gergaji mesin kembali terdengar, membuat samud panik dan langsung loncat ke luar jendela.

Ia menaruh Cecep nya di saku baju lalu ia berlari kemana pun yang ia bisa, menerobos hujan yang dingin. Tadinya ia ingin kembali ke teman temannya dan mengajak kabur bersama ke jendela ini. Tetapi karena chainsawman itu, ia harus kabur sendirian.

"Sial, lari kemana dia?" Umpat orang yang membawa gergaji mesin tersebut.

"Sa, kejar dia!" Perintah chainsawman kepada sahabat di sebelahnya.

Orang yang di sebut sa itu mengangguk dan langsung meloncat keluar mengejar samud sambil membawa Kampak.

Samud bersembunyi di balik pohon bringin. Namun suara yang begitu familiar datang dari arah kejauhan.

"AHAHAHA HIHIHIHI HAHAHA" Setan itu berlari ke arah samud. Seperti biasa, berlari ngangkang dan leher di geol geolkan.

Samud yang ingin berlari kembali, tertahan oleh isi pikirannya. "Kalo gue ga kabur, bakal gimana ya?" Batinnya.

Alhasil samud hanya berdiam diri di balik pohon, menunggu setan itu mendekat ke dirinya.

Sekarang makhluk hitam itu ada di depannya, berdiam diri di jarak setengah meter.

Samud kebingungan, "ni setan, kok malah diem?" Batinnya

Ilustrasi

Setelah beberapa saat diam, akhirnya makhluk itu memberikan kertas menggunakan mulutnya.

Tanpa ragu samud menerima kertas itu, makhluk itu pergi menjauh dengan suara khasnya.

Kertasnya tidak terlalu basah karena hujan yang begitu deras terhalang oleh pepohonan yang rimbun, samud lalu membuka suratnya.

..."Hai aku Bella, aku adalah korban dari dia. Sebelumnya aku di perkosa oleh sahabat dari orang yang membawa benda bermesin, lalu aku di bunuh dengan cara leherku di gantungkan, dan tanganku di potong oleh benda mengerikan itu."...

..."AAWAASSSS DI DEKATMUU......"...

Samud refleks menoleh ke arah samping, dan..

BBAAKKK

Orang yang membawa Kampak hampir ingin memukul leher samud, namun dengan gesit samud menghindar membuat Kampak itu tertancap ke sebuah pohon.

Samud segera berlari yang tentunya orang itu mengejarnya. Mereka saling kejar mengejar, memasuki lebih dalam hutan.

Di tengah tengah berlarinya, samud memasukan kertas itu ke dalam saku celananya agar aman, walaupun celananya sudah basah.

Samud melihat ke belakang , orang itu tidak lagi mengejarnya. Tiba tiba ada yang menarik tangannya ke dekat pohon sedikit besar.

"Sssttt... Jangan berisik" ucap orang yang menarik samud, dengan jari telunjuk di dekat mulutnya.

Orang ini sepertinya masih muda, umurnya sekitaran tiga puluhan. Samud kebingungan, dengan raut muka bertanya tanya.

"Temen temen Lo di bunuh sama dia kan?" Ujar orang itu menunjuk ke arah rumah besar yang sudah tak terlihat lagi.

Samud hanya mengangguk, "ada apa ya kak?" Tanya samud kebingungan.

Orang itu menutup mulutnya Kaget dengan mata berbinar senang, yang tentu membuat samud semakin bingung.

"Baru kali ini gue di sebut kak" melas orang itu menepuk nepuk pundak samud dengan wajah terharu.

"Ha?" Ucap samud dengan wajah Cengo, "emang lebih sering di sebut apa?" Lanjutnya bertanya.

"Om" celetuk orang itu.

...🥀🥀...

"Bang Bima, Apa apaan sih!" Kesal Riyan menahan palu besi yang ingin memukul kepalanya.

"Lo harus mati!" Ucap orang itu yang di sebut Bima, Bima tetap kekeh ingin memukul Riyan memakai palu besi milik temannya.

Riyan membanting tangannya, membuat palu besi itu terlempar sangat jauh menghantam lantai kayu yang sudah tua.

"Sialan!" Kesal Bima, Bima mengambil gergaji mesinnya yang tadi ia simpan di bawah. Ia lalu menarik tali gergaji mesin dan mengarahkannya kepada Riyan.

Riyan dengan gesit menghindar, ia lalu berlari menjauh, chainsawman itu mengejarnya dengan gergaji mesin yang menyala.

"LO HARUS MATI, RIYANN!" Teriaknya menggelegar.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 tetapi karena hujan yang begitu deras, suasana semakin menyeramkan dengan rumah besar tersebut di tengah hutan yang sangat gelap, jadi seperti malam.

"LO PEMBUNUH BANG! GUE KECEWA SAMA LO!" Teriak balik Riyan menoleh ke belakang dengan keadaan yang masih berlari.

Riyan sebenarnya tidak mengetahui wajah si pembawa gergaji mesin itu, namun karena baju yang di pakai orang tersebut sama seperti Bima, maka ia mengira pembunuh itu adalah Bima.

Riyan menuruni tangga dengan cepat, Bima yang melihat Riyan menuruni tangga langsung mengodok saku celananya dan mengeluarkan kelereng lalu menaburkannya ke arah Riyan.

Riyan yang sedang panik, hampir terjatuh karena kelereng yang di taburkan Bima. Di saat Riyan lengah Bima menuruni tangga dengan cepat menghampiri Riyan.

Saat Bima ingin mendekatkan gergaji mesinnya ke tangan Riyan, Riyan telah di tarik oleh seseorang ke bawah tangga membuat gergaji mesin itu melesat.

"BAJINGAN! SIAPA YANG MENGGANGGU?!" Kesal Bima menggeram marah, Bima berjalan menuju bawah tangga untuk melihat siapa yang menarik Riyan.

Saat Bima belum sampai melihat orang yang menarik Riyan itu, orang tersebut langsung keluar.

Gilang keluar dari bawah tangga dengan di tangannya pisau masak milik Lidia, "sini Lo maju!" Tantangnya.

Tak lama Jaja dan Kiana keluar, dengan Jaja membawa pisau lipat, dan Kiana membawa balok kayu.

Di susul Riyan di belakang membawa kursi tua untuk memukul Bima. Mereka seperti ingin tawuran, yang padahal mereka sedang ingin melawan psikopat.

Bima terkekeh merasa lucu dengan mereka, yang akan kalah dengan dirinya membawa gergaji mesin.

"BERSIAPLAH KALIAN MATI DI TANGANKU!" Bima mengepalkan tangannya seakan akan meremas mereka berempat di tangannya.

Lalu Bima mengangkat gergaji mesinnya ingin menghantamkan gergaji itu ke mereka.

Mereka dengan cepat menghindar, Kiana memulai aksinya dengan memukulkan balok kayu ke punggung Bima.

Bima meringis, dengan sangat marah bima berbalik ingin mencabik cabik tubuh Kiana menggunakan gergajinya.

Riyan langsung melemparkan kursi ke tubuh Bima, tetapi Bima tidak terjatuh sama sekali. Dengan mata nyalangnya Bima menghampiri Riyan dan ingin memotong kepalanya.

"KIANA! LEMPAR GERGAJINYA!" pekik Jaja saat melihat Riyan akan di bunuh.

Dengan cepat Kiana melempar balok kayunya dan mengambil kursi untung ia lemparkan ke arah tangan Bima.

Tepat sasaran, gergaji itu terlempar jauh dengan keadaan yang masih menyala.