Angkasa Lu merupakan seorang ceo yang kaya raya, dan juga Arogan. Karena traumanya dia membenci wanita. Namun, karena permintaan sang kakek terpaksa dia melakukan kawin kontrak dengan seorang perempuan yang bernama Hana. Dan begitu warisan sudah ia dapatkan, maka pernikahan dia dengan Hana pun selesai. Akan tetapi belum sempat Angkasa mendapatkan warisan itu, Hana sudah pergi meninggalkan pria itu.
Lima tahun kemudian, secara tidak sengaja Angkasa di pertemukan dengan Hana, dan juga kedua anak kembarnya. Pria itu tidak tahu kalau selama ini sang istri telah melahirkan anak kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Suasana di ruang rawat Ciara menjadi ramai, di penuhi oleh keluarga besar Lu, Sabrina yang terus merengek mencari sepupunya itu, akhirnya mau tak mau Levi dan istrinya mengajak putrinya kerumah sakit.
"Cia...kamu kenapa? Aku caliin kamu di lumah uncle Angkaca tapi kamunya nda ada" tanya Sabrina.
"Kan kamu cudah lihat aku di lumah cakit, belalti aku cedang cakit, boneka Cablina. Begitu caja nda ngelti. Buat emoci olang aja kamu ini" jawab Ciara ketus.
Hidung Sabrina kembang kempis, Levi yang melihat hal itu segera menarik putrinya menjauh agar tidak terjadi pertengkaran. "Lepas papa, bial aku cubit mulut belacunnya itu, cudah di kacih cakit tapi keljaannya malah-malah telus. Nda cadal dili tuh olang" seru Sabrina tidak terima, ia mengayunkan kakinya berusaha menendang Ciara namun di cegah oleh ayahnya.
"Tidak telima kau lupanya, cini kamu, jangan campai aku ubah namamu dali boneka Cablina jadi boneka Anabelle, ya" balas Ciara dengan nafas naik turun. Kakinya berusaha menendang Sabrina, tetapi apa daya dirinya di atas ranjang, sehingga tidak sampai mengenai Sabrina.
"Sudah jangan marah-marah terus, nanti sakit mu tidak sembuh-sembuh. Memangnya kamu mau terus berada di rumah sakit" tegur Angkasa dan menghela nafas frustasi.
Kakek Lu bingung melihat cicitnya itu yang seperti Tom and Jerry. Padahal mereka sama-sama perempuan, tetapi keduanya sama-sama barbar.
"Tidak usah aneh kakek, dia memang seperti itu, kebiasaan menagih hutang soalnya" Ucap Xander melihat wajah bingung kakek Lu.
Kakek La mengangguk pelan, ia beralih melihat kearah Hana, "Hana kau yakin dia anaknya Angkasa? dia tidak tertukar di rumah sakit kan" tanya Kakek Lu memastikan, pasalnya sifat cicit perempuannya itu sangat bertolak belakang dengan Angkasa.
Hana tersenyum kecut mendengar pertanyaan tersebut, bagaimana bisa tertukar, dia saja melahirkannya di rumah.
"Tidak mungkin tertukar kek. Aku melahirkannya dia di rumah, bukan di rumah sakit," jawab Hana dengan suara yang terdengar sedikit bergetar, namun tetap terlihat tenang.
Ruangan itu seketika menjadi sunyi, semua mata tertuju pada Hana. Raut muka mereka bercampur antara kebingungan dan kekaguman.
Zaka yang berdiri di sudut ruangan, hanya bisa tersenyum simpul karena dia satu-satunya yang sudah mengetahui cerita sebenarnya.
"Apa aku tidak salah dengar? Bagaimana mungkin kamu melahirkannya di rumah?" tanya Angkasa tidak percaya.
"Kak Hana memang melahirkan di rumah tuan, dengan bantuan Bidan. Karena waktu itu kami tidak memiliki uang untuk membawa kak Hana kerumah sakit, jarak rumah sakit dari rumah kami pun cukup jauh, yang ada tidak keburu" terang Zaka.
Angkasa tidak bisa membayangkan bagaimana waktu itu Hana melahirkan dengan penuh perjuangan dan air mata. Tanpa peralatan medis yang memadai, seperti yang ada di rumah sakit.
Rasa bersalah menggelayuti hatinya,"Maafkan aku, andai aku tidak membohongi mu pasti semuanya tidak akan seperti itu." ucap Angkasa menyesal telah membohongi wanita itu.
"Tidak apa tuan, semuanya sudah berlalu. Yang penting mereka sehat tanpa kekurangan suatu apapun" ucap Hana tersenyum paksa.
Melinda mengusap lengan Hana yang duduk di sampingnya, ia merasa prihatin dengan jalan hidup gadis itu. "Tante tahu perasaanmu Hana, pasti saat itu kamu merasa berat. Tetapi tante bangga sama kamu, kamu mampu melewatinya, tidak menyerah begitu saja. ucap Melinda.
"Saya tidak sendiri tante, ada adikku yang selalu menguatkan saya" ucap Hana.
Andai tidak ada adiknya mungkin ia sudah bunuh diri sejak lama. Hinaan, cacian sering kali ia dapatkan dari warga, banyak orang mengira ia perempuan tidak benar, dan hamil di luar nikah. Akan tetapi semua itu mampu ia jalani, berkat sang adik yang selalu menguatkannya.
*******
Setelah di rawat selama dua hari di rumah sakit, kini Ciara sudah di perbolehkan pulang kerumah, gadis kecil itu sudah di nyatakan sembuh oleh dokter.
"Cia mau pulang kelumah mommy aja angkel" pinta Ciara dengan tatapan memohon, dia tidak mau lagi tinggal berjauhan dengan sang ibu.
"Cia ikut pulang kerumah daddy aja sayang, besok mommy akan datang menjengukmu" ucap Hana.
"Huaa.....nda mau hikss, mommy cudah nda cayang Cia lagi, mommy mau buang-buang Cia" gadis kecil itu tantrum tidak mau jauh dari ibunya.
Angkasa menghela nafas dalam, "Ikutlah pulang kerumah ku Hana. Tinggal bersama kami, dengan adikmu juga" putus Angkasa akhirnya. Ia berusaha menurunkan egonya demi sang buah hati.
"Tapi..." Belum selesai Hana berbicara sudah di potong oleh Angkasa
"Ini semua demi kebaikan anak-anak kita, Hana. kamu tidak mau kan melihat Ciara sakit lagi seperti kemarin" Sela Angkasa.
"Tuan Angkasa benar kak, kakak tinggal di sana saja bersama mereka, biar aku tinggal sendiri di rumah" ucap Zaka, dia tidak mau di kediaman Angkasa, takut merepotkan keluarga Lu.
Sudah cukup penderitaan kakaknya selama ini, mungkin sudah waktunya kakaknya bahagia. ia berharap Angkasa mampu membahagiakan kakaknya dan juga kedua keponakannya.
"Kakak tidak mungkin membiarkan mu tinggal sendirian Zak, nanti siapa yang mengurus kamu" ucap Hana yang selalu menganggap adiknya masih kecil, yang masih perlu di rawat.
Zaka tersenyum seolah menyakinkan sang kakak, "Aku sudah dewasa kak, aku sudah bisa mengurus diriku sendiri. Kakak fokus saja sama diri kakak sama kembar, tidak usah perdulikan aku" ucap Zaka.
Air mata mulai menggenang di mata Hana Hatinya terbagi. Meninggalkan adiknya sendirian tidak pernah menjadi pilihan, tapi kebahagiaan kedua buah hatinya juga tidak bisa di abaikan.
"Baiklah, demi anak-anak, aku akan ikut denganmu, tuan Angkasa" ucap Hana dengan suara yang bergetar, mencoba meredakan keguncangan emosinya.
Hana menoleh ke Zaka, memberikan senyuman yang pahit namun penuh harapan. Zaka membalas dengan anggukan, matanya berkaca-kaca tapi penuh dukungan. Di tengah kesulitan, pilihan telah dibuat.
"Tuan, bisakah antar saya kerumah dulu? Ada beberapa barang yang harus saya ambil, termasuk keperluan anak-anak" pinta Hana.
"Baiklah, kita kerumah mu dulu sekalian mengantar Zaka" ucap Angkasa. "Dan berhentilah memanggil ku tuan, aku bukan majikan mu" pria itu merasa risih sejak dulu Hana selalu memanggilnya dengan sebutan "TUAN"
Terdengar bisik-bisik antara Ciara dan Xander yang sedang membicarakan kedua orang tuanya.
"Tumben uncle Angkaca pula nda malah-malah, dia baik ijinin mommy tinggal di lumah" bisik Ciara dengan rasa heran yang mendalam. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan yang bercampur lega.
"Iya tumben, mungkin dia baru sadar kalau mommy baik," sahut Xander dengan nada yang lebih rendah. Senyum tipis tergambar di wajahnya, seolah-olah ada rasa syukur yang tersembunyi.
"Kamu cenang nda bica beltemu daddy?" tanya Ciara, matanya menatap Xander dengan penasaran yang tak tersembunyi.
"Biasa aja," jawab Xander, berusaha terlihat acuh tak acuh. Namun, ada gurat kegelisahan yang tersirat dari cara dia menghindari kontak mata dengan kembarannya.
"Kila-kila kalau Cia panggil angkel daddy boleh nda ya? Cia takut angkel malah" Tanya Ciara, yang ingin sekali memanggil Angkasa dengan sebutan daddy, sejak lahir dia belum pernah memanggil siapapun dengan panggilan itu.
"Kamu coba saja, kalau dia marah tinggal minta maaf" jawab Xander dengan sabar meladeni celotehan kembarannya.
"Tapi nanti kalau Cia di malahin, Xandel bantuin Cia ya" ucap Ciara memohon.
"Tidak mau" Alih-alih menjawab iya, Xander justru menjawabnya tidak mau. Membuat Ciara kesal setengah mati.
Ngakak aku dari tadi... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣