NovelToon NovelToon
KEKASIH HALALKU

KEKASIH HALALKU

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / CEO / Romansa / Tamat
Popularitas:50.5k
Nilai: 5
Nama Author: achamout

Dalam tahap Revisi!!!

Menceritakan seorang gadis introvert dan sangat pemalu yaitu NAFISA ZAHRA FITRIANI. Ia terus merasa insecure dengan dirinya, dan selalu menganggap dirinya tidak pantas untuk siapapun. Namun hal itu berubah ketika seorang pria datang ke dalam hidupnya yang memberi banyak kisah cinta manis dalam hidup nafisa. Pria itu adalah orang yang ditolong nafisa saat ia mengalami kecelakaan mobil, pria itu jatuh hati pada nafisa saat pandangan pertama. dia adalah AZLAN SYARAHIL,seorang ustadz muda yang sangat tampan dan di kagumi semua orang. Ia merasa nafisa telah mengambil hatinya dengan kesederhanaannya yg tidak ia temukan pada wanita manapun.

"Cintamu menyempurnakan diriku"

_NAFISA ZAHRA FITRIANI

"Aku mencintaimu itu bukan tanpa alasan, tapi karena kesederhanaanmu yang tiada kutemukan pada orang selain dirimu "

_AZLAN SYARAHIL

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Setelah menemani Aira jajan, Nafisa dan Sinta pulang kerumah. Saat memasuki rumah mereka melihat Ustadz Azlan dan Rahman sedang sibuk dengan Hp masing-masing.

"Baba...Om Alan! aku udah pulang!" teriak Aira sudah masuk kedalam rumah, ia segera berlari menghampiri Ustadz Azlan dan Rahman.

"Anak baba jajannya banyak banget, " ucap Rahman saat melihat tangan Aira penuh dengan beberapa kantong plastik makanan.

"Iya, kan aku mau bagi-bagi sama Om Alan sama Baba, " jawab Aira sambil membuka makanan yang ia beli.

"Baik banget sih keponakan Om, " ucap Ustadz Azlan saat Aira memberinya satu jajanan telur gulung.

"Iya dong Om, kan nggak boleh pelit"

Ustadz azlan yang mendengarnya tersenyum. Aira mengajak semua orang yg ada disana untuk menghabiskan makanan yang ia beli bersama,

"Tante, Umma ayok sini! makan sama aku, " ucapnya.

"Iya sayang, " ucap Sinta dan Nafisa secara bersamaan.

🌻🌻🌻🌻

Hari sudah menunjukkan pukul 20.00, Ustadz Azlan dan Nafisa telah selesai melaksanakan sholat Isya berjamaah. Kini, Nafisa sedang membereskan ruang tamu yang sedikit berantakan akibat bermain-main dengan Aira tadi sore.

“Sayang…” panggil Ustadz Azlan sambil menuruni tangga dan berjalan menuju Nafisa yang tengah merapikan bantal sofa.

“Iya, Mas?” jawab Nafisa sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

“Tadi HP kamu bunyi, dan Mas angkat. Ternyata ibu kamu yang nelpon. Nih,” ucap Ustadz Azlan sambil memberikan ponsel ke Nafisa.

Nafisa menerima ponsel itu dan segera menghubungi ibunya kembali.

“Assalamualaikum, Bu,” sapa Nafisa.

“Waalaikumussalam, Nak,” sahut ibunya dari seberang telepon.

Ustadz Azlan yang melihat Nafisa mulai sibuk berbicara dengan ibunya, beranjak kembali ke kamar. Ada beberapa pekerjaan kantor yang perlu segera diselesaikan.

“Ibu... maafin Nafisa ya. Kemarin waktu sampai di Jakarta, Nafisa lupa kabarin Ibu,” ucap Nafisa merasa bersalah karena kelalaiannya.

“Ya, nggak apa-apa, Sayang. Kamu sehat-sehat di sana, kan?” tanya ibunya lembut.

“Alhamdulillah sehat, Bu. Ibu sama Ayah gimana kabarnya?”

“Alhamdulillah, kami juga sehat,” jawab ibunya dengan nada penuh kelegaan.

"Alhamdulillah kalau begitu, Bu. Ibu lagi ngapain? Ayah mana?" tanya Nafisa lagi.

"Ibu lagi nonton TV, Nak. Ayah kamu sudah tidur, kecapekan tadi habis pulang dari kebun," jelas ibunya.

"Oh, begitu, Bu."

"Iya. Oh iya, Ibu boleh nanya sesuatu sama kamu?"

"Boleh, nanya apa, Bu?" tanya Nafisa.

"Kamu udah... melakukan itu sama suami kamu?" tanya Ibu Nafisa dengan nada sedikit malu-malu.

"Itu maksud Ibu apa?" Nafisa tampak bingung.

"Maksud Ibu, kamu udah menjalankan kewajiban kamu sebagai istri? Maksudnya memberikan hak suami kamu, Nak?" Ibu Nafisa akhirnya menjelaskan meski terdengar segan.

"Be... belum, Bu. Memangnya kenapa Ibu nanya begitu?" Nafisa menjawab dengan nada gugup, tidak menyangka ibunya akan menanyakan hal itu.

"Nggak apa-apa, Ibu cuma mau ngingetin kamu aja. Sekarang kamu sudah jadi istri, jadi kamu punya kewajiban untuk berbakti pada suami. Kamu bukan anak SMA lagi yang Ibu manjain terus. Kamu harus bisa melayani suami kamu dengan baik, termasuk memberikan haknya," ujar Ibu Nafisa penuh nasihat.

"Iya, Bu, Nafisa tahu. Tapi..."

"Ibu tahu kamu belum siap, tapi pikirkan juga suami kamu, Nak. Suami kamu juga manusia biasa yang punya hawa nafsu. Ibu bilang begini bukan maksud memaksa, tapi..." ucapan Ibu Nafisa terhenti sejenak.

"Tapi kenapa, Bu?" tanya Nafisa penasaran.

"Tadi Ibu ketemu Umi Rahma di pasar, ibunya suami mu. Dia cerita ke Ibu kalau dia dan Abinya nak Azlan sudah sangat ingin punya cucu. Di usia mereka yang sudah tua, mereka ingin mendengar suara canda tawa anak kecil di rumah. Apalagi Nak Azlan anak satu-satunya. Kalau bukan dari dia, dari siapa lagi?" jelas Ibu Nafisa panjang lebar.

"Iya, Bu. Nafisa tahu. Maaf, ya, Bu. Insya Allah Nafisa akan berusaha jadi istri yang baik buat Mas Azlan, termasuk memenuhi keinginan Umi, Abi, Ibu, dan Ayah untuk punya cucu," ucap Nafisa dengan nada penuh rasa bersalah.

"Iya, Nak. Maaf ya, kalau Ibu jadi terkesan memaksa. Ibu cuma mau kasih nasihat," ucap Ibu Nafisa.

"Tidak apa-apa, Bu."

"Ya sudah, sekarang Ibu tutup teleponnya, ya. Ibu udah ngantuk. Kamu juga tidur, biar nggak kesiangan bangun sholat Subuh."

"Iya, Bu. Nafisa pasti tidur setelah ini."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab Nafisa, menutup telepon. Setelah itu, ia segera menyelesaikan pekerjaan membereskan ruang tamu yang tinggal sedikit lagi. Selesai beberes, ia pun naik ke kamar.

"Udah selesai teleponan sama Ibu?" tanya Ustadz Azlan, yang masih sibuk dengan laptop di tangannya.

"Udah, Mas."

"Ya sudah, duduk sini." Ustadz Azlan menepuk kursi di sebelahnya.

Nafisa pun duduk, namun pikirannya masih berkecamuk dengan apa yang baru saja dibicarakan bersama ibunya.

"Ngomongin apa tadi sama Ibu?" tanya Ustadz Azlan.

"Kepo," jawab Nafisa terkekeh kecil.

Ustadz Azlan tersenyum tipis. "Bukan kepo, Sayang. Mas cuma nanya."

"Enggak ngomongin apa-apa, kok. Cuma nanya kabar aja."

" Oo begitu.., Ibu sama Ayah gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik, Mas."

"Syukurlah."

Ustadz Azlan menatap Nafisa, ia menyadari Nafisa yang sedang terlihat gelisah. “Sayang, kalau ada yang mengganggu pikiran kamu, cerita sama Mas, ya.”

Nafisa mengangguk pelan.“Mas…” Nafisa menggigit bibirnya ragu-ragu.

“Hm?” Ustadz Azlan menatap Nafisa dengan penuh perhatian.

“Mas nggak keberatan kan… kalau aku belum bisa memberikan hak Mas?” ucap Nafisa akhirnya dengan suara pelan, nyaris berbisik.

Mendengar itu, Ustadz Azlan langsung menutup laptopnya dan menggenggam tangan Nafisa.

“Sayang, Mas nggak papa. Mas nggak akan memaksa kamu. Mas tahu, semuanya butuh waktu. Mas bersyukur punya istri seperti kamu yang selalu berusaha menjadi yang terbaik.”

“Tapi, Nafisa merasa bersalah…” Nafisa menunduk, air matanya hampir jatuh.

“Jangan, Sayang. Jangan merasa seperti itu. Kamu adalah anugerah terindah dalam hidup Mas. Mas akan selalu menunggu kamu siap,” ucap Ustadz Azlan lembut sambil mengusap wajah Nafisa.

"Terima kasih ya, Mas, Mas udah mau ngertiin Nafisa," ucap Nafisa dengan suara lembut.

"Iya, Sayang... Sama-sama. Tapi ngomong-ngomong, kamu kenapa tiba-tiba bahas itu?" tanya Ustadz Azlan dengan nada penuh perhatian.

"Emm... nggak papa, Mas. Nafisa cuma kepikiran aja," jawab Nafisa sambil menunduk.

"Pasti karena sikap Mas tadi siang ya? Maaf ya, karena Mas udah bikin kamu takut tadi," ucap Ustadz Azlan merasa bersalah.

"Nggak kok, Mas. Bukan itu. Mas nggak perlu minta maaf, justru Nafisa yang harusnya minta maaf karena belum bisa memberikan hak Mas," jawab Nafisa, suaranya pelan sambil tetap menunduk.

"Iya, Sayang... Tapi tetap aja, Mas yang salah karena udah bikin kamu takut," ucap Ustadz Azlan lagi.

"Iya, Mas... Nggak papa kok," balas Nafisa dengan senyum kecil.

Mendengar jawaban Nafisa, Ustadz Azlan langsung merangkulnya, menarik Nafisa ke dalam pelukannya. "Mas sayang banget sama kamu," ucapnya lembut.

"Nafisa juga sayang banget sama Mas," balas Nafisa sambil membalas pelukan itu.

Mereka berdua menikmati kehangatan dalam pelukan erat tersebut. Ustadz Azlan terus menciumi puncak kepala Nafisa, sementara Nafisa tersenyum senang melihat perhatian suaminya.

"Mas..." ucap Nafisa pelan, melepas pelukan itu.

"Hmm? Kenapa?" tanya Ustadz Azlan, menatap wajah istrinya.

"Mas itu nyeremin tau!" ucap Nafisa tiba-tiba, senyum kecil menghiasi wajahnya.

"Nyeremin?" tanya Ustadz Azlan bingung.

"Iya, nyeremin."

"Maksud kamu, wajah Mas kayak hantu gitu, serem?" tanya Ustadz Azlan sambil mengerutkan keningnya.

"Bukan, tapi lelaki paham agama kayak Mas itu serem karena nggak pernah kasih kabar, tiba-tiba datang melamar. Nggak pernah berbisik I love you, tapi langsung lantang mengucapkan Qabiltu," jawab Nafisa sambil tersenyum jahil.

Ustadz Azlan pun tersenyum mendengar ucapan Nafisa. "Pintar banget sih kamu ngegombalnya," ucapnya sambil menoel lembut hidung Nafisa.

"Kamu tahu nggak, saat pertama kali Mas jumpa kamu, Mas itu kayak es di bawah sinar matahari," ucap Ustadz Azlan menggoda.

"Lho, kok gitu?" tanya Nafisa heran.

"Iya, langsung meleleh lihat kecantikan kamu yang paripurna ini," jawab Ustadz Azlan dengan nada menggoda.

Nafisa langsung tersenyum malu, sementara pipinya memerah seperti tomat.

"Hahaha, itu kenapa pipinya kok jadi semerah tomat sih?" goda Ustadz Azlan sambil tertawa kecil.

"Masss, ih! Nggak kok!" Nafisa segera menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Hahaha. Gimana, masih mau main gombal-gombalan lagi sama Mas? Sekarang pipi kamu memang semerah tomat, tapi nanti bisa jadi pipi kamu berubah jadi semerah jantung Mas yang terus berdetak menyebut nama kamu," ujar Ustadz Azlan dengan senyum menggoda, membuat wajah Nafisa semakin merona.

"Masss... udah ah!" ucap Nafisa semakin menutupi wajahnya yang kini seperti kepiting rebus.

Ustadz Azlan hanya tertawa melihat Nafisa yang salah tingkah. Baginya, tingkah istrinya yang malu-malu itu sangat lucu dan menggemaskan. Ia pun kembali memeluk Nafisa, memberikan rasa nyaman yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang saling mencintai.

1
𝙈𝙞𝙖 🐝🍯
Lumayan
𝙈𝙞𝙖 🐝🍯
Luar biasa
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Widya Herida
bagus banget ceritanya kk
Widya Herida
lanjutkan kk
Yuyun Rohimah
lanjut Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Yuyun Rohimah
next Thor
Yuyun Rohimah
next
Mukmini Salasiyanti
lanjutttt, Lan...
Mukmini Salasiyanti
serruuuuuu
Mukmini Salasiyanti
salken, ustadz
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!