NovelToon NovelToon
SENORITA DEL AMOR

SENORITA DEL AMOR

Status: tamat
Genre:Misteri / CEO / Roman-Angst Mafia / Tamat
Popularitas:27.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #1

•••Lanjutan dari novel TAWANAN PRIA PSIKOPAT (Season 1 & 2)•••

Universidad Autonoma de Madrid (UAM) menjadi tempat di mana kehidupan Maula seketika berubah drastis. Ia datang ke Spanyol untuk pendidikan namun takdir justru membawa dirinya pada hubungan rumit yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Rayden Salvatore, terus berjuang untuk menjaga gadis kecilnya itu dari semua yang membahayakan. Sayangnya dia selalu kecolongan sehingga Rayden tidak diizinkan oleh ayah Maula untuk mendekati anaknya lagi.

Maula bertahan dengan dirinya, sedangkan Rayden berjuang demi cintanya. Apa keduanya mampu untuk bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : Jejak Yang Tertinggal

...•••Selamat Membaca•••...

Rayden tak menunggu hal ini semakin berlarut, dia menemani Maula sampai gadis itu benar-benar tenang.

Rayden mengusap beberapa luka di wajah, lengan, kaki, dan leher Maula. Sembari menunggu gadis itu bangun, Advait mengirimkan beberapa bukti mengenai kejadian semalam di rumah Mert.

Rekaman CCTV di rumah tersebut hingga sebuah kamera kecil yang sengaja di pasang oleh Mert di dalam kamarnya. Dia memang sudah sangat berniat untuk mempermalukan Maula, dengan menyebarkan video hasil pemerkosaan ke berbagai situs.

Sayangnya, niat busuk itu tidak terlaksana dengan sempurna.

Rayden memutar video itu di laptop milik Maula, sambil meminum segelas kopi miliknya. Dia tersenyum setelah melihat video tersebut, senyum yang sulit diartikan.

Video terus berjalan, menampakkan Akselly yang berusaha membuat adegan seolah-olah Maula memang habis diperkosa. Dia melepaskan pakaian gadis itu dan menidurkannya di samping Mert, lalu mengambil beberapa foto dengan pose yang cukup panas.

“Ada urusan apa dia dengan Piccola? Apa dia balas dendam?” pikir Rayden.

Maula menggeliat dan perlahan membuka matanya, Rayden menutup laptop itu lalu berjalan mendekati Maula yang bangun dengan wajah panik.

“Tarik napas dulu, minumlah!” Rayden memberikan segelas air pada Maula dan diminum hingga habis.

“Ray, aku...”

“Syyuutt!! Kita periksa ke rumah sakit ya, agar hatimu tenang.” Rayden cepat memotong perkataan Maula, takut jika nanti gadis itu kembali histeris.

“Buat apa?”

“Untuk membuat hatimu lega.”

“Bagaimana aku bisa lega kalau...” Rayden menarik tengkuk Maula dan menempelkan bibirnya ke bibir ranum itu, mengecupnya pelan tapi pasti. Perlahan Maula ikut terhanyut sampai Rayden menarik kembali bibirnya dari bibir Maula dan menyatukan kening itu ke kening gadisnya.

“Kamu tidak diperkosa, kamu hanya dijebak. Dan untuk membuktikan semua itu, kita akan melakukan pemeriksaa.” Maula diam, tak menolak apapun karena dia ingin semua ini beres.

...***...

Advait masih duduk di sofa ruang tamu milik Mert. Dia baru saja memukuli kelima pria brengsek itu dan mengikatnya, masih dalam kondisi polos tanpa pakaian.

“Jadi kalian semua berniat untuk melecehkan gadis itu? Ck kampungan sekali pemikiran kalian ya, apa jadinya orang mesum seperti kalian ketika menjadi dokter. Sangat tidak pantas.” Advait melayangkan tendangan kuat di wajah kelima orang itu.

Hailee ikut diikat tapi di tempat terpisah dan sudah mengenakan pakaian lengkap.

Kejadian malam itu memang cukup dramatis. Maula yang berusaha berontak walau tenaganya tidak banyak, justru mendapat penganiayaan dari mereka berlima hingga Maula terluka.

Tak lama, asap memenuhi ruangan lalu mereka semua pingsan. Asap itu memang rekaan Akselly, dia menginginkan Maula. Akselly sudah mengikuti Maula dalam beberapa hari ini, dia masih kekeh ingin membuat Maula mengandung benih suaminya.

Akselly sengaja membuat Maula seolah-olah ditiduri dan mengambil beberapa foto, hal itu akan dia gunakan sebagai alat untuk menekan dan mengancam Maula.

Sayangnya Akselly tidak begitu rapi bertindak, dia tidak tahu bahwa dalam kamar itu masih ada satu kamera tersembunyi yang masih aktif merekam semua tindakannya.

Maula tidak tersentuh oleh siapa pun malam itu, dia hanya tertidur hingga bangun di pagi hari.

...***...

Di kursi penumpang mobil hitam milik Rayden, Maula duduk diam, memeluk jaketnya sendiri, dengan tatapan kosong yang tak mampu menatap ke luar jendela. Mata kirinya masih membengkak, dan sudut bibirnya pecah, itu adalah jejak kekerasan yang belum sempat lenyap oleh waktu.

Rayden mengemudi tanpa banyak bicara. Tangan kirinya menggenggam kemudi, sementara tangan kanannya sesekali mengepal, seolah menahan emosi yang menyesakkan dadanya. Menatap Maula dari sudut matanya, mencoba menangkap isyarat apa pun itu. Baik rasa takut, marah, atau bahkan pasrah tapi yang ia lihat hanya kehampaan.

“Kita hanya akan periksa, Piccola,” katanya, pelan tapi tegas. “Biar semuanya jelas. Kamu tidak sendiri.”

Maula tidak menjawab. Tapi napasnya terdengar lebih berat. Rayden menggenggam tangan itu dengan penuh cinta, meyakinkan bahwa semua akan berjalan dengan baik.

Walaupun Maula sudah melihat rekaman yang dikirim Advait, hatinya masih belum bisa lega sepenuhnya.

“Aku merasa sangat jijik dengan diriku, Ray. Aku benar-benar ingin menganiaya mereka,” ujar Maula yang membuat Rayden sedikit terkekeh.

“Kita akan eksekusi kalau sudah waktunya. Sekarang kamu harus tenang dan biarkan bukti menunjukkan diri.”

Di Rumah Sakit Universitario La Paz, mereka disambut oleh seorang dokter forensik perempuan berusia sekitar empat puluh tahun, mengenakan jas putih dan mata yang menyiratkan pengalaman panjang menangani kasus-kasus seperti ini. Namanya Dra. Emilia Ortega.

“Senorita Maula, izinkan saya melakukan pemeriksaan. Semua hasil akan dirahasiakan. Anda tidak wajib berbicara jika tidak ingin,” ucapnya lembut, memberikan formulir persetujuan.

Maula menandatanganinya tanpa sepatah kata pun.

Rayden menunggu di luar ruang pemeriksaan. Lima belas menit terasa seperti lima belas tahun. Di kepalanya, ia memutar kemungkinan-kemungkinan terburuk dan menyalahkan dirinya karena tidak cukup cepat mencegah semua ini terjadi.

Pintu ruang pemeriksaan terbuka perlahan. Dra. Ortega keluar lebih dulu, lalu menyusul Maula, dengan ekspresi yang sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

“Senor Rayden,” kata dokter itu, “hasil visum awal menunjukkan tidak ada tanda-tanda penetrasi atau kekerasan seksual. Namun, pasien mengalami trauma fisik cukup serius—memar di wajah, goresan di leher, serta luka lebam di lengan kiri dan punggung.”

Rayden mengangguk, rahangnya mengeras. “Jadi dia dipukul?”

“Ya. Dan kemungkinan besar dipukul berkali-kali. Tapi tidak ada bukti pemerkosaan.”

Rayden terlihat lega dan menatap Maula yang masih dalam diamnya.

Maula akhirnya bicara, suaranya pelan, nyaris seperti bisikan. “Aku tahu kamu ingin aku lega, Ray… Tapi tetap saja rasanya kotor.”

Rayden menoleh padanya, lalu mendekat. Ia menatap mata Maula dalam-dalam, mencoba menyampaikan sesuatu yang tak bisa diungkapkan lewat kata-kata. “Yang kotor itu bukan kamu. Tapi orang yang berani menyentuh kamu.”

Maula menunduk. Menangis dengan sendu. Itu adalah tangis kelegaan, meskipun tubuhnya penuh luka, sebagian dari dirinya masih utuh. Dia masih suci tak tersentuh oleh para bajingan itu.

“Kita pulang?” Maula menggeleng, Rayden paham dengan tatapan Maula saat ini.

“Advait masih di rumah Mert?” Rayden dengan ragu menjawab iya. “Kita ke sana. Sekarang!”

Rayden tak bisa menahan lagi, dia setuju dan mereka menuju ke rumah Mert. Rayden memberitahu Advait bahwa Maula akan ke sana sekarang. Langit berubah menjadi warna jingga, terlihat begitu cantik, menggambarkan sore yang cerah seperti hati Maula saat ini.

Langkah Maula begitu tegas memasuki rumah Mert. Dia mengambil balok kayu yang ada di halaman rumah itu dan membawanya masuk. Rayden tidak melarang karena dia mengerti kalau Maula hanya bisa melampiaskan kekesalan dengan hukuman fisik.

Bugh! Bugh! Bugh!

Hantaman balok kayu itu berkali-kali dilayangkan oleh Maula pada kelima pria brengsek yang sudah menganiayanya semalam.

“Kau berurusan dengan orang yang salah, kau akan segera lulus bukan? Aku akan meluluskanmu dengan caraku.” Maula mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dan melihat sebuah pedang terpajang di dinding.

Rayden dengan cepat menahan gadis itu tapi terlambat, satu ayunan sudah dia layangkan ke kepala Mert.

Darah segar bagai air mancur langsung muncrat di tubuh Mert. Kepala itu menggelinding di lantai, Hailee sangat shock melihat adegan sadis tersebut.

Keempat teman Mert yang lain ikut kaget dan mulai ketakutan. Mereka berkali-kali meminta maaf tapi tidak didengarkan oleh Maula.

Advait tersenyum melihat gadis itu, sedangkan Rayden tak bisa berbuat banyak saat melihat sorot tajam dari mata Maula ketika memandang semua musuhnya.

Maula menekan ujung pedang ke mata kanan Austin, menusuknya perlahan hingga bola mata itu pecah di dalam. Semua tak ada yang kuat melihatnya, Austin berteriak kesakitan.

Maula mengangkat pedang itu lalu mengayunkan dengan kuat dari atas hingga kepala Austin terbelah menjadi dua.

Dia menatap tiga pria lagi, Advait melemparkan sebuah obeng kecil pada Maula dan dengan obeng tersebut, Maula melakukan hal yang sama seperti pada Austin tadi.

Dia menusuk kedua mata mereka dan memutarkan obeng itu hingga mata mereka pecah dan mengeluarkan darah.

Terakhir, dia membelah semua kepala sampai berceceran di lantai. Rayden mengusap kasar wajahnya, pemandangan ini memang hal biasa baginya tapi dia tidak kuat melihat luka yang tersirat di wajah kekasihnya itu.

Terakhir adalah Hailee, dia mendekat dengan wajah dan tangan penuh darah dari korbannya itu.

“Kau menjualku ya? Enak sekali kau mendapatkan uang dari hasil menjual tubuhku. Karena aku orang yang sangat baik, aku akan memaafkanmu asalkan kau bisa merahasiakan semua ini.” Hailee mengangguk setuju.

“Baik, aku akan merahasiakan semua ini, aku janji.” Maula tersenyum bak iblis yang menakutkan.

“Jangan coba-coba menceritakan ini pada siapa pun, aku memiliki pengaruh untuk menjeratmu, mengerti.” Maula berkata dengan nada pelan tapi sangat menakutkan.

“Ba-baik... aku akan merahasiakannya.” Maula melepaskan ikatan Hailee dan membiarkan dia pergi.

Advait berdiri dan menatap Maula.

“Kenapa kau membebaskan dia?” tanyanya heran.

“Karena aku sudah menyiapkan hukuman terbaik untuknya,” jawab Maula pelan.

Rayden menghubungi beberapa anak buahnya untuk menutupi pembunuhan ini dan membereskan semua mayat di rumah Mert.

Hari juga sudah semakin gelap.

Maula menghubungi anak buah yang diutus oleh Leo untuk melindungi dia, memberikan foto Hailee dan menyuruh mereka untuk menangkapnya.

“Ini baru namanya kelegaan Ray,” kata Maula pelan, Rayden memeluk gadis itu tanpa peduli dengan darah yang memenuhi tubuh Maula saat ini.

...•••Bersambung•••...

...----------------...

...----------------...

...~ADVAIT FUENTES~...

......Gimana suasana hatinya? Masih aman kan? Aman dong ya, jangan lupa tinggalkan jejak cinta kalian di kolom komentar ya 😘......

1
Radella
good
Syaqilla
awesome
Naxed2448
👍
Dewi Dejiya
awesome
Dinda Kirana
Awesome
Khadijah Jaelani
amazing
Iguana Scrub
luar biasa
adi_nata
motor itu kenapa tiba tiba ada ? sudah ada di rumah itu sebelumnya atau diantar seseorang ?
adi_nata: ya .. mungkin memang imajinasiku yang terbatas jadi terkadang agak bingung menangkap alur cerita. cuma bisa fokus pada satu titik keterangan.
🌺Shella BTS🌺: Oh ya beda pandangan ya, tapi kalo dri segi alur sih, mereka kan beberes di rumah dulu dan Rayden sempat bilang kalo rumahnya deket. Jadi ke supermarket ya pake kendaraan Rayden, deket lah bolak balik ke rumah dia 😁
total 6 replies
Khaira Delisya
ada lanjutannya gak Thor🥹🥹
Vebi Gusriyeni: Ada kakak, judulnya SENORITA PERDIDA
total 1 replies
adi_nata
lha dianya sendiri juga biadab.
Vebi Gusriyeni: Namanya juga psikopat
total 1 replies
adi_nata
seorang gadis belia bisa melalukan tindakan brutal semacam ini. luka seperti apa yang mendorongnya ?
adi_nata: oke siap author Vebi
Vebi Gusriyeni: Hehe aman, ntar baca aja dari awal biar gak bingung ya ☺ btw nanti kalo ada salah alur atau kekeliruan di tengah cerita bisa kasih respon dan saran, ntar aku perbaiki. Makasih udah kasih dukungannya ☺☺
total 4 replies
Yuyun Asrifani
Suka🥰
Bunda Rian Putra
terbaik
Ukhty Hawa
Baca dari season 1 sampai ke series ini benar2 menghayati, terbawa suasana hingga susah move on dari tokohnya 👍
Cherry Clode
good
Miami Zena
Awesome
Sader Krena
Amazing
Inay Inayah
keren
Flo Teris
awesome
Alya Nurhidayat
Best
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!