NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Kedatangan Keluarga Syahla

"Om Suami, saya bisa jelasin. Saya sama Kak Rama beneran nggak ada hubungan apa-apa. Kebetulan saja Kak Rama itu ketua organisasi Persma, jadi dia baik ke saya karena saya juniornya." beber Syahla panjang lebar.

"Oh.." Ustadz Amar hanya menjawab datar.

"Sumpah, Om Suami! Saya itu juga baru ketemu kemarin, dan tadi waktu dia mau ngajak saya pulang bareng juga bukan saya yang minta!" Syahla merasa frustasi karena suaminya tampak belum puas dengan penjelasannya.

"Iya, Dek Lala.." sarkas Ustadz Amar.

Syahla mendelik. "Kok, Om Suami nyindir saya begitu sih?"

"Siapa yang menyindir?" kilah Ustadz Amar. "Saya cuma memanggil kamu dengan panggilan kesayangan. Kenapa? Kamu nggak terima panggilan kesayangan Kak Rama padamu saya pakai?"

"Bukan begitu.." Syahla menghembuskan napas. "Kak Rama sendiri yang minta sama saya buat manggil itu. Lagian kan saya nggak enak kalau mau nolak. Soalnya saya sudah pinjam laptopnya buat nugas."

"Sebentar," ucapan Syahla membuat Ustadz Amar seketika menghentikan mobilnya. Hal itu membuat badan Syahla condong ke depan dan kepalanya hampir menyundul dasbor mobil.

"Om Suami! Kenapa sih ngerem mendadak?"

"Maaf, tapi sekarang ada yang lebih penting. Tadi apa kamu bilang, kamu pinjam laptopnya Rama?" Ustadz Amar menghadapkan badannya pada Syahla meminta penjelasan.

Syahla menganggukkan kepala sambil mengusap-usap jidatnya. "Iya, soalnya kan laptop saya rusak, dan saya punya tugas presentasi minggu depan. Jadi, saya pinjam laptopnya deh,"

Ustadz Amar kembali menghadapkan badannya ke depan sambil menghela napas menahan marah. "Kenapa kamu harus pinjam ke dia sih?"

"Terus, saya harus pinjam sama siapa dong? Teman-teman saya yang lain laptopnya masih dipakai semua, dan kalau nunggu laptop saya bener dulu bakalan lama banget! Nggak sempat!"

Ustadz Amar memandang Syahla sambil menunjuk dirinya sendiri. "Kamu nggak menganggap saya ada ya?"

Syahla ternganga. Sejujurnya, dia sama sekali tidak kepikiran hal itu. Pikirannya langsung berputar cepat mencari alasan.

"Ya kan.. Siapa tahu laptop Om Suami masih dipakai.."

"Memangnya kamu sudah tanya?"

Syahla menelan ludahnya, kemudian menggelengkan kepala takut-takut.

"Saya nggak mau tahu, Syahla. Besok, laptop itu sudah harus kembali ke pemiliknya. Saya nggak mau lihat kamu ada urusan pinjam meminjam lagi sama Rama,"

"Tapi kan—"

"Nggak ada tapi," Ustadz Amar berkata tegas. "Saya tahu kamu mungkin belum bisa menerima pernikahan kita. Tapi, berhubungan dengan lelaki lain saat kamu sudah punya suami itu kesalahan besar, Syahla."

Syahla menundukkan kepalanya. "Maaf.."

"Kali ini saya maafkan. Sebagai wanita, kamu harus berhati-hati dengan tipu muslihat laki-laki. Tidak semua orang itu baik. Dan tidak ada lelaki yang bisa kamu percaya selain ayahmu, kakakmu dan suamimu sendiri."

Syahla masih menundukkan kepalanya. Ia sadar kalau Ustadz Amar benar-benar marah, terlihat dari nada suaranya yang tegas dan hembusan napasnya yang memburu. Bagaimanapun, dia memang bersalah kali ini.

Perjalanan dilanjutkan dengan keheningan di antara mereka. Di tengah keheningan itu, ponsel Syahla berdering.

"Halo, Assalamu'alaikum? Iya.... Sehat, Alhamdulillah.. Oh ya?.... Oke, datang saja.... Iya.... Waalaikumsalam...."

Ustadz Amar melirik curiga setelah Syahla menutup telepon. "Siapa yang telepon? Rama lagi?"

"Bukan," Syahla menunjukkan riwayat teleponnya. "Umi yang nelepon. Katanya mereka bakalan datang ke rumah kita hari ini,"

"Mereka?" dahi Ustadz Amar berkerut.

"Iya.. Umi, Mas Sahil, Mbak Hafsa, Aisha. Mereka mau datang ke Jakarta, dan sekarang sudah dalam perjalanan menuju ke sini."

"Oh.." Ustadz Amar menganggukkan kepalanya mengerti.

Beberapa saat, tidak ada obrolan lagi sampai mereka menyadari sesuatu. Sepertinya, pikiran mereka berdua memiliki topik yang sama disaat yang sama, karena setelah tersadar, mereka saling menatap dengan mata terbelalak.

"MEREKA MAU KE RUMAH KITA?!" teriak pasangan suami-istri itu kompak.

...----------------...

Sesampainya di rumah, mereka berdua sudah sepenuhnya lupa dengan perdebatan mereka sebelumnya di dalam mobil. Mereka berlari dengan panik menuju kamar masing-masing.

"Taruh semua baju sampeyan di kamar saya!" Syahla berteriak.

"Kenapa harus di kamar kamu?"

"Kamar saya kan lebih besar! Udah, cepetan deh!" Syahla yang sudah panik langsung mendatangi kamar Ustadz Amar dan meraih semua baju suaminya dari dalam lemari. Ustadz Amar mengikuti sambil membawa barang-barang yang lain.

"Foto! Foto nikah! Fotonya belum dipajang!" Syahla menunjuk dinding ruang tamu yang kosong. Ustadz Amar menurut, langsung mengambil paku dan palu, memasang pigura besar itu.

"Cincinku dimana ya?" Syahla menggeledah lemarinya dengan panik. Dia harus memakai cincin itu supaya keluarganya tidak curiga. Tapi, kemana dia menyimpannya terakhir kali?

Sedang sibuk-sibuknya mencari, Ustadz Amar muncul dari luar dan langsung meraih tangan kiri Syahla. Memasukkan benda bundar itu di jari manis sang istri.

"Oh? Kok bisa sama Om Suami sih?"

"Dasar ceroboh," Ustadz Amar menyentil dahi Syahla pelan. Bibir Syahla mengerucut kesal, tapi ia tidak bisa protes karena memang benar dialah yang ceroboh sampai tidak tahu cincin kawinnya sudah lama disimpan Ustadz Amar.

"Oh ya," Ustadz Amar mengangkat telunjuknya. "Panggilan Om Suami itu, diganti dulu untuk sementara."

Dahi Syahla mengernyit. "Kenapa?"

Ustadz Amar berkacak pinggang. "Mana ada istri memanggil suaminya pakai 'om'?"

"Terus, apa dong?"

"Sayang," Ustadz Amar menjentikkan jarinya. "Cukup sampai mereka pulang saja." sambung Ustadz Amar saat melihat wajah keberatan istrinya.

Sore harinya, keluarga Syahla benar-benar datang. Dengan terharu, Syahla memeluk mereka satu persatu.

"Aisha.." Syahla menggendong keponakannya dengan gemas. "Apa kabar cantiknya onty?"

"Onty.. Onty.." oceh Aisha. Perkataannya memang belum jelas, tapi justru itu letak kelucuannya.

Umi Zahra mengeluarkan berbagai macam oleh-oleh, ada makanan sampai perabotan rumah. Syahla sampai kewalahan menerima semua pemberian uminya itu.

"Umi datang ke sini saja Syahla sudah seneng. Kenapa sampai bawa barang-barang sebanyak ini sih?"

"Duh, Umi tuh nggak enak sama suamimu Nduk. Dia sudah membeli rumah dan semua perabotannya untuk kamu. Masa kita nggak ngasih apa-apa sih?"

Ustadz Amar tersenyum. "Saya tidak masalah dengan itu, Umi. Umi tidak perlu repot-repot."

"Udah, nggak repot kok," Umi Zahra mengibaskan tangannya.

Syahla menatap sang ibu dengan mata terharu. "Tapi Umi beneran sehat, kan? Selama perjalanan kesini Umi nggak papa?"

"Nggak apa-apa Nduk," Umi Zahra mencubit gemas pipi putrinya. "Umi sekarang sudah sehat."

Syahla menghela napas lega. Umi Zahra memang didiagnosis menderita sakit jantung, dan itu mengakibatkan tubuhnya lemah dan sulit beraktivitas. Untunglah, setelah keluar-masuk rumah sakit puluhan kali, Umi Zahra bisa melakukan aktivitasnya dengan normal kembali, meskipun masih harus mengonsumsi obat-obatan. Kedatangan Umi Zahra ke Jakarta juga berarti sebuah kemajuan besar, karena sebelumnya Umi Zahra bahkan tidak bisa keluar rumah terlalu lama.

"Oh iya Nduk, Abah titip salam. Katanya salam kangen. Abah sebenarnya pengen ikut ke sini, tapi nggak bisa karena ada urusan di pesantren."

Syahla mengangguk mengerti. Dia paham betul dengan sifat Abah yang sangat mengutamakan santri-santrinya. Apalagi sekarang jumlah santri di Ponpes Darul Quran semakin meningkat pesat, jadi Abah Baharuddin berusaha untuk membuat semua santri itu mendapatkan pengajaran yang terbaik.

Setelah memuaskan rasa rindu mereka, Syahla mengajak keluarganya untuk makan malam. Menu makan malam itu tentu saja bukan Syahla yang membuat, melainkan Ustadz Amar yang memang sangat jago dalam hal masak-memasak.

"Banyak sekali yang dimasak," Umi Zahra berdecak kagum. "Umi nggak tahu kalau kamu bisa memasak seenak ini Nduk,"

"Pasti bukan Syahla Mi yang masak," sahut Gus Sahil. "Mana bisa anak manja itu masak? Paling-paling dia cuma ikut melihat Ustadz Amar yang sibuk di dapur,"

Syahla merengut. Memang benar sih omongan Gus Sahil, tapi tidak harus diucapkan segamblang itu kan?

Gus Sahil menjulurkan lidahnya saat Syahla menatapnya dengan tatapan tajam.

"Eh? Kenapa ada lakban?" ucapan Hafsa membuat fokus semua orang teralih. Ternyata Aisha baru saja mengeksplor seluruh ruangan di rumah itu dan di tangannya tertempel beberapa benda hitam.

"Lantainya memang dilakban ya?" Mata Gus Sahil mengikuti garis hitam di tengah ruangan yang ternyata memanjang dari ujung ke ujung. "Buat apa?"

Syahla dan Ustadz Amar otomatis saling pandang. Gawat! Mereka lupa!

1
Samih Nurmala
kiraiin qobiltu nikaha hahahahaha
Sri Astuty
met sore. novel sangat bagus
Fitri Riyani
Luar biasa
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
Emai
JD penasaran. suami syahla kerjanya apa si. bisa berangkat ke Amrik. butuh beli tiket, biaya syahla, beli tiket untuk ipar nya dan banyak lagi. dia dlu dosen tapi kan udah resign masa iya masih minta sama orang tua???
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kak
total 1 replies
yulianti 1707
maaff... ko manggil suaminya 'sampeyan' ya ?
apalagi suaminya lebih tua
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Siti Aminah
Luar biasa
Inara Cantik
aku jijik.. eneg baca chafter ini.... bukannya saling menguatkan suami istri malah nambah masalah baru... sharla.. loe bener bener... super duper oneng... masalah itu timbul krn ulah kekanakan mu sendiri...
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Ilda Yunita
Luar biasa
Inara Cantik
wkwkwk... kalo seneng dg sesuatu apapun dilakukan.... lanjut tadz
Vitamincyu
👍👍👍
Umy Dila
Buruk
Umy Dila
Biasa
Ririndiyani
kenapa pake dek Lala dek Lala segala jd baca kurang enak
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Ta..h
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!