Menjadi Mata Untuk Suamiku

Menjadi Mata Untuk Suamiku

BAB 1

"Iya Sayang, nanti aku akan pulang saat jam istirahat. Kamu langsung aja ke butik, nanti aku susul kesana."

Setelah memberikan kepastian pada sang kekasih, White mengakhiri panggilan telepon lalu melepas handsfree yang ada ditelinganya. Saat ini, dia sedang mengemudi menuju kantor.

Sebulan lagi, dia dan kekasihnya yang bernama Raya akan segera menikah. Rasanya dia sudah sangat tak sabar menanti hari itu. Dan siang nanti, mereka akan melakukan fitting baju pengantin di butik langganan Raya.

Saat sedang membayangkan hari pernikahannya, tiba tiba White dikejutkan dengan sebuah motor yang melaju dari arah lain. Tak sempat menghindar karena jarak sudah terlalu dekat, tabrakanpun tak bisa dielakkan.

BRAKKK

Terdengar benturan yang sangat keras. Hanya itu ingatan terakhir yang tersimpan dimemori White. Gelap, dia tak sadarkan diri setelah mobilnya mengalami benturan yang sangat keras.

.

.

Airi, wanita berusia 23 tahun yang bekerja menjadi salah satu staf disebuah perusahaan, dibuat kesal karena jalanan yang macet. Dia melihat jam yang bertengger dipergelangan tangannya. Lima belas menit lagi, dia sudah harus ada dikantor, tapi sepertinya tidak mungkin karena mobilnya hanya bisa merambat pelan.

Dia terus terusan menggerutu, bahkan mengumpati polisi lalu lintas yang menurutnya tak bisa melakukan tugasnya dengan benar.

Dia melihat sebuah mobil berwarna putih yang hancur bagian depannya.

"Astaga, jadi penyebab kemacetan panjang ini gara gara kecelakaan," gumam Airi. Bulu kudunya seketika meremang. Dia memang seperti itu saat melihat seatu musibah, terlebih kecelakaan lalu lintas.

Tak jauh dari mobil tersebut, ada sebuah motor matic merk sejuta umat warna hitam yang kondisinya juga rusak parah. Melihat ada darah yang lumayan banyak diaspal, Airi buru buru mengalihkan pandangannya. Dia kembali fokus melihat kedepan.

"Kayak motor Abian," Airi mengerutkan kening sambil mengingat ingat motor yang barusan dia lihat tadi. Sayangnya dia tak sempat melihat nopol motor tersebut karena terlanjur ngeri melihat darah diaspal. Tapi kemudian, dia menggeleng, motor seperti itu ada banyak di Jakarta. Ya, itu pasti motor orang lain.

Sesampainya dikantor, Airi langsung berlari menuju tempat kerjanya. Dia mendesis pelan saat manager ternyata sudah memulai breefing. Dan itu artinya, dia sedang dalam masalah. Semoga saja hanya kena omal, tak sampai kena SP.

"Ma-maaf Pak, saya terlambat. Tadi dijalan macet total karena terjadi kecelakaan."

Manager muda yang sedang memimpin breefing tersebut tampak menghela nafas. Namun kemudian, melanjutkan breefing karena ada hal yang lebih penting untuk dibahas daripada membahas Airi yang telat.

Airi bernafas lega. Dia kemudian fokus mendengarkan apa saja yang disampaikan Pak Restu. Tapi tiba tiba, ponselnya berdering, membuat atensi semua orang langsung tertuju padanya. Melihat wajah garang Pak Restu yang seperti mau menelannya hidup-hidup, Airi langsung mengambil ponsel didalam tas dan mematikannya. Dia sempat melihat kalau ibunya yang menelepon. Mungkin ada sesuatu yang tertinggal. Biarlah, nanti dia akan menelepon ibunya balik.

Selesai breefing, semua kembali ketempat masing masing. Takut jika ada hal penting yang hendak disampaikan ibunya, Airi pergi ke toilet untuk menelepon balik.

"Hallo Bu." Ucap Airi begitu telepon tersambung. Tapi bukannya jawaban, yang dia dengar malah suara tangis ibunya. "Ada apa Bu?" Perasaan Airi langsung tidak enak.

Tapi diseberang sana, sang ibu masih saja menangis. Dan tangisannya terdengar sangat pilu, membuat Airi sangat cemas.

"Ada apa Bu? Apa terjadi sesuatu?" Airi kembali bertanya.

"A-Abian kecelakaan."

Ponsel yang dipegang Airi seketika terjatuh. Seluruh tubuhnya terasa lemas, dan cairan bening mulai merembes dari sudut matanya.

Tak mau membuang waktu, Airi langsung pergi ke rumah sakit. Dia berjalan tergesa gesa menuju UGD. Dari kejauhan dia bisa melihat ibunya menangis. Segera dia menghampiri dan menghambur dipelukannya.

"Adikmu Ai, adikmu," tangis Bu Soraya makin pecah. Dia tak menyangka jika putranya yang tadi pagi izin berangkat ke sekolah, malah mengalami kecelakaan.

"Abian pasti baik-baik saja Bu. Dia kuat, Bian anak yang kuat." Airi menahan tangisnya mati-matian. Dia berusaha untuk menguatkan ibunya.

Tak jauh dari mereka berdua, berdiri sepasang suami istri. Mereka adalah orang tua White, pria yang bertabrakan dengan Abian.

"Tenanglah Mah, White pasti baik-baik saja," Sabda berusaha menenangkan istrinya yang tak henti henti menangis.

"Bagaimana aku bisa tenang Pah, anak kita belum jelas kondisinya," sahut Nuri, mama White.

Setelah beberapa saat, seorang dokter keluar dari UGD. Mereka berempat segera menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan anak saya Dok?" tanya Mama Nuri yang tak sabar ingin tahu kondisi putranya. "Kor-korban yang tadi memakai jas berwarna hitam," jelasnya. Dia takut salah informasi karena korban kecelakaan ada dua.

"Anda keluarga pasien tersebut?"

"Ya, saya mamanya."

"Mohon maaf Ibu, pasien harus segera dioperasi, ada kerusakan pada bagian matanya."

Deg

Tubuh Mama Nuri seketika lemas, beruntung sang suami berhasil menahannya hingga tak jatuh.

"Ada apa dengan mata putra saya Dok?" Papa Sabda ingin tahu lebih jelas.

"Mata pasien terkena serpihan kaca."

Pikiran Sabda dan Nuri langsung melayang kemana-mana. Mereka sudah membayangkan bagaimana jika putra mereka mengalami kebutaan.

.

.

Hari ini sudah seminggu lebih Abian dirawat dirumah sakit. Pemuda berusia 18 tahun itu mendapatkan banyak jahitan diarea kepala serta mengalami patah tulang bagian kaki. Selama dirumah sakit, ibu dan kakaknya senantiasa menjaga dan merawatnya.

"Hari ini Ai cuti Bu. Sebaiknya Ibu pulang saja, biar Ai yang jaga Abian." Airi tak tega melihat wajah pucat ibunya. Wanita paruh baya tersebut selalu menolak jika disuruh pulang, dia lebih memilih berada didekat Abian.

"Ibu disini saja."

"Tapi disini tak bisa tidur dengan nyenyak Bu." Kamar Abian memang bukan kelas VIP, jadi dalam 1 ruangan, ada 2 orang pasien yang ditengahnya disekat menggunakan kelambu.

"Dirumahpun, Ibu tak bisa tidur dengan nyenyak."

Airi hanya bisa menghela nafas. Membujuk Ibunya agar mau pulang memang sangat susah.

Disaat bersamaan, dua orang polisi masuk kedalam ruangan Abian.

"Selamat pagi," ujar salah seorang dari mereka.

"Selamat pagi, Pak." Sahut Airi dan ibunya bersamaan. Sedangkan Abian, wajah pemuda itu langsung pucat pasi. Dia yakin polisi datang untuk menanyainya tentang kasus tabrakan yang dia alami.

"Kedatangan kami kesini, untuk meminta keterangan pada saudara Abian," ujar salah satu polisi.

Bu Soraya dan Airi mengangguk. Mereka lalu membiarkan polisi meminta keterangan pada Abian. Tak hanya Abian yang merasa tegang, Airi dan Ibunya juga sama. Setelah hampir 1 jam, akhirnya mereka menyudahi sesi tanya jawab tersebut.

"Setelah saudara Abian keluar dari rumah sakit, penyidik akan memberikan surat panggilan untuknya."

Tubuh Abian seketika lemas.

"Apa adik saya bersalah Pak?" tanya Airi.

"Menurut keterangan saksi dan rekaman cctv jalan, serta keterangan dari adik anda barusan, bisa disimpulkan jika adik anda bersalah dalam kasus tabrakan ini."

"Bagaimana bisa negitu?" sela Bu Soraya. "Anak saya tertabrak mobil, bagaimana mungkin dia yang bersalah?" protesnya.

"Dari rekaman cctv, saudara Abian berusaha menyalip truk didepannya hingga masuk kejalur lain. Dan disaat bersamaan, ada mobil dari arah lain hingga terjadi kecelakaan. Disini jelas sekali, Abian yang masuk kejalur lain hingga terjadi kecelakaan."

Tubuh Bu Soraya seketika lemas, begitupun dengan Airi.

"Aku tak mau dipenjara Bu," Abian menangis setelah kedua polisi tersebut keluar. "Tolong aku Bu, aku tak mau dipenjara. Kak, aku tak mau dipernjara Kak. Aku takut Kak."

Bu Soraya memeluk Abian sambil menangis. Kedua orang itu menangis sesenggukan hingga membuat Airi tak sanggup melihatnya. Airi keluar dari ruangan Abian, duduk termenung disebuah kursi tunggu sambil memikirkan nasib Abian kedepannya. Adiknya itu masih sangat muda, masih 18 tahun, kalau sampai dipenjara, bagaimana dengan masa depannya.

Airi menyeka air matanya. Dia harus mendatangi keluarga korban, meminta maaf dan mengajak mereka berdamai. Bagaimanapun, semua ini kecelakaan, bukan kesengajaan.

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒌𝒍 𝒏𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒐𝒕𝒐𝒓 𝒚𝒈 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒏𝒚𝒂𝒍𝒊𝒑 𝒔𝒆𝒆𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒅 𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒄𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂𝒂𝒏 🤦‍♀️🤦‍♀️

2024-05-03

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

novel je 4karya othor yg aku baca

2024-05-16

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!