Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 Melewati Batas
Gudang yang di bagian depannya terdapat gedung kantor berlantai 3 tersebut memang akan di manfaatkan oleh Safir sebaik mungkin.
Safir tentunya meminta bantuan seorang arsitek yang dulu pernah membuatkan kantor pusat Arko Restoran milik Arjuno. Tentunya saat pembuat, Safir dan Queen juga terlibat di dalamnya. Karena Queen dan Safir memiliki keinginan tersendiri untuk di bagian ruangan kerja mereka nanti dan di ruangan lainnya, terkhusus lantai 3.
Sedangkan untuk lantai 2 Safir dan Queen mengikuti apapun yang terbaik menurut arsitek tersebut. Sedangkan di lantai dasar akan Safir gunakan untuk penyimpan bagian tubuh sapi dan kambing yang sudah di jual dagingnya, sedangkan untuk bagian tertentu yang belum laku di jual akan di simpan sementara waktu di frezeer khusus.
Keduanya memang sudah sepakat untuk melanjutkan usaha Safir bersama-sama. Apalagi sebagian besar tambahan usaha lainnya adalah ide Queen yang Safir turuti karena menurutnya, ide Queen sangat menguntungkan untuknya.
Sekalipun Queen tidak menyumbang modal untuk Safir, tapi ia menyumbang segala ide yang ia punya. Queen juga membantu Safir untuk memperluas relasi kerja Safir. Satu hal yang Safir tolak, ia tidak mau jika Queen sampai menawarkan daging Sapi dan kambing pada DS Group untuk menyupali darinya meskipun DS Group memiliki beberapa cabang cafe yang ada di Jawa Timur. Safir tidak ingin jika dirinya seolah memanfaatkan Queen, yang jelas sebagai cucu pemilik DS Group. Queen memahami hal itu, Meski tidak mudah, tapi tidak begitu sulit juga bagi Queen untuk memasarkan usaha Safir ke berbagai klien yang membutuhkan suplai daging dengan jumlah cukup besar.
Beberapa tahun melakukan pekerjaan bersama, tentu begitu pentingnya Queen bagi Safir untuk mengelola semuanya. Apalagi sejak dua tahun ini, Queen yang mengatur segala keuangan. Berapa keuntungan yang Safir dapatkan, tentunya Queen tahu dengan jelas.
Segala yang sudah mereka lewati bersama. Sudah pasti mereka inginnya bisa terus bersama-sama mengembangkan usaha yang saat ini membuat Safir bergelimangan uang di usia yang masih muda. Maka sekarang, Safir terkejut dengan ucapan Queen yang sudah tidak ingin membantu dirinya lagi.
"Maksud kamu apa, Queen?"
"Masih belum jelas?" tanya Queen dengan tatapan yang tak terbaca. "Aku sudah tidak mau lagi bekerja sama kamu. Pekerjaan hari ini sudah selesai kan? Aku pulang sekarang."
Safir hanya bisa terpaku melihat punggung Queen yang kini mulai turun melalui anak tangga. Ia masih terkejut dan belum percaya dengan apa yang baru saja Queen ucapkan. Safir seolah sedang mencerna keadaan semuanya dengan baik.
Rasanya sangat aneh. Sejak tadi bersama, Queen bahkan nampak tidak seperti biasanya. Dan sekarang memutuskan hal yang sangat penting tanpa membicarakan semuanya terlebih dahulu.
"Queen," gumam Safir. Ia kembali melihat ke arah tangga. Sudah tidak ada Queen di sana. "Queeennn ..." Panggil Safir dengan suara yang cukup keras, hingga membuat orang yang sedang bekerja terkejut dengan suara Safir. Bergegas Safir lari secepat mungkin untuk mengejar Queen yang entah sudah sampai mana. "Queen."
Spontan saja langkah kaki Queen terhenti saat mendengar suara teriakan Safir. Hatinya terasa bergetar, karena Safir kini seolah takut dirinya pergi. Ingin rasanya Queen menoleh kebelakang, tapi ini hanya akan menyakiti dirinya sendiri. Queen sudah yakin dengan keputusannya yang ia ambil setelah semalam berpikir untuk keamanan diri dan hatinya yang terluka. Walau sebenarnya berat bagi Queen memilih jalan ini.
"Queen."
Queen menunduk. Ia memejamkan kedua matanya agar air matanya tidak luruh.
'Jangan menoleh kebelakang dan ayo pergi cepat, Queen. Dia bukanlah lelaki yang bisa kamu miliki. Dia calon ipar kamu,' gumam hati Queen yang sedang menyadarkan diri. Merasa kalau Safir juga sudah sampai lantai dasar, Queen mempercepat langkah kakinya.
"Tunggu Queen. Kita bicara dulu baik-baik," teriak Safir agar Queen berhenti melangkah. Safir memilih kembali lari karena Queen tidak menanggapi ucapannya. "Queen."
Grep!
Dug!
"Awww ..." Ringis Queen.
Safir mempercepat langkah larinya. Ia langsung menggenggam tangan Queen dan Safir tarik dengan cepat. Hingga dengan keras kening Queen membentur dada Safir.
"Maaf, maaf," ucap Safir yang mulai panik, karean Queen mengusap keningnya. "Maaf, aku tidak sengaja."
"Kamu mau apa sebenarnya, Fir?" tatapan Queen sudah terlihat marah pada Safir. Apalagi untuk sesaat, Safir ikut menyentuh keningnya. Hal yang tidak pernah Safir lakukan pada Queen adalah interaksi kulit, sekalipun itu hanya sekedar bersalaman.
"Apa aku punya salah sama kamu? Sejak tadi kamu berwajah suram, tidak seperti biasanya. Dan sekarang apa? Kamu mau berhenti bekerja setelah kita sama-sama membangun ini semua," tanpa Safir sadari, ia berucap dengan suara yang cukup lantang bersamaan dengan tangan Safir yang semakin erat menggenggam tangan Queen.
Queen menunduk, melihat tangannya yang di genggam dengan sangat erat. "Apa kamu tahu, kamu sudah melewati batasanmu sendiri."
Ucapan Queen yang pelan dan menunduk, membuat Safir juga ikut menunduk. "Maaf-maaf," ucap Safir cepat dan langsung melepaskan genggaman tangannya.
"Aku akan menyelesaikan semuanya dan segera memberikan semua laporan bulan ini ke kamu, Fir. Aku pulang sekarang."
Jika biasanya Queen akan menatap Safir saat berucap, tidak untuk kali ini. Karena Queen memilih menunduk dan berkata begitu pelan. Queen takut dirinya menangis di depan Safir. Menunjukkan kalau dirinya sedang patah hati. Queen tidak ingin itu terjadi.
"Aku pulang sekarang."
Grep!
Baru saja Queen balik badan, dengan sadar Safir menggenggam lagi tangan Queen agar tidak pergi begitu saja. "Bilang sama aku, kenapa kamu mengambil keputusan seperti ini tanpa bicara dulu sama aku? Kamu tidak bisa seperti ini, Queen."
demo rumah emak guys