NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Malam ini, Kiyai Ismail akan melakukan perjalanan Tausiyahnya ke kota tetangga. Setelah perpamitan, sang Kiyai langsung saja pergi bersama dua ajudannya.

Sementara Yusuf, ia tampak bangkit menyudahi pekerjaanya. Ia kini berjalan masuk ke kamar untuk meletakan laptopnya, dan kembali keluar sambil memegang sebungkus rokok, dan koreknya.

"Suf, mau kemana?" tegur Umi Khadijah.

"Mau keluar rokokan bentar, Umi," Yusuf mengangkat bungkus rokoknya.

"Eh ... Nanti dulu! Cepetan nanti kamu ke Masjid, untuk gantiin Abah menjadi imam!" Umi Khadijah menatap tidak setuju.

"Kan ada Gus Farhan, Umi?!"

"Nggak! Gus Farhan nggak bisa datang, mau menghadiri acara sholawatan!" jawab kembali Umi Khadijah.

Sebelum memutuskan kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil sajadah, Yusuf sempat melirik Jesica sekilas. Entah mengapa, rasanya ia enggan pergi kemana-mana lagi. Ingin terus berada dirumah.

Dan setelah makan malam selesai, Jesica kini masuk kedalam kamarnya. Ia berdiri sambil menyibak korden kamarnya. Hujan cukup deras kini mengguyur daerah pesantren. Antara rindu, kebencian, kini bercampur larut dalam setiap tetesan air hujan. .

Jesica menatap lurus, namun jemarinya terus mengusap perut rata itu. Entah mengapa, 2 kali takdir mempermainkannya. Ia sangka, Rasyid memang tempatnya pulang. Namun, Jesica salah. Rupanya tidak ada pria yang benar-benar bersungguh kepadanya.

'Sayang ... Sehat-sehat ya Nak! Maaf, jika Mamah belum bisa membuatmu bahagia' lirihnya dengan pandangan jatuh kebawah.

Ia melirik gawainya yang tergeletak diatas meja. Sudah sehari semalam, ponsel itu ternonaktifkan. Mungkin saja, orang tuanya juga agak cemas memikirkan nasib putri tunggalnya.

'Pantas saja, Mas Rasyid selalu menunda untuk meresmikan pernikahan ini ... Rupanya dia sudah memiliki istri.' Jesica menutup wajahnya dengan tangan. "Ya Allah ...." lirihnya merasa sesal.

Sementara di lain tempat, tepatnya dirumah pribadi Rasyid dengan Jesica, pria itu sejak tadi mencoba menghubungi istrinya terus, namun tetap sama hasilnya nihil. Ponsel Jesica tidak aktif.

Mengingat derasnya hujan yang mengguyur seluruh kota Malang ... Jadi Rasyid terpaksa menghentikan pencariannya kepada sang istri. Ia kini berada diteras balkon. Berdiri terpaku, sambil menatap lurus kedepan.

Rintik hujan itu, sungguh mengingatkan Rasyid kala pertemuan pertamanya dengan Jesica. Sebelum Oma Selin mengenal istrinya, Rasyid sudah pernah melihat Jesica sebelumnya. Mereka sama-sama bersimpuh dipelataran Masjid Haram, meski hujan mengguyur Makkah saat itu.

"Sayang ... Kamu ada dimana? Sudahkah kamu makan, dan bayi kita?!" Rasyid bergumam lirih, meski bibirnya enggan sekali untuk berkata.

Drttt?!!!

Gawai Rasyid bergetar dalam genggaman tanganya. Senyum diwajahnya luntur, saat bukan nama sang istri yang tertera dalam layar ponselnya.

Namun, sang Pengacara.

📞 "Selamat malam, Pak Rasyid ... Maaf mengganggu waktunya. Saya mau menginformasikan, jika lusa pukul 9 pagi, sidang Anda akan digelar."

"Baik, terimakasih informasinya, Pak Arman! Semua berkas dan barang bukti sudah aman, 'kan Pak? Karena saya tahu, betapa liciknya Andini!" geram Rasyid mengingat perilaku istrinya pertamanya itu.

📞 "Sudah semua, Pak Rasyid! Anda tenang saja. Ya sudah, kalau begitu saya tutup dulu."

Rasyid memutus panggilan telfonnya. Ia kembali dihadapkan kesunyian yang semakin menusuk. Dinginya malam berhembus sendu. Pikiran pria itu bercabang. Harapan dan doanya beradu kuat memuncak. Semoga saja, lusa proses perceraiannya akan berjalan lancar.

Tok!! Tok?!!

"Den, Aden ...." seru Mbok Minah sambil mengetuk pintu kamar Majikannya.

Rasyid tersadar. Ia berjalan mendekat sambil membuka pintu kamarnya. "Ada apa, Mbok?" jawabnya agak memicing.

"Den ... Itu dibawa ada istrinya Aden!" Mbok Minah agak panik.

'Apa mungkin Jesica?' batin Rasyid penuh harap. "Apa Jesica sudah pulang, Mbok?"

"Bukan, Den! Tapi Non Andini!" ucap Mbok Minah kembali.

Kedua mata Rasyid terbuka lebar. Tatapanya terhunus, membuka kembali emosinya. Ia lantas bergegas turun, untuk menemui istri pertamanya itu.

"Mau apa kamu datang kesini, Andini?!" sentak Rasyid menatap bengis kearah istrinya itu.

Andini bangkit. Tangisanya pecah kembali, "Mas ... Aku nggak mau pisah sama kamu! Aku nggak mau kita cerai!" teriak Andini disela isakannya.

Ia berniat mendekat kearah Rasyid, namun langsung dicegah oleh suaminya. "SUDAH, STOP, ANDINI!" Bentak Rasyid sambil mengangkat tangannya. "Keputusanku sudah bulat! Lusa sidang pertama kita. Dan perlu kamu tahu ... Sebentar lagi aku tidak memiliki urusan apapun sama kamu!"

"Nggak! Aku nggak mau, Mas! Aku nggak rela kamu hanya menjadikan Jesica sebagai istrimu!" teriak Andini menampakan wajah tidak terimanya.

Rasyid menggeram. Tatapanya bagaikan tombak, yang saat ini melesat dalam jantung Andini. "Kamu wanita egois, Andini! Sejatinya kamu lebih munafik! Kamu mengatasnamakan penghianatan dalam rumah tanggaku dengan Jesica ... Padahal sejatinya kamulah yang sudah menghancurkan rumah tanggamu sendiri! 8 tahun aku menikahimu, tapi kamu dengan keji menunda kehamilanmu, bahkan berhubungan badan dengan berbagai pria! Sikapmu lebih murah dari pada jalang dipinggir jalanan!" Bentak Rasyid hingga urat dilehernya menonjol keluar.

Andini yang sudah mulai terancam, netranya tampak mengedar dengan dada yang ikut tersengal. Melihat sebuah guci diatas nakas didepanya, dengan cepat ia beranjak untuk mengambil guci tadi. Hingga ....

Pyar!!!!

Rasyid tersentak. Andini nekad, dan langsung mengambil pecahan beling tadi.

"Jika kamu masih nekad menceraikan aku ... Maka aku tidak akan segan-segan mengakhiri hidupku, Rasyid!" teriak Andini yang sudah frustasi. Ia menempelkan pecahan guci tadi pada pergelangan tanganya.

Mbok Minah dan Adnan yang juga ikut menyaksikan, mereka saling melempar tatap ditempatnya-dapur. "Duh Mbok ... Nekad bener wanita itu," Adnan sampai merinding melihat adegan didepan matanya saat ini.

"Haduh ... Kok masalahnya jadi tambah runyam begini ya? Aden sudah pusing mencari Nona ... Ini malah kedatangan nenek lampir pake acara drama segala," geram Mbok Minah ikut menatap.

Rasyid mendesah kasar, sambil mengusap wajahnya. "ANDINI, JANGAN LAKUKAN HAL GILA! KAMU MASIH PUNYA AKAL?!" Teriak Rasyid merasa frustasi.

"Nggak, katakan! Aku akan membuang pecahan beling ini, jika kamu mencabut gugatan cerai itu!" Andini masih berapi-api.

"Jangan mimpi kamu Andini! Aku tidak akan pernah mencabut gugatan ceraiku! Sekali aku memberimu maaf. Tapi, kamu malah mengulangi perbuatan zina itu dengan para pria manapun! KETERLALUAN!" Rasyid tetap tidak peduli akan semua drama Andini.

"Oke, baik! Lihat saja ini," Andini sudah bersiap menekan pecahan beling tadi pada pergelangan tanganya. Tajamnya beling itu semakin menujuk, menembus kulit putihnya saat ini. Dan perlahan, darah segar mulai keluar, diiringi rintihan kesakitan dari mulut Andini.

Mbok Minah dan Adnan melongo melihat darah segar itu mengucur. Tubuh Mbok Minah melemah, ketika darah itu menetes dibawah lantai marmer.

"Ya Allah, Mbok! Lha kok malah lemes. Ayo duduk dulu," Adnan menarik kursi, agar tubuh gempal Mbok Minah terasa lebih nyaman.

Rasyid membeku melihat hal nekad yang dilakukan istrinya saat ini. Hingga ....

Brugh,

Tubuh Andini luruh diatas lantai, menggeram kesakitan. Namun lama-kelamaan, kesadaran wanita cantik itu seketika hilang.

"Adnan ... Tolong siapkan mobil!" Teriak Rasyid, dan langsung menghampiri tubuh Istrinya itu.

"Baik, Tuan!" Adnan segera bergegas menuju garansi untuk menyiapkan mobil.

Meskipun teramat kesal, mau tidak mau Rasyid harus menyelamatkan Andini terlebih dahulu. Ini bukan soal cinta, atau kepedulian. Tapi lebih ketindakan manusiawi.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!