Cinta Yang Bertemu Kembali

Pagi itu tidak seperti biasanya, awan mendung menutupi langit. Cahaya matahari bahkan tidak bisa menembusnya. Akibat cuaca yang mendung, udara menjadi dingin.

Semua siswa siswi SMA Nusa bangsa masih berada di kelasnya masing masing. Mereka masih semangat belajar walaupun cuaca dingin yang membuat kebanyakan orang pasti mengantuk dan tertidur.

Saat jam istirahat, Clara memilih ke perpustakaan. Itu yang akan dia lakukan jika saja merasa bosan.

Saat Clara memasuki perpustakaan itu, hanya ada beberapa orang saja. Suasana perpustakaan memang sunyi dan terkadang terlihat menyeramkan.

Clara berjalan menuju deretan rak novel. Dia memilih novel apa yang akan dia baca.

Clara berhenti dan menatap ke arah novel yang dia sukai, novel bergenre romantis. Clara mengulurkan tangannya untuk mengambil novel itu, tapi sayang, tempat dimana novel itu berada terlalu tinggi hingga sulit di gapai oleh tubuh Clara yang mungil.

Clara berjinjit agar tangannya bisa menggapai novel itu, tapi tetap tidak sampai.

Sebuah tangan terulur dan mengambil novel yang dari tadi Clara incar. Pemilik tangan itu tepat di belakangnya. Clara memutar tubuhnya agar bisa melihat siapa orang itu.

Clara terkejut menyadari siapa orang itu. Mata Clara menatap lekat mata orang itu, begitupun sebaliknya. Mereka berdua terdiam, hanyut dengan debaran jantung yang tak karuan.

"Kak Rey" Hanya kata itu yang terucap di bibir Clara. Clara sedang menetralkan jantungnya agar tidak terdengar oleh Reyhan.

Reyhan menatap lekat ke arah gadis mungil nan manis yang berada di pelukannya.

Kalian tau bagaimana posisi mereka? Reyhan meletakkan tangan kirinya di rak buku dan tangan kanannya masih menggantung memegang novel. Clara berada dalam kungkungannya dan tubuh mereka hanya berjarak beberapa centi.

Tubuh mereka berdua masih mematung demgan mata yang saling menatap. Clara tidak pernah merasa jantungnya berdetak sekencang ini saat bersama Wildan maupun Devan. Terakhir Clara merasakannya saat dia bersama seorang bocil laki laki yang diapun tidak tahu namanya.

Tak!!

"Aww!! Sakit kak!" Clara mengelusi kepalanya yang dijitak Reyhan.

Reyhan menjauhkan tubuhnya kemudian bernapas lega. "Untung gue masih hidup, dari tadi gue nahan napas sangking deg deg-an nya." Gumam Reyhan yang tidak terdengar Clara.

"Cih, aku pikir bakal ada adegan romantis kayak di novel. Taunya kepala aku malah dijitak, dasar kak Reyhan gak punya hati!" gerutu Clara.

"Lagian Lo masih bocil udah baca novel kek gini. Gak boleh Ra!" Kesal Reyhan, dia takut Clara kehilangan kepolosan nya.

"Itu bukan novel 21 kaaak!" Balas Clara yang juga tak kalah kesal.

"Walau bukan novel 21 tapi ini novel 18 ke atas kan? Kamu masih 17 tahun Ra"

"Yee, biarin. Kan bukan kakak yang baca"

Clara ingin mengambil novel yang dipegang Reyhan. Reyhan yang sigap langsung mengangkat tangannya yang memegang novel itu. Terjadi aksi saling rebutan novel di perpustakaan itu. Untungnya mereka berada di sudut perpustakaan hingga suara mereka tidak terlalu terdengar.

Clara kesal, dia memegang bahu Reyhan dan melompat untuk mengambil novel di tangan Reyhan. Sayangnya dia terpleset hingga membuat tubuh mereka berdua terjatuh.

*Cup

Clara membulatkan matanya saat bibirnya tidak sengaja mencium bibir Reyhan. Clara terdiam merasakan kelembutan bibir Reyhan. Begitupun Reyhan yang merasakan betapa manis dan lembut nya bibir Clara. Jujur, ini adalah ciuman pertama bagi mereka berdua.

Selain merasakan betapa lembut nya bibir Clara, Reyhan juga merasakan sesuatu yang kenyal dan lembut didadanya. Tentu ini membuat jantungnya berdetak kencang dan nafs*nya meningkat.

Mereka berdua saling menatap dengan bibir yang masih menyatu. Sampai tiba tiba...

*Jedeer!!

Suara petir yang menyambar begitu memekakan telinga. Tapi beruntung nya suara itu menyadarkan Clara. Clara buru-buru membangkitkan tubuhnya dan berlari meninggalkan Reyhan yang masih terbaring.

Clara berlari meninggalkan perpustakaan sambil mengomeli dirinya, dia juga menampar mulutnya untuk meluapkan emosinya.

Clara masuk ke kelasnya dan langsung membenamkan wajahnya di meja. Sungguh dia sangat malu. Bagaimana jika dia bertemu dengan Reyhan lagi? Dia pasti akan menutupi wajahnya dengan tong sampah agar tidak dilihat Reyhan.

Sedangkan Reyhan masih terbaring di lantai perpustakaan. Entah sadar atau tidak, dia tersenyum sambil memegangi bibirnya.

Dia memutuskan untuk keluar dari perpustakaan. Sepanjang perjalanan Reyhan tersenyum bahagia, seperti habis memenangkan lotre yang hadiahnya 1 triliun. Tentu ini membuat teman temannya maupun siswa siswi lain keheranan. Reyhan yang biasanya tidak pernah tersenyum sekarang tersenyum dengan bahagianya.

...----------------...

Sepulang sekolah, Reyhan memutuskan untuk bicara empat mata bersama rekan sepenyelidikannya, siapa lagi kalau bukan Dimas Anggara, jones abadi sekolah.

Mereka membicarakannya di sekolah karena lebih aman. Mendung yang tadi menyelimuti langit telah hilang tertiup angin.

"Dim, apa aja yang udah Lo temui?" Tanya Reyhan membuka percakapan.

"Gue nemuin ini" Dimas menunjukkan beberapa foto. Di foto itu terpampang jelas Devan sedang merangkul seorang wanita memasuki hotel. Bukan hanya itu, masih ada banyak foto lainnya dengan wanita yang berbeda.

"Brengs*k!" Maki Reyhan. Dia menggebrak meja sangking marahnya.

"Bukan hanya itu, gue juga nemuin ini"

Dimas menunjukkan berita mengenai siswi yang hilang di sekolah Abadi jaya tempat Devan bersekolah. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa orang.

Reyhan melihat berita yang dimaksud Dimas di handphone nya. Di situ juga ada foto dan nama dari siswi-siswi yang menghilang.

"Gue juga udah tanya sama siswa siswi di sana. Sulit sih mendapatkan keterangan dari mereka, tapi akhirnya gue dapet juga. Mereka bilang terakhir kali mereka melihat para siswi yang menghilang itu sedang bersama Devan" ucap Dimas menerangkan.

"Semuanya?" Tanya Reyhan dengan kening berkerut, dia meletakkan HP-nya dan kembali menatap Dimas.

"Ya, mereka tidak berani melaporkan nya ke polisi karna di ancam Devan. Ternyata Devan adalah anak dari pemilik sekolah itu." Jawab Dimas.

"Tunggu, apa Clara akan bernasib sama seperti mereka?" Tanya Reyhan khawatir.

"Lebih baik Lo kasih tau dia sebelum terlambat" Saran Dimas.

Reyhan mengangguk kemudian bergegas pergi, tapi malah di tahan Dimas.

"Bayaran gue mana? Lo pikir gue gak capek selama satu bulan bolak balik ke sekolah itu dan bujuk mereka agar mau ngasih tau ini semua. Lagian gue sempet dimarahi papa karna ketahuan kehotel, dia pikir gue macem macem di sana" Ucap Dimas kesal.

"Iya iya, ntar gue traktir Lo makan bakso" Reyhan langsung bergegas keluar dari kelas dan berlari menuju parkiran.

"Nasib nasib punya teman pelit. Tapi gak papa deh, daripada gak dapet apa apa" keluh Dimas

...----------------...

Reyhan melajukan motornya menuju restoran tempat Clara bekerja.

Sesampainya disana, Reyhan harus menelan kecewa karna tidak bisa bertemu Clara. Restoran terlihat sangat sibuk, banyak pelanggan disana hingga membuat semua pegawai harus bekerja ekstra.

Reyhan melajukan motornya lagi. Kali ini dia ingin mengunjungi rumah Clara.

Reyhan mengurungkan niatnya saat melihat rumah Clara yang sepi. Saat dia bertanya pada warga sekitar, mereka menjawab jika jam segini memang rumah itu sepi karna penghuninya sedang bekerja semua.

Reyhan memarkirkan motornya di bawah pohon yang rindang. Kebetulan ada penjual es buah juga di situ. Reyhan yang haus memutuskan untuk membelinya.

"Loh, kak Reyhan!"

Reyhan menoleh ke gadis di sampingnya. Gadis itu menggunakan celana jeans panjang, kaos dan jaket hitam, dan rambut yang di kucir kuda. Di sebelahnya ada seorang gadis menggunakan gaun santai selutut, rambut coklat yang di gerai membuatnya terlihat anggun. Kedua gadis itu adalah Mita dan Santi.

"Kakak kenapa disini?" Tanya Mita.

"Kebetulan lewat" jawabnya acuh.

Setelah pesanannya selesai, Reyhan langsung menuju motornya. Mita dan Santi memutuskan untuk mengikutinya.

"Lah, kalian ngapain ngikutin gue" Tanya Reyhan saat Mita dan Santi ikut duduk di bawah pohon.

"Penasaran aja kenapa kakak ada disini" jawab Mita.

"Emm, kalian kan sahabatnya Clara. Kalian pasti punya kan nomor hpnya Clara?"

Kedua gadis itu mengangguk.

"Boleh gue minta?" Tanya Reyhan walaupun agak ragu.

"Lah, kakak kan pacarnya, masa gak punya nomor hpnya sih" ucap Mita.

"Kita belum sempat tukar nomor" Jawab Reyhan beralasan.

Santi langsung memberikan hpnya yang sudah tertera nomor Clara didalamnya. Reyhan langsung mengetik nomor Clara kemudian mengembalikan hp Santi.

"Emangnya kenapa kakak sampai harus minta ke kita? Kenapa gak ke Clara aja?" Tanya Santi.

"Gak sempat" jawab Reyhan.

"Ish, jangan bohong kak Reyhaaan. Jawab yang bener!" Mita mulai kesal dengan pacar sahabat nya ini.

'Kenapa mereka nanya terus sih kayak wartawan' batin Reyhan.

"Gue lakuin ini supaya bisa ngelacak keberadaan Clara. Kalian pasti tahu kan kalau Clara punya pacar namanya Devan" Reyhan menatap tajam kedua gadis di sampingnya. Mita dan Santi hanya mengangguk. Kemudian Reyhan melanjutkan perkataannya lagi. "Gue dan temen gue udah nyari tau siapa itu Devan, dan ternyata Devan itu sering bawa wanita ke hotel. Bahkan ada berita di sekolahnya, bahwa ada beberapa siswi yang hilang dan terakhir kali terlihat bersama Devan. Jadi, gue yakin kalau Devan ini bukan orang baik, bisa aja dia ngelakuin hal buruk sama Clara. Untuk itu gue harus awasi mereka"

Mita dan Santi terkejut. Bahkan Mita sampai mengucapkan sumpah serapah jika saja Devan berani menyentuh atau melukai Clara sedikit saja.

"Tunggu, malam ini Clara dan Devan kencan kan?" Tanya Santi pada Mita.

"Oh ya, gue baru inget. Awas kalau si brengs*k itu ngelukai Clara, gue cari dia sampai langit ketujuh dan gue bunuh dia disitu" Jawab Mita.

"Yaudah, nanti malam kita akan awasi mereka" Balas Reyhan. Mita dan Santi mengangguk setuju.

"Oh ya kak, apa bayaran kami karna udah ngasih nomor Clara ke kakak?" Tanya Mita. Sedangkan Santi mengangguk mengiyakan.

Reyhan menghela nafas kesal. "Traktir bakso mau ya?" Tanya Reyhan.

Kedua gadis itu mengangguk bersamaan. Kemudian mereka bertiga mencari kedai bakso. Tak lupa juga Reyhan menghubungi Dimas. Mereka harus membicarakan rencana malam ini.