NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah jam pelajaran pertama telah usai, suasana kantin sekolah mulai sedikit lengang dibandingkan saat jam istirahat puncak, namun masih dipenuhi aroma berbagai hidangan yang menggoda selera. Deretan bangku dan meja yang rapi.

Di ujung pinggir sana tempat duduk yang begitu nyaman , jauh dari riuh dan panas sang mentari. Dua orang siswi cantik Vicky dan Serra sudah duduk dengan nyaman. Di hadapannya sudah ada dua hidangan yang menggugah selera. Mie ayam viral Bu kantin.

"Akhirnya, gue makan juga. Emang pesona mie ayam ini tidak ada tanding. Cacing di perut gue rasanya bentar lagi meronta ronta," Keluh Serra, dengan kedua mata berbinar sudah tak sabar menyantap mie ayam dengan topping ayam yang melimpah tak lupa acar segar itu.

" Vic, ayo makan. Lo ga ngiler apa, gue aja udah ngiler banget," Ucap Serra, melihat Vicky yang masih santai. Wajah nya bahkan seperti tidak selera dengan semangkuk mie ayam itu.

" Duluan aja. Lo kayak habis lari keliling Monas 50 kali," ledek Vicky.

"Kenapa? Emang ada yang salah?," Gumam nya bingung.

"Engga. Cuma porsi Lo ,,,,," Menatap ke arah semangkuk mie ayam dihadapan Serra.

Dengan tambahan mie extra, extra sayur, extra ayam dan extra acar. Dibandingkan dengan milik Vicky sangat berbeda jauh. Vicky menahan gelak tawa nya, sedangkan Serra hanya menatap polos pada mie di mangkuknya , kemudian kembali menoleh ke arah Vicky.

"Kenapa? Ada yang salah sama mie ayam gue?," Jelas nya masih tak paham.

"Engga. Engga ada, lupain aja. Yaudah Lo makan. Katanya cacing Lo meronta ronta,"

"Nah,,, iya bener. Vic, Lo juga makan. Gue udah effort pesenin Lo ya," Jelas nya mendesak.

Vicky menghela nafas berat, " Iya , gue makan,"

Serra dengan semangat 45 mulai mengaduk mie , walaupun space tempat nya hampir tidak muat. Bukan tidak muat lagi, lebih tepat nya mie dan seluruh kondimennya tidak bergerak. Ia mulai menyantap sendok demi sendok , dengan aroma bumbu yang menggoda.

Sedangkan Vicky baru ingin menyuap sesendok mie ayam itu. Ia menggeleng gelengkan kepalanya perlahan, melihat Serra yang begitu tak sabaran. " Vic, ini surga banget. Lo tau presentasi tadi nguras energi gue,"

"Untung aja bel istirahat berbunyi, sebelum Lo sempet nanya," Ucap Serra tak jelas, bibir nya penuh dengan makanan.

"Ser, mending Lo makan dulu. Nanti Lo tersedak," Tegur Vicky.

Belum dingin ucapan Vicky, tiba tiba seseorang mulai tersedak saat menelan mie yang terlalu besar, ditambah sambal yang tidak sengaja menggumpal membuat tenggorokan nya menjadi panas. Wajahnya berubah panik, ia mulai batuk batuk hebat dan memegang leher nya, tanda tersedak.

"Vicky, Lo kenapa?, " Panik Serra segera menelan makanan di bibir nya.

Loh?, kenapa yang tersedak malah Vicky. Sungguh plotwist diluar nalar.

Vicky menepuk nepuk kecil dada nya yang mulai terasa panas, ditambah tenggorokan nya yang begitu gatal. Beberapa kali ia batuk batuk dan susah untuk berbicara. " Ser,,, mi..num,,," Ucap nya terbata bata.

"Minum?," Jelas nya . Vicky mengangguk mengiyakan ucapan Serra.

Dalam kepanikan pandangan nya mulai berantakan, ia memeriksa di meja mereka dan ternyata di meja mereka tidak da air mineral atupun jus. Pandangan Serra menyapu di seluruh meja disekitar nya, tetapi tidak ada minuman. Tangannya mulai panik begitupun gerakan tubuhnya.

"Aduh,,,, Vic ... Gak ada minum lagi. Gue lupa tadi mesen ," Ucap nya panik.

"Uhukkkk,uhukkk... ," Vicky menunjuk ke arah kantin dengan segera.

Serra melihat jari tangan Vicky yang mengarah pada kantin di sebelah sana. Bibir Serra terbuka, ia mengerti dengan apa yang dimaksud oleh temannya itu. " OHH,,iya .. Tunggu gue beli minum dulu," Jelas Serra, segera bergegas pergi dengan wajah panik.

Disaat bersamaan Vicky sudah tidak tahan dengan rasa panas di tenggorokannya, ini sangat membuat nya kesulitan bernafas. Wajahnya semakin memerah, suasana semakin tegang . Saat mencoba menetralkan rasa panas ini tiba tiba dari sisi kanan , muncul segelas air putih dingin.

Tanpa berpikir panjang, Vicky segera mengambil nya dan meminum nya dengan perlahan. Ia meneguk beberapa kali sampai rasa panas dan gatal itu hilang dari tenggorokannya. Dirasa sudah cukup membaik, Vicky mulai mengatur nafas nya perlahan. Ia memegang leher nya yang sudah normal.

Nafas nya berangsur angsur, keringat dingin sudah memenuhi dahi nya. Ia memejamkan keduanya matanya sejenak, menenangkan dirinya , kemudian mengerjapkan beberapa kali matanya dengan perlahan.

"Huhhhh,,," Menghela nafas panjang.

Akhirnya ia bisa keluar dari situasi buruk itu. Vicky menatap segelas air dingin dihadapannya, kedua alis nya mulai mengkerut. Ia sedikit bingung, ia sama sekali tidak pernah memesan minuman seperti ini. Dan ia kenal dengan Serra, gadis itu sudah hafal harus membeli apa.

Firasat nya mulai tidak enak , Vicky kemudian menoleh ke samping kanan. Tempat seseorang menjulurkan segelas air putih dingin. Apa yang dia lihat?.

Kedua matanya melihat seseorang tengah berdiri, tetapi pakaian bawah nya bukan lah rok melainkan celana panjang, fix dia adalah seorang pria. Tatapan Vicky pelan pelan, mulai mengarah ke atas. Bola matanya mulai membesar, ekspresi keterkejutan terlihat jelas.

" Kak El?," Jelas nya tak percaya.

El tersenyum kecil, menatap gadis dihadapannya dengan wajah terkejut. " Hai, udah mendingan?," Ucap El memastikan.

Vicky menarik kembali tatapannya, menunduk kebawah sejenak. El mulai bergerak ,ia langsung melangkah dan tanpa izin menduduki kursi milik Serra . Sekarang posisi mereka saling berhadapan.

"Kalo makan hati hati, bahaya kalo sampai tersedak," Ucap nya perlahan.

"Iya," Sahut Vicky singkat.

"Lo sendirian?, tapi mangkuk makanan nya?," Ucap El, melihat ada dua mangkuk mie ayam.

"Itu bukan punya gue. Itu punya Serra ," Ucap Vicky penuh penekanan, dari ucapannya seperti nya ia tidak terima dituduh oleh El.

El mengangguk mengerti, " Kirain, Lo makan sebanyak ini," Jelas nya mulai meledek.

"Engga, emang gue keliatan se rakus itu?," Jelas nya mulai memperhatikan dirinya.

"Ya... Kalo diliat dari proporsi,,,," El dengan sengaja semakin , memanas manaskan situasi. Apalagi melihat wajah polos Vicky, yang mulai terintimidasi. Ia sampai melihat dirinya sendiri berkali kali.

El tersenyum kecil, menggeleng perlahan dengan sikap Vicky , ia hanya sibuk melihat lengan, dan proporsi tubuhnya. Vicky melihat El tersenyum kecil, ia menyipitkan pandangannya menaruh kecurigaan besar pada pria ini.

"Lo sengaja kan?," Jelas nya penuh penekanan.

"Soal?,"

"Ya soal, bilang kalo porsi makan gue banyak, "

"Engga. Lo aja yang ngerasa kayak gitu,"

Di posisi tengah. Devan duduk sendirian sambil fokus menatap ke layar ponsel. Di meja masih terlihat kosong, tanpa sentuhan makanan ataupun minuman. Tak lama kemudian, terdengar langkah yang ringan namun cukup tergesa gesa.

"Nih, gue udah pesen makanan , cemilan dan minuman ," Ujar Adit, datang dengan membawa segudang makanan berat, cemilan dan minuman di tangannya. Ia sampai membawa nampan ibu Kanti ke meja mereka.

Devan melirik tanpa menoleh, ia sama sekali tidak tertarik dengan berbagai makanan dan minuman itu. Ia kembali fokus menatap layar ponsel nya.

"Tunggu deh,, ini tadi kita kan bertiga. Itu kursi kok kosong, El kemana ?," Tanya nya bingung.

"Itu dibelakang," sahut Devan singkat.

"Hah?, di belakang," Adit membalikkan tubuhnya, menoleh ke arah belakang nya. Pandangannya menyapu ke seluruh susunan kursi dan meja, tetapi ia sama sekali tidak melihat keberadaan El. " Belakang mana?, gue gak liat apa apa," Jelas nya sambil terus melihat kesana kemari.

Devan meletakkan ponsel nya, menghela nafas panjang. " Lo ngerti dibelakang?, tapi mata Lo fokus ke samping," Tegur Devan cukup kesal.

"Itu, dibelakang pojok kiri," Tegas nya sekali lagi.

Adit membenarkan posisi pandangannya, tak butuh waktu lama akhirnya ia melihat batang hidung El. Ehhh,,tapi ada yang aneh.

Adit mengusap kedua matanya berulang kali, mengkerutkan kening nya , sambil mulai berpikir. " Itu bukannya, cewe,"

"Iya, cewe yang tadi pagi," Sahut Devan memperjelas.

"Wow,,, gercep banget tuh anak. ,"

"Tapi nih ya, gue rasa si El mulai tertarik sama tuh cewe. ," Ucap Adit kembali mengarah pada Devan.

"Alasannya?,"

"Ya alasannya, Lo tau selama ini El anti banget sama cewe. Selama kita jadi idola sekolah, banyak cewe cantik, baik dan menarik. Tapi satu pun gak ada yang bisa menaklukkan hati nya,"

"Dan tiba tiba, dia kenal cewe itu tanpa sengaja. Dan sekarang Lo bisa liat, mulai nempel kayak perangko,"

"Mungkin cuma kebetulan, kita gak bisa simpulin sesuatu hanya dari cara pandang kita, terkadang apa yang dilihat tidak selalu benar,"

"Devan, come on. Kita udah temenan lama, masak Lo gak ngeh gerak gerik El. Dari cara dia natap tuh cewe , beda banget,"

"Matanya tuh penuh benih benih cinta yang tumbuh,"

Devan memberikan tatapan yang tajam pada Adit. Wajahnya begitu nampak serius, Adit yang tadinya terus berbicara kini berubah tiba tiba diam. Ia memalingkan pandangannya kesana kemari, tanda ia mulai takut dengan tatapan Devan. " Van, Lo kenapa? Natap gue gitu, ada yang salah?," Jelas nya.

"Gue perhatiin. Belakangan ini, ada yang beda dari diri Lo," Ungkap nya.

"Hah?, beda? Maksudnya?," Sahut Devan agak terbata bata.

"Beda dalam artian. Ada sesuatu yang Lo sembunyiin selama ini, dan pada saat tertentu sesuatu itu muncul melalui kata dan mimik wajah ,"

"Kayak ada kepribadian lain yang gue dan El jelas engga tau,"

Devan melebarkan kedua bola matanya, urat urat di wajahnya seketika menegang. Nafas nya mulai tak beraturan, setelah mendengar ucapan itu dari Devan. Sementara Devan sama sekali tak melepas tatapan tajam itu.

Suasana serasa semakin panas dan memuncak. Adit sedikit menundukkan wajahnya, melirik ke kiri dan kanan. Ucapan itu seperti mengintimidasi dirinya.

"Kenapa?, kok diem?," Jelas Devan mengejutkan.

"Hah?, Engga. Apaan sih Lo Van, mana ada gue sembunyiin sesuatu,"

"Gue ya kayak gini, yang selalu clingy, ceria sama aja. Perasaan Lo aja kalik," Sahut nya, sambil menyembunyikan wajahnya.

"Kalo emang perasaan gue? Kenapa Lo panik, terus Lo kayak menghindar pas jawab pertanyaan gue," Ucap nya dengan penuh penekanan.

"Hah? Panik? ,"

"Engga. Gue biasa aja, udah lah. Ayok makan keburu dingin, gue udah pesen nunggu lama sampe kaki pegel," Jelas nya , mengambil semangkuk mie ayam, dan mulai mengaduk nya perlahan. Sesekali ia melirik ke arah, Devan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!