NovelToon NovelToon
Pengasuh Idaman

Pengasuh Idaman

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Romansa
Popularitas:2.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Tie tik

Menjadi seorang pengasuh bukanlah mimpi seorang gadis bernama Fina. Apalagi anak yang diasuhnya memiliki tingkah yang berbeda dari anak yang lain. Kesabaran dan ketelatenan Fina dalam merawat anak laki-laki berusia tiga tahun bernama Elza itu, ternyata mampu membuat Benny yang tak lain adalah ayah dari Elza tertarik kepadanya.

Mungkinkah mereka berdua bisa bersatu untuk mengarungi bahtera pernikahan? Atau justru Fina memiliki perasaan kepada pria lain? Lalu bagaimana peran Elza dalam hal ini?

🌹"Jika kamu menolaknya maka hanya ada satu hati yang terluka, tetapi jika kamu menerimanya maka ada dua hati yang terluka, yaitu aku dan anakku." ~Benny Candra Suherman~🌹

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hal mengejutkan,

Senyum bahagia terukir jelas di bibir keluarga kecil Badiah. Setelah melewati waktu dengan kesendirian, kini Badiah berkumpul kedua putrinya. Tadi sore Nisa pulang dari pondok dijemput Fina dan sekarang mereka sedang makan malam bersama di ruang keluarga.

"Bu, Mbak Fina jadi keibuan gitu ya, ehem. Sudah siap menikah ini sepertinya," kelakar Nisa setelah mengamati kakaknya yang sedang menyuapi Elza dengan telaten. Padahal bocah kecil itu sedang aktif bermain dengan mainan baru yang dibeli di pasar saat ikut menjemput Nisa.

"Nis, jangan begitu. Nanti kalau Mbakmu menikah, siapa yang membiayai sekolah kamu?" Badiah hanya mengulum senyum saat menanggapi candaan putri bungsunya.

"Ya, menikahnya sama ayahnya Elza saja, Bu. Kan duda kaya tuh!" Nisa membekap mulutnya setelah melihat tatapan tajam dari Fina.

"Ada baiknya kamu diam aja deh, dari pada sendok ini melayang di kepalamu, Nis!" ancam Fina dengan tatapan mata yang tajam.

Sementara Nisa hanya terkekeh setelah melihat respon kakaknya dan Badiah hanya mengulum senyum saat menanggapi bagaimana interaksi kedua putrinya. Wanita paruh baya itu merasa bahagia karena bisa merasakan kehangatan keluarga yang sudah lama dirindukan.

"Setelah ini Elza mau ikut Mbak Fina latihan gak di balai desa?" tanya Fina seraya menatap Elza.

"Mau! Tapi nanti aku pakai baju apa? Aku kan belum punya selagam," ucap bocah kecil itu karena selama ini dia hanya berlatih bersama Fina

di rumah, itu pun tidak setiap hari.

"Pakai baju biasa aja, gak perlu pakai seragam," sanggah Fina seraya menatap Elza dengan senyum yang manis.

"Asyik aku nanti gelut! Yeee!" teriak Elza sambil melompat-lompat kegirangan.

"Nis, latihan sekalian yuk!" ajak Fina seraya menatap Nisa yang asyik dengan sinetron yang sedang tayang saat ini.

"Gak ah, Mbak. Mumpung pulang aku mau istirahat aja di rumah. Aku mau nonton TV sepuasnya sama ibu," jawab Nisa tanpa mengalihkan pandangannya dari layar cembung berukuran 21 inch itu.

Fina pun tidak mau memaksa adiknya, karena dia sendiri pernah mengalami fase itu di kala pulang dari pondok. Dia sendiri sebenarnya merasa lelah, tetapi karena sudah lama merindukan suasana di balai desa, dia membuang jauh rasa lelah itu. Bertemu dengan teman-teman latihan sepertinya lebih asyik dari pada harus berdiam diri di rumah.

****

Tepat setelah menunaikan sholat isya', Fina berangkat menuju balai desa bersama Elza. Gadis cantik itu memakai seragam yang biasa disebut 'sakral' dalam perguruan pencat silat yang dia ikuti selama ini.

"Mbak Fina, aku mau beli baju sepelti ini!" ujar Elza seraya menyentuh sabuk kain berwarn hijau yang melingkar di perut Fina.

"Iya, kalau sudah pulang, Elza minta Papa ya," ucap Fina tanpa mengalihkan pandangan karena dia sedang fokus berkendara.

Hingga tiga menit kemudian, motor yang dikendarai Fina sampai di balai desa. Ternyata suasana di sana cukup ramai dan latihan akan segera dimulai. Fina berjalan dengan tangan kanan menggandeng tangan Elza. Dia menemui seniornya di sini yang bernama Ali.

"Assalamualaikum, Kang," sapa Fina setelah sampai di tempat pria bernama Ali itu.

"Waalaikumsalam. Waduh ada Neng Fina datang. Masyaallah," jawab pelatih senior itu. Dia terkejut karena kehadiran Fina di sana.

"Iya Kang, tadi pagi saya baru pulang." Fina menganggukkan kepalanya dengan hormat, "oh ya, Kang. Perkenalkan ini Elza, anak yang saya asuh di Surabaya, kebetulan ikut saya pulang ini tadi." Tak lupa Fina memperkenalkan Elza kepada Ali.

"Hallo Elza," sapa Ali setelah berjongkok di hadapan Elza.

Bocah kecil itu menengadahkan kepala dengan tatapan mata tertuju ke arah Fina dan setelah mendapatkan anggukan dari pengasuhnya itu, Elza mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pelatih bernama Ali itu.

"Hallo, Om," sapa Elza seraya menatap lekat wajah pelatih tersebut.

Setelah sempat berbicara beberapa hal bersama Fina dan juga Elza, latihan pun dimulai. Elza duduk di kursi yang ada di sana, sedangkan Fina mulai masuk ke dalam barisan. Kali ini dia ingin latihan saja, bukan menjadi pelatih seperti biasanya. Gadis cantik berjilbab hitam itu rindu sabung bersama senior yang lain, karena lebih dari enam bulan dia latihan sendiri di rumah majikannya.

"Neng Fina tolong maju ke depan!" ujar Ali setelah beberapa puluh menit lamanya berlatih, "contohkan bagaimana teknik kuncian yang benar. Zeni, maju! Sabung sama Neng Fina!" ujar Ali seraya menunjuk seorang gadis seumuran dengan Fina.

Sebelum melakukan tugas dari seniornya, Fina mengalihkan pandangannya sekilas ke arah Elza. Dia tersenyum manis karena Elza tetap di tempatnya. Bocah kecil itu sepertinya suka melihat latihan ini.

"Mari Zen, kita mulai," ucap Fina setelah mengalihkan pandangan ke depan. Dia mengatur kuda-kuda dan memposisikan tangannya dengan benar.

Kedua gadis itu akhirnya bertarung. Memberikan contoh bagaimana sabung dengan teknik kuncian dan bantingan yang benar. Elza turun dari kursinya setelah melihat bagaimana Fina sabung. Dia melompat kegirangan sambil tepuk tangan saat sabung berlangsung.

"Yeee ... yeee ... yeee! Mbak Fina pasti menang!" teriak Elza dengan antusias.

Sabung berjalan selama dua menit dan setelah itu, Ali menyuruh satu persatu anak didiknya maju ke depan untuk mempraktikkan teknik kuncian seperti yang dicontohkan oleh Fina. Hingga enam puluh menit kemudian latihan bela diri itu pun selesai.

"Sebelum pulang ke rumah masing-masing, sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa mulai," ucap Ali sebelum menundukkan kepalanya, "wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh." Akhirnya latihan rutin itu pun selesai.

Para senior masih bersantai di sana, termasuk Fina dan Elza. Mereka duduk selonjoran di lantai untuk meregangkan otot-otot tubuh agar tidak kram. Elza pun ikut bergabung di sana bersama Fina dan senior yang lain.

"Elza suka latihan silat seperti tadi?" tanya Fina seraya menatap bocah kecil itu.

"Suka. Kenapa kalau di rumah kita beltalung seperti tadi?" tanya Elza tanpa melepaskan pandangan dari Fina.

"Nanti ya kalau Elza sudah bisa dan kuat. Elza sekarang kan masih kecil," jawab Fina sambil mengusap pipi halus anak asuhnya itu.

"Memangnya kalau di sana kamu latihan sama dia, Neng?" sahut Ali setelah mendengar obrolan Fina dan Elza.

Fina akhirnya menceritakan bagaimana keadaan Elza ketika di rumah. Dia pun menceritakan jika sudah melatih Elza dengan teknik dasar yang menjadi bekal untuk latihan selanjutnya.

"Mbak Fina, aku bukan anak kecil. Aku bisa kok gelut sepelti yang tadi," elak Elza ketika Fina beberapa kali menyebutnya masih kecil.

"Yakin bisa? Coba tunjukkan kalau bisa." Ali merasa gemas dengan Elza, dia ingin sekali menggoda bocah kecil itu.

"Tapi halus ada lawannya. Kan gak bisa kalau sendili," jawab Elza tanpa menatap Ali.

"Ya sudah kau begitu sabung sama anaknya Kang Ali aja ya. Ican! Sini!" Ali memanggil putranya yang berusia sekitar tujuh tahun.

"Kang, jangan! Elza ini sakit loh kalau mukul. Tenaganya beda sama anak-anak yang lain." Fina memperingatkan seniornya itu.

"Gak papa, Fin. Lagi pula gak mungkin mereka sabung beneran. Aku hanya ingin melihat mental Elza, karena sepertinya dia memiliki fisik yang kuat," jawab Ali seraya menatap Fina sekilas.

Kedua bocah beda usia itu berdiri berhadap-hadapan setelah beberapa menit berunding. Tentu Ali sudah memberikan pengertian kepada putranya untuk mengimbangi bagaimana gerakan Elza saja, tanpa harus memukul keras seperti saat sabung bersama lawan sebayanya.

Awalnya Elza mengatur kakinya dengan posisi kuda-kuda seperti yang pernah diajarkan oleh Fina. Bocah berusia tiga tahun lebih itu menatap lawannya dengan intens dan setelah itu dia mulai menyerang lawangnya.

Tentu semua orang yang ada di sana terperangah ketika melihat apa yang dilakukan oleh Elza. Tak terkecuali Fina, gadis berhijab itu terkejut bukan main ketika melihat Elza melakukan sabung dengan luwes. Putra dari Ali itu pun sampai kuwalahan karena serangan mendadak dari Elza.

"Stop!" Fina menginterupsi karena melihat ketidak seimbangan di antara kedua bocah kecil itu. Dia segera beranjak dari tempatnya dan menghampiri Elza dengan napas yang tersengal.

"Neng, kita semua gak salah lihat kan?" Ali pun shock dengan apa yang dilihatnya. Dia tidak menyangka sedikitpun jika bocah berusia tiga tahun itu sudah bisa melakukan sabung seperti yang dicontohkan oleh Fina tadi.

"Saya juga tidak tahu, Kang. Saya sepertinya tidak percaya melihat semua," gumam Fina seraya menatap Elza, "Sayang, kamu belajar dari mana gelut seperti yang tadi?" tanya Fina seraya menatap Elza.

"Tadi aku lihat Mbak Fina waktu gelut sama teman Mbak," jawab Elza dengan polosnya.

Fina semakin terperangah setelah mendengar jawaban dari Elza. Dia tidak menyangka saja jika Elza bisa menyerap ilmu tersebut hanya dengan melihat dan mendengar setiap teknik yang diajarkan selama latihan malam ini.

"Neng, sepertinya Elza ini mempunyai kelebihan yang luar biasa dari Sang Pencipta. Dia begitu cepat menyerap dan menghafal apa yang dilihat dan didengar olehnya. Saran saya, jika sudah kembali ke Surabaya, latih anak ini dengan fisik, pernapasan dan juga teknik dasarnya sampai matang. Setelah usianya cukup, nanti akan saya rekomendasikan pelatih yang cocok untuk dia. Elza pasti bisa naik ke gelanggang untuk meraih prestasinya." tutur Ali seraya menatap Fina

...🌹To Be Continue 🌹...

...🌷🌷🌷🌷🌷...

1
Rose Niawati
tambah seru
Fera Nono
mdh" an Fina dan beni segera sehat..sembuh seperti biasa ..dan BS secepat nya bikin adonan baru/Scream/
Fera Nono
ya Allah..ujian nya berar sekali
Fera Nono
pangeran cabul..ga tau tempat..
Fera Nono
mulai unjuk gigi si gadis imut
Fera Nono
dasar duda karatan
Fera Nono
lato lato mas beni pecicilan..ga BS diem..pengen nya main mulu
Fera Nono
kamu hrs banyak belajar Fin...bahkan harus lebih menguasai ranjang..biar si duren makin klepek"/Facepalm/
Fera Nono
/Joyful/
Fera Nono
hahaha..kesandung meja yg kaki nya tumpul
Fera Nono
gagal deh...
Fera Nono
dasar duda...tauu aja trik nya
Fera Nono
pasti ada mau nya tuh
Fera Nono
Aris kalah telak
Fera Nono
waduhh...
Fera Nono
Luar biasa
Fera Nono
El pasti kamu BS meraih simpati calon ibu baru mu
Fera Nono
dilema
Fera Nono
eng ing eng...apa yg akan terjadi??
Fera Nono
maju terus pak Ben
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!