NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:258.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 15.

Malam berlalu begitu cepat, pagi datang seiring sinar matahari yang mulai muncul menerangi seisi alam semesta.

Inara terbangun dari tidurnya dan bergeming menatap wajah Aksa yang begitu dekat dengan dirinya. Wajah lelap pria itu mampu menusuk relung hatinya, ada yang aneh dengan Inara saat memandangi wajah kakaknya itu.

Inara kemudian mengucek matanya dan beringsut dari pelukan Aksa. Saat hendak turun dari ranjang, Aksa mempererat pelukannya dan mengecup bibir mungil Inara dengan nikmatnya.

"Ak-"

Pria yang mengaku bernama Akbar itu langsung menindih tubuh Inara dan melu*mat bibir gadis itu dengan lembut. Inara tak berdaya menolaknya hingga mematung menikmati pagutan mereka.

Inara mulai lemah dan mengalungkan tangannya di tengkuk Aksa, dia belajar mengimbangi permainan bibir kakaknya itu dan melu*mat bibir Aksa dengan deru nafas yang kian memburu. Keduanya bahkan dengan leluasa memainkan lidah mereka, kian lama kian masuk semakin dalam menyelami rongga mulut masing-masing.

"Akbar... Haaah..." Inara menarik bibirnya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya, dia merasa sangat sesak hingga dadanya naik turun mengatur nafas.

Aksa yang sudah dikuasai gairah menggelora langsung beralih mengecup leher jenjang Inara yang putih dan mulus. Lidahnya menari ria sambil sesekali menggigitnya gemas. Perlahan bibirnya mulai turun dan mengecup belahan dada Inara yang sedikit menganga.

"Aughhh... Jangan Akbar!" lenguh Inara sambil menahan pipi Aksa.

"Sekali saja Ra, please!" gumam Aksa dengan tatapan sendu dan suara bariton nya yang terdengar berat.

"Jangan, aku mohon! Ini salah, kita tidak boleh seperti ini." tolak Inara dengan nafas yang kian memburu.

Posisinya saat ini membuat Inara menjadi serba salah. Di satu sisi dia merasa nyaman menikmati sentuhan lembut Aksa itu, di sisi lain dia menyadari bahwa yang mereka lakukan itu salah. Mereka tidak boleh melanjutkan ini, Inara harus bisa menahan diri agar tidak terbuai dalam kenikmatan sesaat itu. Dia tidak ingin menyesal nantinya.

Aksa bergeming setelah mendengar penolakan Inara barusan, dia tersadar bahwa yang dia lakukan memang salah. Aksa bukan tipe pria seperti itu, dia selalu menjaga diri dari perbuatan yang satu itu kecuali jika sudah waktunya.

Aksa segera menjauhkan diri dan turun dari ranjang. Sambil berjalan menuju kamar mandi, dia menghela nafas berat dan mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar kesal pada dirinya sendiri, kenapa dia menjadi lemah seperti ini di hadapan Inara. Gadis itu seakan mempunyai magnet yang mampu menarik Aksa untuk mendekat.

Setelah Aksa masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu, Inara langsung duduk dan menghela nafas lega lalu memperbaiki rambutnya yang sudah acak-acakan dan memperbaiki pakaiannya yang sudah berantakan.

"Bodoh sekali kau Inara, kenapa kau bisa selemah ini di hadapannya?" batin Inara merutuki dirinya sendiri, dia hampir saja terbuai di dalam sentuhan lembut Aksa. Beruntung dia cepat sadar, jika hal itu sampai terjadi dia pasti benar-benar kehilangan muka setelah ini. Dia tidak akan sanggup menatap dunia ini lagi.

Inara kemudian turun dari ranjang dan membuka pintu balkon. Dengan pandangan kosong dia melangkah menuju pagar pembatas dan berdiri sambil menekuk wajahnya.

Dalam beberapa hari terakhir hidupnya tak henti dirundung masalah. Kapan drama kehidupan ini akan berakhir? Tidak bisakah dia menemukan sedikit kedamaian di dalam hidupnya?

Dia sudah mengalah dan memilih pergi dari rumah meninggalkan orang-orang yang sangat dia sayangi demi menghindari kakak angkatnya yang kejam itu. Tapi kenapa kini dia kembali dihadapkan dengan masalah lain, lagi-lagi dia harus tertekan di dalam jeratan seorang pria yang sama sekali tidak dia kenal.

Ingin sekali Inara berteriak sekencangnya untuk menghilangkan keluh kesah di hatinya. Tapi untuk apa? Tidak akan ada yang mampu memahami dirinya, dia malah akan malu dibuatnya.

Setengah jam berlalu Aksa keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melingkar di pinggangnya, matanya membulat saat tak melihat Inara di atas ranjang.

Aksa menyisir rambutnya dengan tangan lalu berlari kecil ke arah balkon. Saat manik matanya menangkap keberadaan Inara, dia segera mendekat dan membawa Inara ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku, aku salah. Aku tidak bermaksud melecehkan mu," ucap Aksa penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa, kau tidak salah." Inara mendorong dada Aksa yang dipenuhi tato dan berjalan memasuki kamar.

Jika ada yang patut disalahkan, maka dia sendiri lah yang bersalah atas semua yang sudah berlaku di hidupnya. Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain.

Inara mengayunkan kakinya ke dalam kamar mandi dan mencuci wajahnya lalu menggosok gigi. Setelah itu dia keluar dan meminta Aksa mengantarnya pulang ke kosan.

Aksa yang sudah rapi dengan pakaian semalam langsung menganggukkan kepalanya. Dia menggenggam tangan Inara dengan erat dan membawanya keluar dari kamar.

Setelah checkout dari hotel itu, keduanya berjalan menuju parkiran. Seperti semalam, Inara duduk di belakang Aksa dan memeluk pinggangnya dengan erat. Aksa kemudian menyalakan motor dan menarik gas meninggalkan hotel itu.

Sebelum mengantarkan Inara pulang ke kosan, Aksa mampir dulu di warung sarapan pagi untuk mengisi perut. Inara hanya mengangguk saat Aksa mengajaknya turun dari motor.

"Senyum dong, jangan cemberut gitu!" pinta Aksa sambil menangkup tangannya di pipi Inara.

"Iya," Inara memaksakan diri untuk tersenyum meski rasanya sangat berat.

"Nah, gitu dong. Cantiknya kan jadi kelihatan," goda Aksa, lalu mencubit pipi Inara gemas.

Setelah Inara turun dari motor, Aksa menggenggam tangannya dan membawanya masuk ke dalam warung lalu duduk berdampingan di sebuah bangku kayu.

"Mau makan apa?" tanya Aksa sambil melirik ke arah Inara yang kini sudah dianggapnya sebagai pacar.

"Ketupat pical sama teh manis saja," sahut Inara.

"Uni, ketupat pical dua sama teh manis dua ya!" seru Aksa kepada pemilik warung.

"Iyo Da, tunggu sabanta yo!" jawab wanita itu. Maksudnya Iya Bang, tunggu sebentar ya!

Tidak lama, sarapan yang Aksa pesan pun datang. Keduanya makan dengan lahap tanpa bicara sepatah kata pun.

Setelah sarapan di piring mereka habis, Aksa langsung membayarnya dan kembali menggenggam tangan Inara. Keduanya keluar dari warung dan melanjutkan perjalanan menuju kosan Inara.

Lima menit kemudian, motor yang dikendarai Aksa tiba di depan kosan Inara. "Aku tunggu di sini ya, bersiaplah dulu!"

"Tidak usah, aku bisa jalan kaki ke rumah sakit. Lagian dekat kok," jawab Inara menolak dengan sopan.

"Jangan keras kepala, Ra! Ingat, aku ini sekarang pacarmu dan kamu harus menurut!" tegas Aksa menajamkan tatapannya.

"Tapi Akbar-"

"Sssttt... Tidak ada tapi tapi, mau aku cium di tempat ini?" ancam Aksa sembari tersenyum licik.

"Tidak... Jangan..." lirih Inara sambil menekuk wajahnya. Dia benar-benar seperti patung yang tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kalau begitu masuklah! Dandan yang cantik untuk pacarmu ini!" tegas Aksa sambil tersenyum penuh kemenangan.

Inara mengangguk lemah dan berjalan memasuki kosan, kakinya terasa berat untuk melangkah. Pertama dia harus dihadapkan dengan Aksa yang begitu kejam sebagai seorang kakak, kedua dia lagi-lagi dihadapkan dengan pilihan yang begitu sulit. Aksa dan Akbar sama saja menurutnya, suka memaksa dan tidak memberinya kesempatan untuk memilih.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!