Azalea Nazira Al-Basyir, wanita yang berjiwa bebas dan tak kenal basa-basi, sering kali membuat orang-orang di sekitarnya kewalahan menghadapi kelakuannya.
Berbeda jauh dengan Zehaan Akbar Al-Asshofi, pemuda 25 tahun yang berasal dari keluarga terpandang dan merupakan pewaris pondok pesantren Darunnajah.
Suatu malam tahun baru di Bandung, Zehaan mengalami kejadian yang di luar dugaannya. Ia dijebak oleh teman sendiri dan tanpa sadar terlibat dalam sebuah insiden yang mengubah hidupnya dan hidup Azalea. Peristiwa itu membawa aib besar bagi keluarga Zehaan.
Zehaan tak sengaja melecehkan seorang wanita yang tak lain adalah Azalea. Akibat kejadian itu Azalea harus menerima perawatan pisikologi dan Zehaan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan dihukum cambuk dan dinikahkan dengan Azalea untuk menghilangkan aib keluarga tanpa sepengetahuan Azalea.
Apa reaksi Azalea saat mengetahui jika dirinya sudah 1 tahun menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Belakangan ini Rafkha tidak bisa tidur. Ia selalu dibayang-bayangi oleh Lea. Akhir-akhir ini entah kenapa ia sering bertemu dengan Lea. Dan membuatnya terikat dengan Lea.
Rafkha pria normal. Ia jarang berinteraksi dengan wanita. Bertemu dengan Lea yang aktif dan ramah membuat Rafkha merasakan ada yang aneh dengan desiran dadanya yang tidak seperti biasanya.
"Astaghfirullah," ucap Rafkha sambil mengusap dada. Ia menatap Al-Qur'an yang diletakkan di atas meja lalu mengambilnya.
Rafkha sudah mengambil wudhu tadi. Pria itu pun mulai membaca ayat per ayat di atas lembaran kertas suci itu.
Rafkha juga tidak lupa untuk mengulang hapalannya agar Al-Qur'an yang sudah dihapal di otaknya tidak hilang dengan mudah.
Saat sudah selesai dengan kegiatan rohaninya tersebut, Rafkha pun merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Teman sekamar Rafkha kompak menatap ke arah pria itu. Ia menaikkan satu alis sambil mengode teman di sebelahnya.
"Kenapa dengan teman kita?"
"Mungkin lagi mikirin pacarnya," ucap pria itu acuh.
"Tapi si Rafkha tidak pacaran dengan santriwati kemarin."
"Tapi kan dia dihukum, sudah jelas 'kan?"
"Rafkha tidak sempat menjelaskan dan dihukum tanpa pengadilan."
"Astaghfirullah mana mungkin."
"Mungkin saja," ucap Doni.
Doni dan Indra memperhatikan Rafkha. Memang ada yang berbeda dengan Rafkha akhir-akhir ini dan lebih sering melamun. Biasanya ia selalu saja menyibukkan diri dengan belajar dan tak pernah bengong seperti itu.
Sifat anehnya itu memicu berita hangat di kalangan para santri, pasalnya Rafkha adalah santriwan yang paling terkenal pintar, tidak hanya Ilmi agamanya tetapi juga ilmu dunia.
"Rafkha!" panggil Indra dan Rafkha tersentak.
Ia cepat menatap orang yang tadi memanggilnya. Rafkha menyentuh kepalanya dan mengurut pelan.
"Astaghfirullah, kenapa dengan hamba ya Allah," desah Rafkha.
Ia sudah capek membuang bayang-bayang dan angan terhadap Lea. Ia ingat hal itu adalah haram. Dilarang keras pria sepertinya ini untuk memikirkan orang yang bukan mahramnya.
"Kenap bro?"
"Tidak apa-apa," ucap Rafkha tersenyum dan menarik napas panjang.
"Kok kamu akhir-akhir ini berbeda yah?"
"Berbeda seperti apa?" tanya Rafkha tidak mengerti.
"Kamu tidak menyadarinya? Akhir-akhir ini kamu lebih sering melamun dan juga tersenyum sendiri. Apakah ada sesuatu? Apakah kamu benar-benar jatuh cinta dengan wanita yang bernama Lea itu?" tanya Doni penasaran.
Rafkha terdiam dan menundukkan kepalanya. Ia juga bingung, tapi Rafkha yakin seratus persen jika dirinya tidak sedang jatuh cinta, hanya ada gangguan sedikit dengan kepalanya.
"Rafkha! Nah kan melamun lagi," ucap Indra sambil berdecak dan menggelengkan kepala.
"Astaghfirullah maaf, kurang fokus."
"Sudah yakin jika ada sesuatu di hati mu."
"Belakangan ini aku memiliki masalah. Maaf."
Rafkha berdiri dan merapikan pakaiannya.
Tok
Tok
Tok
Rafkha menatap teman-temannya lalu menghela napas. Ia menuju pintu dan membuka sedikit pintu tersebut.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam. Ada apa?"
"Gus Zheaan meminta kamu ke ruangannya." Rafkha mengerutkan keningnya. Ada pa hingga ia sampai dipanggil Gus Zheaan?
"Terimakasih informasinya Asep."
"Sama-sama."
Rafkha menarik napas dan mengambil peci. Ia pun mengenakannya lalu berpamitan dengan teman-temannya sebelum pergi ke ruangan Zheaan.
Sesampainya di ruangan Zheaan, Rafkha duduk di sofa menunggu Zheaan datang.
Ia tersenyum lebar melihat kehadiran pria yang lebih tua darinya itu.
"Assalamualaikum Gus." Rafkha hendak mengulurkan tangannya bermaksud menyalami Zheaan.
"Wa'alaikumussalam. Kamu kebiasaan Rafkha, sudah saya katakan saya tidak terlalu suka dihormati seperti ini."
"Maaf Gus, tapi saya memang harus kan menyalami orang yang lebih tua."
"Tidak apa-apa, saya juga kok yang melarang," ucap Zheaan sambil tersenyum.
Rafkha membalas senyum Zheaan. Kemudian mimik wajahnya berganti penuh tanya.
"Rafkha, kita mendapatkan surat untuk mengikuti MTQ, apakah kamu bisa wakilin tahfiz untuk sekolah ini? Saya pikir hanya kamu yang sedikit lebih bagus hapalannya."
Rafkha tampak berpikir. Ia menarik napas dalam karena merasa minder dengan santri lain yang lebih hebat darinya.
"Tapi.. saya.."
"Kenapa? Tidak perlu ragu, katakan saja."
"Boleh saya berpikir dulu?"
"Silakan."
"InsyaAllah besok saya sudah bisa memberikan jawabannya," ucap Rafkha.
"Baik saya tunggu."
"Assalamualaikum Gus."
"Wa'alaikumussalam."
Rafkha pun keluar dari ruangan Zheaan. Saat melangkahkan kakinya ke tanah Rafkha mendengar seseorang meneriakkan namanya.
Saat tahu itu Lea tiba-tiba Rafkha merasakan tidak nyaman.
"Rafkha!" teriak Lea sambil mengedipkan mata.
Jantung Rafkha hendak copot. Telinga dan pipinya memerah. Ia pun cepat menundukkan pandangan dan berlari.
Rafkha harus bisa mencegah perasaan haram tersebut.
"Maafkan hamba ya Allah."
__________
Lea sibuk memecahkan konspirasi aneh gus Zheaan. Dia heran dengan segala perlakuan Zheaan yang selalu berbanding terbalik dengan ucapannya.
Cowok tersebut sering mengatakan tentang perbuatan zina. Tapi anehnya apa yang sering dia lakukan bersama Zheaan tak pernah sama sekali pria itu bilang zina.
"Ini gue terlalu polos apa gimana ya?" Dari tadi Lea tidak bisa tidur hanya memikirkan itu-itu saja.
Lea menatap kedua teman sekamarnya itu yang sudah lebih dulu tertidur. Wanita itu menghela napas dan menarik selimutnya.
"Kenapa gus Zheaan Mulu yang ada di pikiran gue, apa bagusnya coba, sampe bosan gue mikirin itu-itu aja," keluh Lea lalu mengubah posisinya.
Ia mengingat segala kebersamaan dirinya dengan gus Zheaan. Tanpa disadari Lea pun tersenyum.
"Sumpah lama-lama gue bisa mabuk gus Zheaan," ujar Lea kecewa.
"Kenapa juga gus Zheaan harus kek gitu ke gue, kan gue jadi refleks jatuh cinta," ucap Lea lalu memejamkan mata berusaha untuk tidur.
"Akh!!"
Lea duduk dan menyibak selimutnya. Kenapa dia selalu kepikiran cowok tersebut, sampai Lea melupakan penderitaannya selama ini di pesantren.
Lea bangkit dan keluar dari asrama. Ia memakai hijab ala kadarnya dan berjalan tak tentu arah.
Cewek itu tak sengaja melihat seorang pria yang tampaknya sedang berpatroli. Lea menyipitkan matanya.
"Bukannya itu gus Zheaan?'
Lea mendekati pria itu.
"Gus Zheaan kenapa ada di sini?" tanya Lea sambil melirik Zheaan dari bawah ke atas.
"Kamu belum tidur?" Bukannya jawaban yang diterima Lea melainkan pertanyaan.
"Lea gak bisa tidur Gus. Mata Lea selalu aja kebuka." Padahal penyebabnya karena cowok di depannya ini.
Zheaan tersenyum dan mengusap kepala Lea. Istrinya ini terlihat imut kala tengah merajuk.
"Kenapa? Apa ada yang menganggu?"
"Iya. Gus yang ganggu Lea." Zheaan mengerutkan keningnya, "Gus selalu muncul di pikiran Lea. Gimana Lea mau tidur?"
Zheaan tidak bisa mencegah senyum di wajahnya. Hatinya berbunga-bunga, betapa bahagianya. Lea adalah prioritasnya.
"Mungkin karena saya sering menyebut kamu di dalam doa saya makanya kamu sering memikirkan saya."
"Gus kok sering doakan Lea?"
"Kenapa? Tidak boleh? Bukannya bagus?'
"Eh boleh, mungkin karena doa Gus Zheaan juga uang bulanan Lea lancar dan tau gak Gus? Lea dapat uang bulanan dua kali lipat."
Zheaan tertawa kecil. Kenapa Lea sangat imut.
"Wah selamat yah."
"Makasih Gus."
"Lea bisa tidur dengan saya jika kamu tidak bisa tidur."
"Hah?" Ngelag dikit.
"Lea kamu bisa tidur dengan saya."
"Ih gak mau Gus Zheaan mesum.
"Jika begitu kamu tidur di kamar saya dan saya tidur di luar."
Jika di pikir-pikir kamar di Ndalem lebih enak dan empuk dari pada kamar di asrama. Lea menyeringai, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan.
"OKE SAYA SETUJU!"
"Akhirnya kamu bisa menempati ranjang yang sudah saya sediakan 8 bulan lebih untuk kamu."
__________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA