NovelToon NovelToon
Terjebak Takdir Keluarga

Terjebak Takdir Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:44
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Eri Aditya Pratama menata kembali hidup nya dengan papanya meskipun ia sangat membencinya tetapi takdir mengharuskan dengan papanya kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Gengsi dan Tanggung Jawab

Eri duduk dengan perasaan kalut di ruang tamu rumah Pak Prasetyo, sebuah bangunan tua bergaya kolonial yang terletak di kawasan Bandung Utara yang sejuk. Udara dingin kota itu seolah menusuk hingga ke tulang, menambah beban yang sudah terasa begitu berat di pundaknya. Pak Prasetyo, dengan wajah tegang yang sulit dibaca, duduk di kursi rotan yang berderit setiap kali bergerak, sementara Bu Dinda, dengan tatapan cemas yang tak henti-hentinya, berusaha menenangkan suasana yang terasa seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.

"Jadi, bagaimana kelanjutannya, Eri?" tanya Pak Prasetyo, suaranya berat dan sarat akan tekanan yang tak terucapkan. "Kamu pikir dengan hanya berdiam diri, masalah sebesar ini akan hilang begitu saja? Kamu pikir ini seperti sulap yang bisa menghilangkan semua konsekuensi?"

Eri mengangkat wajahnya perlahan, menatap Pak Prasetyo dengan mata yang memancarkan penyesalan yang tulus, namun juga ketakutan yang mendalam. "Saya sudah katakan, Pak. Saya bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi. Tapi, mohon, saya mohon dengan sangat, beri saya sedikit waktu untuk berbicara dengan Mama saya," jawabnya lirih, suaranya hampir tak terdengar di tengah keheningan yang mencekam.

"Waktu? Kamu bicara tentang waktu? Ini bukan perkara main-main. Ini bukan tentang tugas kuliah yang bisa dikerjakan nanti malam. Kamu sudah menghancurkan masa depan anakku! Kamu tahu betapa hancurnya dia sekarang? Kamu harus menikahinya secepat mungkin! Itu adalah satu-satunya cara untuk memperbaiki semua ini," bentak Pak Prasetyo, emosinya mulai terpancing, nadanya meninggi hingga membuat Bu Dinda tersentak kaget.

"Saya mengerti, Pak. Saya sangat mengerti betapa marahnya Bapak. Tapi, saya mohon, izinkan saya menjelaskan semuanya pada Mama saya. Beliau berhak tahu yang sebenarnya. Saya tidak ingin pernikahan ini terjadi tanpa restu beliau. Beliau adalah satu-satunya keluarga yang saya punya," pinta Eri, suaranya bergetar menahan tangis.

Bu Dinda mendekat, mencoba meredakan ketegangan yang semakin meningkat. "Pak, sabar, Pak. Jangan bicara seperti itu. Beri Eri kesempatan untuk berbicara dengan Mamanya. Kita juga harus memikirkan perasaannya. Dia pasti sangat terpukul mendengar berita ini," ujarnya lembut, tangannya menyentuh lengan suaminya, mencoba menenangkannya.

Pak Prasetyo menghela napas kasar, lalu menyandarkan tubuhnya yang tegang di kursi. "Baiklah, saya beri kamu waktu. Tapi ingat baik-baik, Eri, jangan coba-coba untuk melarikan diri. Jika itu sampai terjadi, kamu akan berhadapan dengan saya! Saya tidak akan segan-segan bertindak tegas," ancamnya dengan nada yang tak terbantahkan.

Eri mengangguk lemah, merasa seperti seorang tahanan yang menunggu vonis. Ia merasa terkurung di rumah itu, setiap gerak-geriknya diawasi dengan ketat, setiap perkataannya diukur dan dihakimi. Ia tahu, mendapatkan kepercayaan Pak Prasetyo kembali bukanlah perkara yang mudah. Ia harus membuktikan bahwa ia benar-benar bertanggung jawab dan bisa diandalkan.

Malam itu, Eri sulit memejamkan mata. Pikirannya dipenuhi bayangan Mamanya, ibunya yang selalu menyayanginya tanpa syarat. Bagaimana ia akan menyampaikan berita buruk ini? Mamanya adalah seorang ibu tunggal yang telah berjuang membesarkannya seorang diri dengan susah payah. Ia tidak ingin mengecewakannya, tidak ingin melihat air mata kesedihan di wajahnya.

Di tengah kegelisahannya yang tak tertahankan, Eri teringat pada Dea. Ia merasa bersalah karena telah menyebabkan semua ini terjadi. Ia tahu, Dea pasti sangat menderita sekarang. Ia berjanji dalam hati, akan melakukan yang terbaik untuk bertanggung jawab dan membahagiakan Dea, meskipun ia tahu jalan di depannya tidak akan mudah.

Keesokan harinya, Ryan datang berkunjung. Ia membawa kabar dari teman-teman kuliah mereka, namun yang paling penting, ia membawa kabar dari Bu Henny.

"Gimana, Yan? Apa ada kabar dari Mama?" tanya Eri dengan nada penuh harap, jantungnya berdebar kencang menunggu jawaban.

Ryan menghela napas panjang, mencoba mengatur kata-katanya. "Mamamu sedang dalam perjalanan ke Bandung, Er. Beliau sangat terkejut mendengar berita ini. Awalnya beliau sangat marah, tapi setelah aku jelaskan semuanya, beliau mulai mengerti," jawabnya.

Eri merasa sedikit lega mendengar kabar itu. Setidaknya, ia tidak sendirian menghadapi masalah ini. Ia tahu, Mamanya akan selalu memberikan dukungan, meskipun ia telah melakukan kesalahan besar. Ia percaya, Mamanya akan membantunya mencari jalan keluar yang terbaik.

"Terima kasih banyak, Yan, sudah mau membantuku," ucap Eri tulus, matanya berkaca-kaca.

"Santai saja, Er. Kita kan sahabat. Aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi," balas Ryan sambil menepuk pundak Eri, memberikan dukungan moral.

Eri tersenyum tipis. Ia bersyukur memiliki sahabat seperti Ryan, yang selalu setia mendampinginya dalam situasi apapun. Ia tahu, persahabatan mereka akan menjadi salah satu kekuatan terbesarnya dalam menghadapi cobaan ini.

Sementara itu, di dalam kamar yang sunyi, Dea termenung menatap perutnya yang mulai membuncit. Ia merasa malu dan bersalah pada kedua orang tuanya. Ia tahu, kehamilannya ini telah mengecewakan mereka, menghancurkan harapan mereka akan dirinya.

Namun, di sisi lain, ia juga merasa bahagia karena akan segera menjadi seorang ibu. Ia membayangkan wajah bayinya, senyumnya, dan semua momen indah yang akan mereka lalui bersama. Ia berharap, Eri bisa menjadi suami dan ayah yang baik bagi anak mereka. Ia ingin membangun keluarga yang bahagia, meskipun ia tahu jalan menuju ke sana akan penuh dengan tantangan.

Dea tahu, perjalanan hidupnya tidak akan mudah. Tapi, ia bertekad untuk menghadapi semua tantangan yang ada dengan tegar dan sabar. Ia percaya, di balik semua kesulitan ini, ada hikmah yang bisa dipetik. Ia yakin, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Ia akan berusaha menjadi ibu yang baik dan istri yang setia, meskipun ia tahu ia masih harus banyak belajar dan berbenah diri.

***********

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!