Jatuh cinta pada seorang perempuan yang sudah mempunyai kekasih membuat EGI merasakan patah hati.
Awalnya dia berniat untuk mengambil hati perempuan tersebut. Lantaran hubungannya dengan kekasihnya bermasalah.
Tapi, setelah dia tahu jika perempuan tersebut sangat mencintai kekasihnya, membuat EGI lebih memilih melepaskan dirinya.
Hingga dia memilih untuk pergi ke luar negeri. Melupakan perempuan tersebut.
Tapi siapa sangka jika kepergiannya kepergiannya ke luar negeri malah membuatnya bertemu dengan perempuan yang membuat dunianya jungkir balik.
Perempuan yang sangat sulit untuk di kendalikan. Meskipun dia berasal dari keluarga kalangan atas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ara cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 15
"Kakak." ucap Lila melihat sang kakak pulang dengan seorang lelaki di sampingnya.
"Siapa dia, tampan pake banget." batin Lila melihat ke arah Egi.
"Apa dia kekasih kakak. Sempurna banget. Aku juga mau." ucap Lila dalam hati.
Lila tidak berhenti memandang Egi. Sudah bisa di tebak, pasti Lila juga terpesona pada ketampanan paripiurna yang terukir di wajah Egi.
Nyonya Tya yang sedang berada di belakang bergegas menuju ruang tamu, mendengar Lila memanggil kakaknya. Lily. Sementara Tuan Ardes, masih duduk santai di ruang tengah membaca majalah bisnis.
Nyonya Tya tak kalah terkejut dari Lila saat melihat Lily pulang dengan seorang lelaki. "Egi." gumam Nyonya Tya. Lantaran beliau pernah bertemu dengan Egi beberapa kali. Mereka hanya sekedar saling melempar senyum untuk saling menghormati.
"Duduk." ucap Lily pada Egi. Tapi sebelumnya Egi berjabat tangan dengan Nyonya Tya dan Lila.
"Ini mamaku. Dan dia adikku. Lila." ucap Lily memperkenalkan anggota keluarganya.
"Egi." ucap Egi memperkenalkan namanya dengan tersenyum.
"Senyumnya, menembus jantungku." batin Lila.
"Panggil papamu." suruh Nyonya Tya pada Lila.
"Lila." tegur sang mama, karena Lila malah bengong menatap ke arah Egi, tanpa berkedip.
"Iya ma." ucap Lila tersenyum memandang ke arah Egi.
"Lily, suruh bibi buatkan minum." pinta Nyonya Tya.
"Baik ma." ucap Lily.
Tuan Ardes dan Lila berjalan ke depan. Tepatnya menuju ke ruang tamu. Menemui Egi.
Egi berdiri saat Tuan Ardes datang. Mereka saling berjabat tangan. "Malam Tuan." sapa Egi.
"Malam. Silahkan." ucap Tuan Ardes, kembali mempersilahkan Egi untuk duduk.
"Sumpah, ganteng banget." batin Lila masih mengagumi sosok Egi.
"Kakak dapat dari mana lelaki seperti ini. Mau dong satu." batin Lila.
Lily datang membawa lima gelas berisi air teh di atas nampan. Dengan sopan, Lily meletakkan gelas di meja, di depan setiap orang.
Nyonya Tya dan Tuan Ardes melihat ke arah Lily. Karena biasanya Lily akan menolak membawa minuman saat ada tamu. Dia pasti menyuruh pembantu. Dengan berbagai alasan.
Tuan Ardes tersenyum samar melihat tingkah dari putri pertamanya tersebut. Terlihat Lily juga lebih bersikap anteng. Dan juga seperti salah tingkah. Bahkan Lily juga sepertinya sangat menjaga setiap tingkah dam tutur katanya.
Tidak ada Lily yang keras kepala dengan berbagai tingkah bar barnya. Dan sikap menjengkelkan.
"Silahkan di minum. Mumpung masih hangat." ucap Lily memandang ke arah Egi. Lily duduk di samping Nyonya Tya.
"Silahkan diminum." ucap Nyonya Tya.
Egi tersenyum, dan menyerumput minuman yang baru saja di turunkan dari nampan oleh Lily.
"Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda Tuan Ardes." ucap Egi to the point.
"Baiklah." Tuan Ardes mengerti jika Egi ingin berbicara berdua. Maka dari itu, Tuan Ardes membawa Egi ke ruang kerjanya.
"Kamu di sini saja." ucap Egi saat Lily berjalan mengekor di belakang dirinya.
"Baik." ucap Lily patuh.
Egi tidak ingin jika Lily mendengarkan percakapan mereka. Dikarenakan Egi akan membicarakan lelaki yang hampir saja membuat Lily celaka.
Tuan Ardes yang melihat putrinya seperti kelinci di hadapan Egi tersenyum. "Bisa juga Lily bersikap manis." batin Tuan Ardes.
"Kak. Kakak serius pacaran sama dia. Egi?" tanya Lila seperti tidak percaya.
"Lila." tegur Nyonya Tya.
"Ma, Lila penasaran." rajuk Lila.
"I--iya." jawab Lily dengan gugup. Karena sejujurnya Egi bukan kekasih Lily.
"Sayang sekali. Jika saja bukan kekasih kakak. Pasti sudah Lila dekati." ucap Lila dengan bibir cemberut.
"Khemm.." Nyonya Tya berdehem.
Sementara Lily menatap Lila dengan pandangan tidak suka, karena perkataannya. Jujur saja, Lily takut jika sang adik juga menyukai Egi. Pasti dirinya akan kalah bersaing dengan sang adik. Jangan sampai.
"Bercanda kak." ucap Lila bergelayut manja di tangan sang kakak.
"Silahkan duduk." Tuan Ardes mempersilahkan Egi untuk duduk di sofa panjang yang berada di dalam ruang kerjanya.
"Apa ini?" tanya Tuan Ardes saat Egi menyerahkan ponselnya pada beliau.
"Silahkan di lihat." ucap Egi.
Tuan Ardes melihat ke layar ponsel milik Egi. Rahangnya mengeras dengan suara gemeletuk dari gigi-giginya. Matanya merah menahan amarah.
"Sekarang dia berada di rumah sakit. Menjalani rehabilitas." ucap Egi.
"Pihak kepolisian tidak bisa memasukkannya ke dalam jeruji besi. Karena hasil tes kejiwaannya menunjukkan jika dia memiliki kelainan mental." jelas Egi.
Tuan Ardes hanya terdiam. Masih memandang ke arah Egi dengan tatapan menahan emosi.
"Saya hanya ingin bertanya. Anda ingin membiarkan masalah ini sampai di sini. Atau biarkan saya yang mengambil alih." tawar Egi.
Sebagai seorang pebisnis, Tuan Ardes tahu maksud perkataan dari Egi. "Biar ini menjadi urusanku." ucap Tuan Ardes.
"Baiklah, saya akan berhenti sampai di sini." ucap Egi.
"Dan jangan pernah bertanya pada Lily soal kejadian tersebut." ujar Egi.
"Tenang saja. Saya juga tahu. Terimakasih." ucap Tuan Ardes.
"Kapan kamu akan melamar anak saya?" tanya Tuan Ardes membuat Egi tersenyum sinis.
"Saya datang ke sini bukan untuk membicarakan hal tersebut." ucap Egi.
"Sebagai seorang ayah, sudah menjadi kewajibanku untuk bertanya." ujar Tuan Ardes.
"Dan juga menjadi kewajibanku untuk tidak menjawab." Egi berdiri, meninggalkan ruang kerja Tuan Ardes.
"Heyyy,,, aku ini calon mertuamu!!" seru Tuan Ardes saat Egi meninggalkan dirinya tanpa pamit.
Egi tersenyum mendengar perkataan Tuan Ardes. "Masih calon." gumam Egi, tanpa berniat kembali ke ruang kerja Tuan Ardes.
"Dasar anak jaman sekarang." ucap Tuan Ardes. Meskipun kelakuan Egi sedikit menyebalkan, Tuan Ardes tersenyum senang.
"Egi. Semoga kalian berjodoh. Jika benar jodoh Lily adalah Egi. Dengan senang aku melepaskannya." imbuh Tuan Ardes.
Karena Tuan Ardes tahu siapa Egi. Pengusaha muda yang sukses. Dan selama ini Tuan Ardes melihat Egi sekalipun belum pernah menggandeng seorang perempuan.
"Tapi aku harus memastikannya." ucap Tuan Ardes merasa sedikit ragu. Karena dirinya merasa, bahwa lelaki seperti Egi pasti memiliki banyak teman perempuan.
"Sebelum Lily terlalu dalam menaruh perasaan pada dia." gumam Tuan Ardes. Dirinya dapat melihat dari tatapan mata Lily saat memandang Egi.
Sangat jelas jika Lily menyukai Egi. Tapi Tuan Ardes tidak bisa melihat tatapan itu pada Egi saat memandang Lily. Tatapan Egi terkesan datar saat memandang Lily.
"Semoga putriku tidak mengalami cinta bertepuk sebelah tangan." ucap Tuan Ardes.
Tuan Ardes mengambil ponsel miliknya. Menghubungi orang kepercayaannya. Menyuruhnya untuk menyelidiki semua tentang Egi.
Egi berpamitan pada Nyonya Tya dan kedua putrinya. "Terimakasih banyak sudah mengantar putri saya pulang." ucap Nyonya Tya.
"Jika Lily membuat nak Egi merasa jengkel dengan tingkahnya, nak Egi bisa menegurnya. Lily memang anaknya sedikit aktif." imbuh Nyonya Tya.
"Ma.." ucap Lily lirih, wajahnya sudah memerah, merasa malu dengan Egi.
Egi hanya tersenyum tanpa menanggapi perkataan Nyonya Tya. "Terimakasih atas jamuannya." ucap Egi.
Lily mengantar Egi sampai di teras rumah. "Terimakasih." ucap Lily saat Egi hendak masuk ke dalam mobil.
"Iya." Egi tersenyum dan masuk ke dalam mobil.
DN VINCEN SBNARNYA JUGA MSK DAFTAR MNUSIA YG WAJIB DIMUSNAHKN, STELAH KJADIAN INI BKNNYA TAMBAH SADAR, MLH MAKIN BIKIN JENGKEL.. KERAS KEPALA, BODOH, GOBLOK DN BEGO..
SKRG APA YG JDI MILIK EGI, JGN COBA2 INGIN DIUSIK..