Berniat memasang alat penangkap ikan, Zena malah menemukan sesosok pria yang pingsan di tepi sungai, lantas ia dan neneknya menolong pemuda tersebut.
Suatu hari pria yang bernama Satya itu ingin membalas kebaikan orang yang telah menyelamatkannya, namun siapa sangka yang dilakukannya malah berujung petaka.
Membawa pada sebuah kesalahpahaman yang mengharuskan Zena dan Satya menikah hari itu juga.
Setelah pernikahan, Satya memperlakukan Zena dengan sangat baik hingga hal itu perlahan membuat sang istri jatuh cinta.
Namun suatu kebenaran membuat Zena harus menelan pil pahit, karena Satya ternyata sudah punya kekasih.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apakah perasaan Zena akan terbalas? atau dia hanya menjadi peran antagonis di kisah cinta suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dara Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak seperti yang di duga
Seketika tubuh Zena kaku, panas dingin mendengar suara wanita itu, jantungnya berdetak cepat.
"Kamu ngapain disini?" Ulang mama Alisha terdengar galak di telinga Zena, takut takut gadis itu berbalik menghadap mertuanya.
"Eh... itu tante, bantuin bibi buat sarapan," ucap Zena lalu mengembangkan senyum canggung.
"Siapa yang nyuruh kamu emang?" ujar mama Alisha membuat Zena ingin pingsan saja.
"Non sendiri yang mau Nya." Timpal bi Nila sambil menunduk.
"Mati aku!" umpat Zena dalam hati.
"Eh.. Anu... Itu... Tante, saya biasa kalo bangun pagi bikin sarapan, bantuin nenek juga," jawab Zena gugup.
"Tapi itu di rumah nenekmu, beda dengan di sini yang sudah ada bi Nila. Apa kamu mau mengambil alih pekerjaannya?" Menatap Zena yang tertunduk dengan jari tangan saling bertautan.
"Maaf tante bukan begitu maksudnya, saya cuma mau bantuin Bibi saja."
"Sekarang kamu ikut saya!" Mama Alisha melangkah duluan diikuti oleh Zena yang semakin ketakutan. Ibu mertuanya seram pikir gadis itu.
"Apa nasibku akan sama seperti menantu di ikan terbang, hiks nenek... akuiingin pulang," jerit hati Zena.
"Kenapa aku jadi sepenakut ini!" tanyanya dalam hati.
"Duduk!" titah mama Alisha setelah sampai di ruang keluarga.
Pikiran negatif Zena sudah kemana mana, membayangkan prilaku mertua di film yang suka neneknya tonton membuat sang menantu menderita, karena perbedaan status sosial-lah, bukan menantu idaman-lah, kurang cantik serta banyak lagi yang membuat si mertua sulit menerima menantunya.
Dan sekarang Zena merasa sedang di posisi itu, ingin sekali dia mendapatkan keajaiban bisa menghilang.
Kalau ada pilihan lebih baik Zena bertarung melawan lima preman sekaligus dari pada harus berhadapan dengan ibu mertua.
Tanpa mantra apa apa sang mertua berhasil membuat nyanlinya ciut padahal mama Alisha tidak melakukan apa apa.
"Kamu sadar gak kamu itu siapa?" tanya mama Alisha masih berdiri. Zena terdiam, otaknya tak bisa mencerna alasan apa yang harus ia katakan pada mertuanya, yang jelas dirinya sangat tersinggung dengan mama Alisha.
"Asal tante tau, aku terpaksa menikah dengan anak kalian, aku sama sekali tak mengharapkan jadi menantu orang kaya kecuali aku juga kaya!" ujar Zena marah, namun hanya dapat ia katakan dalam hati.
"Ada apa Ma?" ujar papa Arga berjalan ke arah mereka.
"Ini Pah si Zena mau ambil alih pekerjaan bi Nila." Mama Alisha mengadukan apa yang dilakukan Zena tadi.
Papa Arga menghela napas, mendudukkan diri di sofa lalu berkata, "kamu itu harusnya tau posisi kamu di rumah ini," ucapan papa Arga membuat Zena ingin menangis, matanya sudah berkaca kaca mendengar kalimat tak bersahabat itu. Sungguh menusuk hati.
"Ya aku tahu posisiku! aku menantu yang tak di harapkan! Aku hanya gadis desa yang miskin juga yatim piatu!" Lagi lagi ujar Zena dalam hati.
"Kalau tak suka padaku, tolong suruh anakmu ceraikan aku! jangan seperti ini, hatiku sungguh sakit!" Tambahnya masih membatin.
"Kamu itu menantu kami bukan pembantu kami, " tukas mama Alisha lembut.
Zena menghela napas lega, lalu mengangkat kepala menatap pasangan mertuanya. Masih bingung dengan sikap mereka tersebut, apa mereka ngeprank dirinya pikir Zena.
"Panggil mama dan papa, kami orang tuamu sekarang" Tambah mama Alisha berhasil menyentuh hati Zena yang belasan tahun sudah tak merasakan kasih sayang dari orang tua selain neneknya.
Kalimat menyejukkan hati yang terlontar dari mulut ibu mertua membuat bulir bening yang sedari tadi tertahan akhirnya jatuh dari sudut mata Zena sembari bibirnya bergetar, namun itu bukanlah air mata kesedihan.
"Sudah jangan menangis, kami senang kamu menjadi bagian dari keluarga kami," ucap mama Alisha lalu memeluk menantunya.
"Terima kasih sudah menerimaku," ucap Zena bergetar karena menangis, tangan mama mertua mengusap ngusap rambut sang menantu.
"kita keluarga sekarang." Tambah mama, Zena semakin terisak dan mengeratkan pelukan.
Masih tidak menyangka orang tua Satya menerima dirinya yang bukan dari kalangan mereka, ada keraguan dihatinya jika mama Alisha & papa Arga orang baik atau ini semua cuma akal akalan mereka seperti di film ikan terbang pikir Zena negatif lagi.
"Jangan racuni pikiranmu sendiri Zena, bisa jadi nanti kamu yang jahat bukan mereka." Bantah hatinya.
"Kalian seperti Teletubbies saja, berpelukan... " ujar Syifa yang tiba tiba sudah duduk di samping sang papa.
*****
Sarapan pagi...
Zena duduk di samping Satya dengan perasaan campur aduk, sementara suaminya terlihat tidak peduli padanya bahkan ia tak menoleh pada Zena sedikit pun.
"Apa bang Satya masih marah?" Terka Zena sambil mengaduk ngaduk nasi.
"Sepertinya sangat marah?" Mencuri pandang lewat ekor mata.
"Sepertinya aku harus minta maaf," ucap hatinya.
Syifa si adik ipar memperhatikan Zena yang dari tadi cuma mengaduk ngaduk nasi tanpa memakannya lantas ia pun menggoda istri abangnya itu.
"Dimakan dong Mba, diaduk aduk aja gak bakal kenyang. Apa mau di suapin sama suami tercinta?"
Pipi Zena memerah mendengar penuturan Syifa, lalu segera melahap makanannya.
"Abang ih perhatiin itu istrinya, kalo dia kek tadi tandanya dia minta di suap ini. Gimana sih gitu aja harus diajarin!" ucap Syifa memekak telinga Satya yang perasaannya sedang kacau.
"Bocil tau apa? mending diam saja!" ketus Satya tetap fokus pada makanannya.
"Benar apa kata adik kamu Sat, masa Syifa lebih paham dari pada kamu padahal yang udah nikahkan kamu" sahut papa.
"Tau nih Satya, jadi suami kok gak ada romantis romantisnya, nanti gak dapat jatah lho" timpal mama membuat Zena dan Satya tersedak. Tentu mereka sangat tau jatah apa yang dimaksud mama Alisha.
"Minum, minum." Syifa memberikan air minum pada abang dan iparnya.
"Terima kasih," ucap Zena setelah menenggak air minum.
"Tenang saja nanti papa turunkan semua ilmu papa sama kamu, ilmu menaklukan wanita, mama aja sampai klepek klepek sama papa"
Plak! mama Alisha melayangkan pukulan ringan ke lengan papa Arga, sementara yang di pukul justru terkekeh.
Obrolan di meja makan terdengar sangat tidak nyaman di telinga pasutri dadakan itu. Satya menyudahi makannya dan bergegas meninggalkan meja makan,begitu juga Zena pamit menyusul sang suami.
"Ma, mereka kaku banget tidak seperti suami istri," celetuk Syifa setelah keduanya tak terlihat lagi.
"Sudah, tidak usah ngurusin abang kamu, katanya kamu ada kuliah pagi hari ini," sahut mama.
"Oh iya ma, Syifa lupa." Refleks berdiri.
"Terima kasih ma udah ngingetin, love you sekebon!" Setelah mengecup pipi sang mama Syifa berlalu menuju kamarnya.
*****
"Aku harus minta maaf sama bang Satya. " Zena mondar mandir di depan pintu seperti setrikaan.
"Tapi apa salahku, aku tak sengaja!"
"Tapi rasanya gak enak juga di cuekin begini, Ah ini mungkin karena aku merasa asing di rumah ini kan kalo sama bang Satya aku sudah cukup mengenalnya"
"Kalo aku tidak menahan handuk itu, mungkin aku jatuh."
"Aku salah! Tapi kan aku tak sengaja."
"Aku... belum siap ketemu bang Satya, malu huhu." memegang pipinya terasa memanas.
Batin Zena bergejolak memikirkannya, Antara minta maaf dan tidak. Tidak minta maaf dirinya merasa bersalah, mau minta maaf masih malu bertemu.
Setelah lama menimbang akhirnya Zena memberanikan diri untuk minta maaf, lantas ia pun mencari keberadaan Satya di temani bi Nila sebab ia belum tau detail rumah orang tua suaminya itu.
Zena dan bi Nila berkeliling mencari Satya di rumah yang cukup besar itu namun sosok yang dicari tak ada dimanapun.
"Kok tidak ada ya, apa dia di culik kolong wewe atau miss kunti? " ucap Zena asal.
"Ya ampun Non!" ucap bi Nila dalam hati.
"Cari siapa?" tanya mama Alisha yang tiba tiba lewat.
"Anu Nya... " ucapan bibi terhenti dikala Zena menyela.
"Lihat kolam renang Ma." jawab Zena asal lagi, bi Nila hanya menggeleng kepala degan kelakuan istri tuan mudanya.
"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulut mama Alisha kemudian beliau melenggang pergi ke tempat yang di tuju.
"Mungkin aku memang tidak salah!" gumam Zena sembari membuka pintu kamar.
Gadis itu berjalan menuju jendela, menyibak gorden agar cahaya matahari dapat masuk namun justru ia melihat Satya berdiri sempurna di balkon sembari memegang pembatas balkon, entah apa yang dilakukan pria itu disana.
"Abang."
Bersambung.....
ada" ajah...