NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Abang Tiri

Cinta Terlarang Dengan Abang Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:39.2k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

“Jika mencintaimu adalah dosa, biarkan aku berdosa selamanya.”

Sejak ayahnya menikah lagi, hidup Davina terikat aturan. Ia hanya boleh ke mana pun ditemani Kevin, abang tiri yang dingin, keras, dan nyaris tak tersentuh.

Delapan belas tahun bersama seharusnya membuat mereka terbiasa. Namun siapa sangka, diam-diam Davina justru jatuh pada cinta yang terlarang … cinta pada lelaki yang seharusnya ia panggil 'abang'.

Cinta itu ditolak keluarganya, dianggap aib, dan bahkan disangkal Kevin sendiri. Hingga satu demi satu rahasia terbongkar, memperlihatkan sisi Kevin yang selama ini tersembunyi.

Berani jatuh cinta meski semua orang menentang? Atau menyerah demi keluarga yang bisa menghancurkan mereka?
Sebuah kisah terlarang, penuh luka, godaan, dan cinta yang tak bisa dipadamkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tujuh

"Davina, sekarang usia kamu sudah dua puluh empat tahun. Bukan anak-anak lagi. Tidak mungkin selamanya kamu bergantung dengan Kevin. Apa lagi dia telah bertunangan. Papa berencana menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papa!"

Davina tak menjawab ucapan papanya, dia justru memandangi Kevin. Namun, pria justru sibuk dengan makanannya tanpa menoleh sedikitpun ke arah dirinya.

"Jika itu yang terbaik untukku, terserah Papa saja. Lagi pula, seperti yang Papa bilang, aku tak mungkin selamanya bergantung dengan Bang Kevin. Dia bisa bosan," ucap Davina.

Papa tersenyum sambil mengangguk. Pak Robby sepertinya bahagia karena sang putri tak membantah rencananya.

"Baiklah, secepatnya Papa akan mengenalkan kamu dengannya. Papa yakin dia anak yang baik, sangat pantes untukmu!" seru Papa.

Mama yang duduk di samping Papa, dari tadi memperhatikan gerak-gerik putranya yang tampak gugup dan canggung. Dia lalu angkat bicara.

"Kevin, menurut kamu gimana? Apakah sebaiknya Davina dijodohkan dan dinikahkan segera agar tak selalu bergantung denganmu saja?" tanya Mama Ema.

Kevin tampak menarik napas. Dia lalu angkat bicara. "Pa, Ma, aku tak pernah keberatan menemani kemanapun Davina pergi. Tapi, jika ini yang terbaik menurut Papa dan Mama, aku hanya mengikuti saja!' seru Kevin.

Setelah makan malam, Davina pamit lebih dulu menuju kamarnya. Udara di dalam rumah terasa berat malam itu, seolah menyimpan sesuatu yang belum selesai diucapkan.

Begitu pintu kamarnya tertutup, Davina terkejut. Kevin sudah ada di sana, duduk di tepi ranjang, menatapnya dengan wajah tegang.

“Bang?” suaranya nyaris berbisik. “Sejak kapan Abang di sini?”

Kevin berdiri perlahan. Tatapannya tajam, ada sesuatu yang bergejolak di balik mata itu, antara marah dan kecewa.

“Jadi kamu beneran setuju dijodohkan begitu saja?” suaranya datar, tapi bergetar di ujung kalimat.

Davina mundur setapak. “Aku cuma ... aku cuma nggak mau bikin Papa kecewa. Dan Abang juga kan, sudah punya tunangan. Aku ....”

“Berhenti ngomong begitu, Davin!” potong Kevin, suaranya meninggi untuk pertama kali malam itu.

Dia melangkah mendekat, membuat Davina refleks mundur hingga punggungnya menyentuh dinding.

“Aku nggak pernah minta kamu menjauh,” lanjut Kevin lebih pelan, “Tapi kamu tiba-tiba bilang mau dijodohkan, seolah semua ini nggak berarti apa-apa buatmu.”

Davina menunduk. “Sebagai anak aku harus menerima apa saja keputusan yang telah Papa buat. Aku yakin semua demi kebaikanku!"

Kamar itu terasa hening sesaat. Kevin menatapnya lama, lalu menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.

“Aku nggak suka cara Papa memutuskan hidupmu begitu saja. Tapi lebih dari itu, aku nggak suka cara kamu menyerah begitu cepat. Apa kamu yakin ini yang terbaik?" tanya Kevin dengan suara datar.

Davina menggigit bibir, matanya memanas. “Aku cuma nggak mau Abang terbebani.”

Kevin terdiam. Lalu, dengan suara nyaris tak terdengar, dia berkata, “Kalau aku bilang kamu bukan beban, tapi alasan kenapa aku tetap di rumah ini, apa kamu masih mau pergi? Ingat Davina, kamu itu milikku!"

Davina tertegun. Suasana hening kembali menggantung di antara mereka, hanya suara detak jam dinding yang terdengar.

Kevin lalu menarik tangan Davina. Dia mendorong tubuh gadis itu hingga terlentang di ranjang.

"Apa kau menginginkan hubungan seperti kemarin sehingga menerima begitu saja perjodohan ini?" tanya Kevin.

Davina menggeleng. Tenggorokannya terasa tercekat. Kevin menunduk hingga jarak wajah mereka hanya sejengkal saja. Deru napas pria itu sangat jelas terdengar.

"Delapan belas tahun kita hidup bersama, kamu pasti tau dengan sifatku. Barang yang pernah aku sentuh dan aku sukai, tak boleh ada orang lain menyentuhnya! Aku tak suka!" seru Kevin.

Kevin menatap Davina lama, napasnya berat. Emosi yang tertahan membuat wajahnya tegang. Davina berusaha melepaskan genggamannya, tapi Kevin justru mempererat pegangan tangannya.

“Bang, tolong jangan begini …,” ucap Davina dengan suara gemetar, antara takut dan bingung.

Namun Kevin hanya menunduk, menatapnya dalam-dalam. “Kamu tahu nggak, Davin? Sejak dulu aku nggak pernah bisa ngebayangin kamu jadi milik orang lain,” ucapnya parau. “Tapi sekarang Papa mau menjodohkan kamu, seolah semua ini nggak pernah ada .…”

Davina menatap balik dengan mata berkaca. “Semua ini justru salah, Bang. Kita sudah melangkah terlalu jauh .…”

Ucapan itu membuat Kevin memejamkan mata, menahan perih di dadanya. Tangannya perlahan terlepas dari bahu Davina, lalu dia mundur satu langkah. Ruangan itu terasa sesak, seakan udara pun enggan mengalir.

“Kalau aku terus di sini, aku takut makin egois,” ucap Kevin pelan. Dia menunduk, bahunya gemetar sedikit. “Tapi aku juga nggak tahu gimana harus ngelepasin kamu. Kamu milikku, Davina!”

Davina menahan air matanya. “Bang … mungkin ini waktunya kita bener-bener berpisah.”

Kevin menatapnya sekali lagi, tatapan yang penuh dengan luka dan sesuatu yang nyaris tak terucap. Tanpa sepatah kata, dia berbalik meninggalkan kamar itu.

Begitu pintu tertutup, Davina jatuh terduduk di lantai. Air matanya mengalir deras tanpa suara. Di luar, langkah kaki Kevin terdengar menjauh, tapi gema emosinya tertinggal di udara panas, berat, dan menyakitkan.

Tak berapa lama terdengar suara mesin mobilnya Kevin. Davina berjalan tergesa menuju ke jendela. Dia melihat mobil itu melaju dengan kencang.

"Bang, kamu kemana? Kenapa ngebut begitu?" tanya Davina pada dirinya sendiri.

Davina berjalan menuju ranjang. Duduk di tepi tempat tidurnya. Dia tampak gelisah. Setelah berpikir beberapa saat, dia lalu meraih gawainya yang berada di atas nakas.

Walau ragu, akhirnya Davina mencari nama Kevin dan menekan tombol hijau. Terdengar sambungan, tapi tak diangkat. Beberapa kali mencoba tetap saja tak diangkat. Dia lalu menaruh kembali gawainya ke atas nakas.

Davina memandang langit-langit kamarnya yang gelap. Pikirannya tak berhenti memutar kejadian malam itu, tatapan Kevin, suaranya yang berat, dan kata-kata yang menggema di kepala: “Kamu milikku, Davina.”

Dia berbalik di atas ranjang, menarik selimut hingga menutupi wajah, tapi tak juga bisa memejamkan mata. Jam di dinding berdetak pelan, menunjukkan pukul dua lewat sepuluh menit dini hari.

Dengan tangan gemetar, Davina kembali meraih gawainya. Namanya Kevin masih terpampang di layar. Ia menarik napas panjang sebelum menekan tombol panggil.

Nada sambung terdengar. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Namun kali ini, sambungan tak langsung terputus. Ada suara yang menjawab.

“Hallo?” Suara seorang perempuan. Lembut, tapi asing di telinga Davina.

Davina tertegun. Tak bisa mengeluarkan kata. Tenggorokannya terasa tercekat. Dalam hatinya berpikir, siapa wanita yang menjawab telepon abangnya.

1
Ida Nur Hidayati
solysi terbaik ke dokter dan memang Kevin harus sepenuhnya bertanggung jawab. hadapi bersama apapun yang terjadi
LB
berani berbuat berani bertanggung jawab ya Kevin, lelaki sejati harus begitu.
kalau sudah salah jangan menambah kesalahan lagi.
berani menghadapi apapun resikonya.
Ida Nur Hidayati
tanda tanda kamu hamil Davina...
tega niat ibunya Kevin, Davina suruh nanggung sendiri akibatnya
Sri Gunarti
di gangung 🤦‍♀️
Sri Gunarti: gantung
total 1 replies
Teh Euis Tea
hebat kevin wlupun jauh dia databg untuk tangung jawab, masalah hrs di tanggung ber2, jgn takut kevin davina apapun resikonya kalian jgn menyerah
shenina
pinisirinn... lanjut mam..
Ervina Ardianto
Apa ini novel alurnya mau dipercepat ya?
🌷Vnyjkb🌷
👍👍gitu dong, mslah d hadapi brsma, jgn ada drama davi pergi, atau ortu yg campur tangan berlebihan, malah bikin kusut mslah
semangatttt kev dg penuh tggjawab, abaikan sementara mamamu itu, yg egois🤭 aslinya ibu tiri sdh Nampak
Nar Sih
seperti nya bnr kmu hamil vina,dan mungkin ini awal dri penderitaan mu juga jauh dri kevin ,moga aja dia tau klau kmu hamil dan mau tanggung jwb
Mutia
Davina apa bodoh, gak tau resiko bakal hamil...
anju hernawati
tetaplah tegar davina dengan apa yang sudah terjadi padamu ......
olyv
woww menyalah mama tiri 🔥🫢👊
sunshine wings
Testpack dulu Davina dan kasi tau keputusannya pada bang Kevin kemudian pikirkan solusinya sama² ya sayang.. ❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
Pasti bang Kevin akan tanggungjawab..
sunshine wings
Apa Davina hamil ya? ❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
jangan sampe menyesal papa..
sunshine wings
Kok gitu sih pa.. Dengan mengorbankan perasaan dan kebahagiaan anak².. Fahamilah biar sedikit daripada papa kehilangan dua²nya sekaligus..
sunshine wings
Nikahkan aja pa..
sunshine wings
bikin iri aja bang 😍😍😍😍😍
sunshine wings
❤️❤️❤️❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!