NovelToon NovelToon
Istri Rasa Selingkuhan

Istri Rasa Selingkuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Cinta Seiring Waktu / Tunangan Sejak Bayi / Nikah Kontrak
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Desau

Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.

Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.

"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.

"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 - Tergoda Lagi

Hujan di luar semakin menjadi-jadi. Petir membelah langit tanpa belas kasih, seolah ingin memaksa setiap orang di dalam rumah itu tetap terjaga. Trista masih memeluk Andra erat-erat, tubuhnya perlahan mulai tenang, tapi ia tidak melepaskan genggamannya sedikit pun.

Andra masih duduk di tepi ranjang, memeluk Trista demi menenangkannya. Ia sudah mencoba tiga kali untuk mengendurkan pelukan, tapi setiap kali petir terdengar, Trista kembali menggenggam bajunya seperti takut kehilangan.

Pada akhirnya, Andra menyerah. Dia tetap memeluk.

Trista menyandarkan kepalanya di dada Andra. Nafasnya perlahan stabil, tapi detak jantungnya justru semakin cepat. Andra dapat merasakannya, ritme itu, degup itu, terlalu dekat, terlalu jelas, terlalu membuat pikirannya kacau.

“Andra…” panggil Trista lirih.

“Hm?” Andra menunduk sedikit.

“Maaf ya…” bisiknya. “Aku tahu aku merepotkan. Tapi… aku nggak bisa kalau dengar petir…”

Andra menghela napas pendek. “Nggak apa-apa.”

Trista mengangkat kepalanya sedikit, matanya masih tampak sembap. “Kamu… nggak marah?”

“Aku nggak marah,” jawab Andra pelan. “Kamu ketakutan. Wajar.”

Trista menatap wajah Andra dari jarak yang terlalu dekat. Hanya beberapa sentimeter. Andra menoleh sedikit, dan pandangan mereka bertemu. Sekejap. Terlalu lama. Terlalu berbahaya.

Hujan mengetuk jendela, petir menyala lagi, tapi kali ini Trista tidak menjerit. Dia sibuk memperhatikan mata Andra. Entah apa yang ada di kepalanya, yang jelas, tubuhnya tidak ingin bergerak menjauh.

“Andra…” panggilnya lagi, kali ini lebih pelan, hampir berbisik.

Andra menelan ludah. Napasnya menegang. Tangannya yang tadinya memeluk punggung Trista kini kaku.

“Iya…?” balasnya dengan suara rendah.

“Aku…” Trista ragu. Matanya turun ke bibir Andra secara tidak sengaja.

Deg!

Andra merasakan tatapan itu hingga ke tulang. Dia seharusnya mengalihkan wajahnya, menjauh, memutus kontak. Tapi dia tidak bisa. Tubuhnya tidak mau nurut. Otaknya pun tidak bisa menahan.

“Tris…” ucap Andra pelan, seperti peringatan.

Tapi peringatan itu sama sekali tidak terdengar tegas. Trista mengangkat wajahnya sedikit lagi. “Apa?”

Mereka kembali bertukar pandang. Kali ini lebih intens. Tidak ada lagi suara tremor ketakutan dari Trista. Yang ada hanya, sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat dadanya memanas.

Andra menutup mata sepersekian detik, berusaha menguatkan diri. “Kita… nggak boleh begini,” bisiknya nyaris tanpa suara.

“Tahu…” jawab Trista, tapi suaranya justru mendekat, bukan menjauh. “Tapi kenapa rasanya… aku jadi nyaman kalau dekat kamu…”

Andra terpaku.

Trista melanjutkan, “Padahal biasanya aku selalu sebal kalau lihat kamu.”

“Perasaan kita… lagi kacau,” ucap Andra. “Habis kejadian malam itu… terus sekarang kamu ketakutan…”

“Aku bukan takut… karena itu,” sahut Trista. “Aku takut petir. Tapi… aku nyaman sama kamu.”

Kata-kata itu menghantam Andra seperti badai yang lebih dahsyat dari petir di luar.

“Andra…” Trista mendekat lagi.

Tanpa sadar, Andra mengangkat tangan dan menyentuh pipi Trista dengan ragu. “Kalau kita… ngelakuin hal bodoh lagi… kamu nggak nyesel?”

Trista menggeleng pelan, matanya tak lepas dari Andra. “Entah kenapa… aku nggak takut nyesel.”

Andra tidak punya waktu untuk membalas. Karena detik itu juga, Trista menutup jarak. Bibirnya menyentuh bibir Andra yang seharusnya tidak boleh dirinya sentuh, tapi Trista menyentuhnya duluan.

Andra hampir menahan napas. Bukan karena terkejut, tapi karena tubuhnya langsung menghianati semua logika yang ia punya. Ciuman itu lembut, pelan, canggung, tapi hangat.

Andra membeku sesaat. Trista hendak menjauh, malu, tapi Andra menahan tengkuknya, menariknya kembali.

“Tunggu…” suaranya rendah, serak. “Jangan berhenti…”

Dan kali ini, Andra yang mencium Trista. Ciuman itu dalam, intens, penuh rasa terpendam yang sempat mereka tekan sepanjang hari. Tidak ada alkohol. Tidak ada mabuk. Tidak ada alasan apa pun selain fakta bahwa mereka sama-sama menginginkannya.

Trista merespons sama kuatnya. Tangannya naik ke bahu Andra, lalu ke belakang lehernya. Andra memeluk pinggang Trista dan menarik tubuhnya lebih dekat lagi.

Hujan di luar semakin keras, tapi mereka sudah tidak peduli.

“Andra…” Trista berbisik di sela napas yang saling bertaut. “Aku…”

Andra menempelkan keningnya ke kening Trista. “Jangan bilang apa-apa.”

“Kita… salah lagi,” Trista memejamkan mata.

“Iya…” suara Andra bergetar. “Tapi aku nggak bisa berhenti.”

Trista menelan ludah. “Aku juga…”

Mereka saling menatap. Dan dalam tatapan itu, keduanya diam-diam mengakui sesuatu, keinginan itu bukan kesalahan yang kebetulan terjadi dua kali. Itu perasaan. Yang lebih menakutkan daripada petir.

Andra menyentuh wajah Trista. “Kamu yakin…?”

Trista mengangguk, tanpa ragu. “Aku yakin.”

Andra memejamkan mata, menekan dahi ke dahinya. “Kalau gitu… malam ini… jangan nyalahin aku.”

Trista tersenyum tipis, malu, tapi tidak mundur. “Aku nggak akan nyalahin kamu.”

Andra menarik napas panjang, menyapu rambut Trista pelan dan kembali melanjutkan ciuman.

Lampu kamar meredup. Hujan menjadi latar. Malam itu, tanpa mabuk, tanpa alasan kabur, tanpa penyangkalan apa pun, mereka kembali menyerah satu sama lain. Kesalahan kedua yang terasa terlalu benar.

1
Tiara Bella
ternyata andra sm trista bersandiwara didpn Regan....tp Regan gk percaya
Rommy Wasini Khumaidi
Andra kan merasa dia pemenangnya...oh jelas dong,dia sah dimata hukum & agama,trs Andra juga sudah mendapatkan hatinya Trista
Cindy
lanjut
kalea rizuky
regan tulus bgt lo
Cindy
lanjut
Rommy Wasini Khumaidi
terserah kamu lah thor,aku hanya berharap takdir yang baik untuk mereka.
Tiara Bella
tuh kan langsung ketemu....mafia apa sh gk bisa ditemukan ..Andra sm trista gimana itu nasibnya
Ass Yfa
bener bngt mereka suami istri tapi kayak selingkuh...huh...🤣🤣
Rommy Wasini Khumaidi
mafianya beda,mungkin ini mafia tipe kadal yang bisa dibuayaain🤣
Cindy
lanjut
Tiara Bella
nikmatin dl aja bulan madu kalian....masalah mah tunggu nanti
Cindy
lanjut
Tiara Bella
skrng senang² dl gk tw entar
Cindy
lanjut
Tiara Bella
aduh Andra santai bngt gk tw apa yg dihadapi itu mafia.....
Vike Kusumaningrum 💜
Nginap aja, biar Regan kalang kabut 🤭
Rommy Wasini Khumaidi
nggak nginep aja nih dirumah orang tua biar gk kucing²an lagi
Rommy Wasini Khumaidi
lebih pintar malingnya dong,malingnya halal untuk menyentuh dan disentuh😁
Cindy
lanjut
Tiara Bella
makan malam yg hangat dan kekeluargaan ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!