NovelToon NovelToon
Ternoda Di Malam Pengantin

Ternoda Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis / Tamat
Popularitas:2.5M
Nilai: 5
Nama Author: meliani

Dara terkejut ketika mendapati dirinya bangun dalam keadaan tidak perawan. Seseorang telah menculiknya di malam pengantin dan membuat rumah tangganya yang masih berusia seumur jagung itu berada di ambang kehancuran.

Namun kebenaran pasti terungkap dan tidak ada yang lebih indah daripada itu. Sungguhpun Dara amat terkejut ketika mengetahui siapa pelakunya. Celakanya, di saat cinta perlahan sudah mulai hadir. Dan dia merasa terjebak dalam situasi ini.

“Apa maksudmu seperti ini?” sembur Dara pada sosok menawan di hadapannya.

“Tidak ada cara lebih baik yang bisa kulakukan untuk mendapatkanmu.”

“Kau benar-benar SAMPAH!?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suami Paling Egois

Chandra sudah hampir frustrasi karena tak kunjung menemukan istrinya yang menghilang dua hari lalu. Walau bagaimana pun, dia suaminya yang bertanggung jawab atas semua yang ada pada Dara tak terkecuali.

Chandra takut apabila terjadi sesuatu yang tak diinginkan sampai-sampai ia tidak bisa tidur tenang. Dia paham betul Dara memang perempuan yang sangat nekat.

Pernah terjadi, tepatnya ketika Dara masih menjadi seorang mahasiswa, Dara pergi dari rumah lantaran keinginannya tidak terpenuhi, kemungkinan karena sebab ekonomi. Dan Dara baru pulang setelah seminggu kemudian.

Namun apakah Dara akan berbuat demikian juga?

Tetangga adalah orang-orang pertama yang Chandra tanyakan, namun semuanya menggeleng tak tahu. Entah tidak tahu atau tidak mau tahu, Chandra hampir tidak bisa membedakannya. Semua teman-teman Dara yang ia kenal juga sudah Chandra hubungi, tetapi tetap tidak ada hilal di mana wanita itu berada.

“Aargh, ke mana, kamu Dara! Jangan buat aku semakin kacau. Apa kamu pergi bersama dengan ...” gumam Chandra menebak-nebak. “Atau kamu diculik?”

Sebab sangat tidak mungkin Dara kabur karena beberapa tumpuk pakaiannya di lemari masih utuh. Tidak berubah alias berkurang.

Karena tidak ada jalan lain, maka Chandra memutuskan untuk pergi ke rumah ibu mertuanya. Berniat untuk menjelaskan apa saja yang terjadi pada rumah tangganya belakangan ini.

Mengambil kunci, Chandra segera menyalakan mobilnya dan melebarkan pintu garasi. Lantaran tidak ada orang di dalam, Chandra menutup garasinya kembali dan menguncinya sekalian setelah mobilnya benar-benar terparkir di luar halaman.

Namun pada saat dia mulai melakukan perjalanan, ponsel berbunyi pertanda pesan masuk. Rupanya kabar dari temannya.

Nuno : Chan, aku melihat istrimu di rumah sakit Hemina lantai bawah.

“Rumah sakit?” mata Chandra nanar melihat pesan tersebut. “Oh, Ya Tuhan ... kenapa aku tidak kepikiran untuk mencarinya ke sana?” dia mengusap wajahnya hingga ke belakang. Kesal terhadap diri sendiri. “Bukankah aku sudah tahu dia sedang sakit kemarin bilang!”

Tanpa berpikir lebih lama, dia segera menghubungi Nuno dan membatalkan rencananya pergi ke rumah Ibu Ratna. Entah bagaimana kelanjutannya nanti, yang terpenting sekarang membawa Dara pulang terlebih dahulu.

“Kamu serius itu istriku?” tanya Chandra begitu telepon tersambung.

“Ya, benar. Aku tidak mungkin salah. Aku melihatnya sedang mengantre di bagian administrasi.”

“No, tolong aku dulu, No. Tolong awasi dia dan usahakan jangan sampai pergi sebelum aku datang. Aku tidak yakin istriku akan kembali lagi ke rumah. Aku tidak ingin dia pergi lagi, aku sudah susah payah mencarinya.”

“Tapi aku sedang banyak urusan. Aku mau mengantar istriku ke dokter kandungan.”

“Plis, No, plis ...,” kata Chandra sangat memohon.

“Baiklah kalau kau memaksa. Apa boleh buat,” kata Nuno terdengar pasrah.

“Thank you, No. Thank you!” ujarnya sangat senang. Sambungan telepon diputus dan Chandra menambah kecepatan laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit yang dituju.

“Mudah-mudahan kamu masih di sana.”

***

Setelah membayar, Dara langsung menuju keluar untuk mencari taksi ke halaman rumah sakit.

Keadaannya sudah kembali pulih meskipun belum seperti sedia kala. Namun wajahnya masih pucat, matanya sedikit cekung dan tubuhnya terlihat lebih kurus daripada sebelumnya. Niscaya tidak ada yang menyadari hal ini selain orang terdekatnya.

Dara tersenyum getir. Dia tidak tahu ke mana arah tujuannya sekarang. Terlebih, tabungannya sudah terkuras untuk biaya rawat inapnya di rumah sakit swasta yang terkenal mahal ini.

Pun sebelumnya, dia juga baru saja menikah besar-besaran. Meskipun semua biaya gedung, MUA, sovenir dan juga prasmanan sudah ditanggung oleh Chandra seluruhnya, tetapi bukan berarti dia tidak mengeluarkan uang sama sekali. Semua tahu berapa biaya menikah di jaman sekarang yang jika dijumlah-jumlah, walau sudah paling irit sekalipun, akan tetap menghabiskan banyak biaya.

‘Baru seminggu menikah, sudah kena musibah macam-macam. Dinodai, jatuh dari motor, sakit demam dan asam lambung sampai dirawat. Sungguh luka di atas luka dan derita di atas derita!’ Dara membatin kesal.

Dara membayangkan andai bisa bertemu Hulk sekarang. Dia berjanji akan menuntutnya satu miliar karena telah lancang merenggut keperawanannya.

Sepertinya menjadi janda tidaklah terlalu masalah kalau aku nanti jadi kaya raya. Kupikir Chandra juga tidak terlalu oke. Aku bisa cari suami lagi nanti yang berondong dan lebih keren. Biar yang panas semakin panas.'

Setelah menemukan taksi, Dara pun memasuki mobil tersebut. Menutup pintu mobil, kemudian memberitahukan alamat yang akan dia tuju. Niatnya akan pergi ke rumah ibunya untuk menenangkan diri selama beberapa waktu.

Perihal perkara yang baru saja menimpa dirinya, Dara akan menceritakan semuanya nanti jika dia sudah kembali tenang. Berikut meminta pendapat atau jalan keluar untuk mereka berdua selanjutnya.

Sejak saat ini, Dara sudah siap untuk hal yang paling terburuk sekalipun. Yang terpenting, dia sudah berusaha menunjukkan kesungguhannya untuk memperbaiki. Sisanya, dia berpasrah diri. Membiarkan Tuhan yang menentukan jalannya.

“Kenapa tidak jalan-jalan mobilnya, Pak?” tanya Dara karena sudah sekian menit. Mobil masih saja berdiam diri di tempat semula.

“Sebentar, Bu. Ada orang menyuruh saya keluar. Apa itu keluarga Ibu?” tunjuknya ke samping sebelah kanan.

“Ha?” Dara pun menoleh. Tentu saja ia kaget karena di depannya tampak wajah Chandra sedang memintanya untuk membuka kaca mobil. “Ya, Tuhan, kenapa dia bisa tahu aku ada di sini? Ah, ngalamat!”

Tuk tuk tuk!

“Ra, plis buka pintunya, Ra,” suara Chandra terdengar jelas meski kondisi mobil masih tertutup rapat. Kemudian berpindah ke depan untuk melongok dari pintu kemudi yang baru saja driver bukakan untuknya. “Pak, tolong jangan bawa penumpang ini. Ini istri saya. Saya ada perlu dengannya.”

Driver itu menoleh kepada Dara dan mengatakan sesuatu karena merasa dirugikan waktunya. “Maaf, Bu. Sebaiknya selesaikan dulu urusan ibu dengan beliau. Saya tidak bisa menunggu terlalu lama.”

Lantaran merasa tidak enak, Dara pun akhirnya mengangguk mengalah. “Baik, Pak. Maaf, ya. Saya tidak jadi naik taksi Bapak.”

Rasa peduli membuat Dara merogoh sedikit koceknya untuk mengganti waktunya yang terbuang. Meski ia sendiri pun sedang melarat.

Terus terang Dara sedang malas dan tidak mempunyai banyak tenaga untuk melawan apalagi mendebat lelaki egois itu. Tetapi dia tidak punya pilihan.

Dan dengan tidak rela, wanita itu turun menemui suami egoisnya—tapi masih dengan menghindari kontak mata dengannya. Entahlah, rasanya masih terasa muak melihat lelaki ini yang bisanya hanya memikirkan perasaannya sendiri.

“Ra, kita masuk ke mobil. Kita bicara di sana,” kata Chandra kemudian, meski tidak ditanggapi oleh istrinya. Lebih tepatnya di kacangi!

“Ra ... dengar atau tidak aku bicara barusan?”

Terlalu lama menunggu jawaban, Chandra langsung menarik saja tangan istrinya dan membawanya masuk ke dalam mobilnya sendiri.

“Ihh, tidak usah keras-keras pegangnya bisa kan?” ucap Dara tidak suka. Kondisinya yang masih lemah juga tidak kuasa melawan kuatnya tarikan paksa suaminya. “Lepas!” Dara berusaha memberontak.

“Kalau ini aku lepas, kamu bisa pergi lagi dariku!” kata Chandra tidak mau mengalah.

“Tapi ini sakit,” Dara mengeluhkan kesakitannya dengan mata menggenang.

Tatapan Chandra mengarah kepada pergelangan Dara yang membekas cengkeraman tangannya.

“Maaf ...” hanya itu yang diucapkannya sebelum akhirnya lelaki itu kemudian mengangkat tubuh Dara masuk ke dalam mobil tanpa memberinya kesempatan untuk menolak.

Di dalam sana, Dara semakin terisak menangisi nasib pernikahan impiannya yang sudah hancur oleh karena sebab yang tidak Dara ketahui.

Pernikahan macam apa ini? Pernikahan mainan? Baru satu hari menikah langsung hancur. Dua hari kemudian saling menjauhi dan saling memberi kesepakatan yang jelas sangat merugikannya kelak di kemudian hari.

“Seharusnya kamu bilang bahwa kamu masuk ke rumah sakit,” ujar Chandra setelah duduk di kursi kemudi.

Mata Dara sontak melebar. “Apa kamu bilang?” tanya Dara tak habis pikir. “Sudah aku bilang aku sakit kemarin, tapi kamu malah mengabaikanku dan menganggapku pura-pura. Sudah linglung kamu, Mas? Aku ini pingsan di jalan, loh, kalau kamu mau tahu. Ada ya, suami macam ini. Kalau aku mati bagaimana?”

Dara mengeluarkan bukti administrasinya ke dashbord agar Chandra dapat membacanya sendiri.

“Tapi kamu diam-diam seperti ini juga salah!” Chandra tidak mau kalah.

“Kalau tujuanmu menyusulku hanya ingin menghakimi mending aku turun saja,” kata Dara bersiap membuka pintu. Namun terlambat karena Chandra langsung mengunci otomatis dari pintu kemudi.

Dara langsung menyeru, “Sebenarnya apa maumu, Mas Chandra?!”

“Lain kali kalau mau pergi beritahu aku, aku mencarimu sampai—”

“Bukankah ini maumu?” sela Dara dengan mata menajam. “Aku akan menurutinya, membiarkan kamu menjauh dariku sampai kamu datang sendiri seperti apa katamu."

Candra kalah telak.

Tapi aku peringatkan ...” Dara menjeda sebentar ucapannya. “Jangan terlalu lama membiarkanku begini, Mas. Aku hanya manusia biasa. Karena aku juga bisa pindah ke lain hati setelah ada yang bisa membuatku lebih nyaman,” ujar Dara tak sedang bersungguh-sungguh hanya ingin mengancamnya saja. Namun hal ini malah justru membuat Chandra semakin buruk berprasangka.

“Apa sebenarnya kamu memang seliar ini, Ra?”

***

Bersambung.

1
Hariyani Puji
sangat rapi alur ceritanya
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
bagus
Hariyani Puji
ceritanya bagus
Aurora
kasihan nggak sesuai dengan ekspektasi alif
Aurora
kembali mesra
Aurora
nanti luluh juga si dara
Aurora
akhirnya sebentar lagi keinginan Alif terkabul
Aurora
ceraikan Candra nikah sama Alif saja
Aurora
keren tempatnya
Aurora
coba dulu nikahnya sama Alif aja
Aurora
rumah tangga di ujung tanduk
Aurora
menghubungi alif
Aurora
Luar biasa
Aurora
paling alif
Aurora
kasihan dara jadi korban
Aurora
Alif pelakunya mungkin
Aurora
kasian dara
dewitoon
langsung ngakak pas bilang mau babymoon ke monas /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!