Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘
Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.
Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCSD 15 : Basah
Warning : Mengandung adegan 21++, mohon bijak dalam memilih bacaan 🤗🤗
___________________
Sorot mata Dewa, layaknya burung elang yang siap membidik mangsa yang tengah lengah. Matanya kian berkabut hasrat tatkala di depannya telah tersaji sebuah hidangan nan lezat serta menyegarkan, yang pastinya bisa menuntaskan semua dahaga sekaligus rasa laparnya akan sesuatu yang sudah lama tidak ia reguk kenikmatannya.
Berkali-kali Dewa kesusahan menelan salivanya, tatkala pandangannya tidak bisa beralih dari dua buah bukit kembar besar, padat dan sintal yang naik turun mengikuti hembusan nafas wanita yang kini tengah larut dalam buaian mimpinya dalam posisi berbaring.
Tangan kokoh Dewa akhirnya terulur jua untuk menyentuh dua bukit itu. Perlahan, ia memegang, mengusap dan meremasnya.
Aaaaaahhh ... Sebuah sensasi yang sudah lama tidak Dewa rasakan. Merasakan jantungnya berdetak lebih kencang, aliran darahnya mengalir lebih cepat dari ujung kaki ke ujung kepala, dan merasakan adrenalinnya kian meningkat. Ia memejamkan matanya, merasakan betapa dua benda kenyal nan sintal itu begitu terasa menenangkan jiwanya.
"T-Tuan... A-Apa yang Tuan lakukan?"
Dewa sedikit terkesiap tatkala tubuh gadis yang tengah berbaring ini sedikit menggeliat dan ia membuka kelopak matanya. Ia pun hanya tersenyum simpul sembari mendekatkan wajahnya di wajah sang gadis.
"Sssstttt... Tenang, aku hanya ingin memberimu sedikit kehangatan. Kamu kedinginan bukan?"
Dewa membelai wajah sang gadis dengan lembut. Ia menyusuri tiap lekuk wajah sang gadis menggunakan jemarinya hingga sampai ke bagian leher, yang seketika membuat sang gadis merasakan gelenyar aneh yang baru sekali ia rasakan.
"K-Kehangatan seperti apa maksud Tuan? Saya tidak paham."
Dewa tersenyum simpul. "Kehangatan sekaligus yang akan membuatmu merasakan apa itu surga dunia. Apakah kamu mau meraih kenikmatan surga dunia itu bersamaku?"
Sang gadis hanya bisa mengerjabkan mata. Namun pada akhirnya, ia mengangguk jua. Bak gayung yang bersambut, tanpa membuang banyak waktu, Dewa mulai menindih tubuh gadis cantik ini. Ia mendaratkan ciumannya di bibir sang gadis. Sebuah ciuman dalam yang kian menuntut. Sang gadis hanya tertegun, tidak dapat memberikan respon apapun. Namun bibir Dewa seakan memberikan sebuah sinyal agar sang gadis mau membuka mulutnya untuk mempersilakan lidahnya memasuki rongga mulutnya.
Naluri sang gadis sebagai manusia yang dianugerahi akal, pikiran, dan nafsu pun mulai bekerja. Namun sepertinya akal dan pikirannya sedang tidak berfungsi dengan baik. Ciuman dari lelaki dewasa di atas tubuhnya ini terasa begitu memabukkan. Membuatnya terbuai dalam setiap permainan lidah yang diberikan oleh lelaki ini.
"Eenngghhh... T-Tuan...."
Sang gadis melenguh, tatkala bibir Dewa sudah menyentuh lehernya. Di sana, Dewa memberikan gigitan-gigitan serta hisapan yang meninggalkan jejak kemerahan. Dan tangan kokoh lelaki itu mulai menyelinap masuk ke dalam manset tipis yang dikenakan oleh sang gadis. Ia lepas pengait bra milik sang gadis dan kemudian meremasnya dengan lembut.
"Eemmmmphhh.... Ini sepertinya nikmat sekali jika aku hisap. Bolehkah aku melakukannya?"
Sang gadis hanya menganggukkan kepalanya. Seutas senyum manis terbit di bibir Dewa. Tanpa basa-basi, ia mulai membenamkan wajahnya di kedua bukit kembar yang menjulang tinggi di depan matanya ini.
"Eemmmmphhh... "
Sang gadis hanya bisa memejamkan matanya. Menggigit bibir bawahnya dan meremas-remas rambut milik Dewa ketika ia merasakan bibir Dewa dengan rakusnya melahap semua yang ada di sana.
"Oouuuhh... Ini sungguh nikmat. Aku sudah lama tidak merasakan ini. Hhmmmphhhh...."
Masih dengan membenamkan kepalanya di kedua bukit kembar milik sang gadis, tangan Dewa mulai turun perlahan dan menyentuh sebuah lembah yang sepertinya sudah basah.
Dewa menghentikan aktivitasnya. Ia kembali menatap lekat wajah sang gadis dengan tatapan penuh damba. Sekilas, ia berikan sebuah ciuman di bibir ranum gadisnya ini. "Apakah kamu sudah siap untuk terbang bersamaku ke nirwana?"
Sang gadis mengangguk. "Bawa saya ke sana Tuan."
Dewa tersenyum penuh arti. "Untuk pertama kali, mungkin kamu akan merasakan sakit. Namun percayalah kepadaku, setelah rasa sakit itu akan muncul rasa nikmat yang tiada terkira."
Tiap kata yang terucap dari bibir lelaki dewasa di atas tubuhnya ini seolah menjadi mantra yang membuat kewarasannya menghilang begitu saja. Dan yang bisa ia lakukan hanyalah menuruti semua yang diucapkan oleh lelaki dewasa ini.
Gadis itu kembali mengangguk. "Saya percaya kepada Tuan."
Dewa mulai melucuti pakaian yang ia kenakan satu persatu. Begitu pula dengan pakaian yang dikenakan oleh sang gadis, ia lucuti pula. Hingga kini tubuh keduanya dalam keadaan polos. Perlahan, Dewa mulai mengarahkan pisang tanduknya yang sudah lama tidak berfungsi ke arah lembah milik sang gadis yang sudah semakin basah.
"Aaaaaaahhhh... T-Tuan.... Sakit..."
Sejenak Dewa terdiam, di saat kepala pisang tanduknya masih berada di seperempat jalan memasuki lembah itu. "Tahan sebentar.... Setelah ini kamu akan merasakan nikmat."
Lagi, pisang tanduk milik Dewa kembali melanjutkan perjalanannya.
"Aaaaaahhh Tuan... Ini lebih sakit...."
"Eenngghhh... Ssshhhhh ini sempit sekali... Oouuuhh..."
Seakan sudah tidak sabar untuk menenggelamkan pisang tanduknya sepenuhnya di dalam lembah sang gadis, Dewa kembali menghentakkan pinggulnya dan....
"Aaaaaahhh.. Ini nikmat sekali Sayang..." racaunya setelah pisang tanduk miliknya berhasil melesak masuk ke dalam lembah sepenuhnya.
Sedangkan sang gadis hanya bisa kembali menggigit bibir bawahnya sembari menahan rasa perih yang tiba-tiba ia rasakan di area sensitifnya. "Eemmmmphhh Tuan... Pelan-pelan..."
Dewa mengangguk. Perlahan, ia memacu tubuhnya di atas tubuh sang gadis. Ritme gerakan yang sebelumnya perlahan, kini mulai sedikit lebih cepat.
"Ssshhhhh...."
"Eeemmmphhhh...."
"Aaaahhhhh.... Oouuhhhh... Hemmmpphh.."
Desahan, lenguhan seakan menggema di dalam gua ini. Dewa semakin mempercepat gerakannya tatkala ia merasakan denyutan-denyutan dari otot-otot lembah milik sang gadis. Dan ia merasakan sesuatu yang benar-benar menjepit pisang tanduknya.
"Ooohhhh Tuan... Saya ingin pipis ..."
Dewa menyeringai nakal masih sambil memacu tubuhnya. "Ssssshhhhh ... Kita pipis sama-sama Sayang... Uuhhhhhh... Aaahhh...."
"Eemmmmphhh... Tuan... "
"Uuhhhhh... Sayang....."
"Aaaahhh...."
"Aaaaahh....."
Jreng... Jreng......
"Aaaaarrrgghhhhh sakiiiiiitttt.........!!!!!!"
Tubuh Dewa seketika melonjak tatkala merasakan ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Ia yang sebelumnya dalam posisi berbaring seketika berubah posisi. Saat ini ia terduduk. Matanya terbelalak tatkala melihat beberapa angsa putih menyosor kakinya.
Nguuuookk.....Nguookkk.. Nguuuookk.... (bayangkan saja suara angsa ya Kak 😅)
"Husshh... Husshh... Husshh.... Sana, sana pergi!!! Ini kenapa bisa ada angsa kesasar di hutan seperti ini? Husshh... Husshh... Husshh...!!!"
Nguuuookk... Nguuuookk... Nguuuookk....
"Hei, sebenarnya kalian ini kiriman siapa? Mengapa bisa berada di hutan seperti ini?"
Dewa berupaya mengusir kumpulan angsa putih di depannya ini. Namun sepertinya usahanya sia-sia. Kumpulan angsa itu seperti sudah menemukan posisi wuenak nya dengan mendudukkan tubuh mereka di hadapan Dewa.
Dewa menghembuskan nafas kasar. "Baiklah kalau kalian tidak mau pergi. Tetaplah di sini, namun jangan sekali-kali kalian menggangguku!"
Dewa menoleh ke arah samping, terlihat gadis kecilnya ini masih terlihat lelap dalam tidurnya. Dewa mencoba mengumpulkan nyawa yang sepertinya belum seutuhnya merasuki tubuhnya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja ia alami.
"Ya Tuhan, ternyata yang aku alami tadi hanya mimpi. Tapi mengapa seperti nyata? Rasanya aku benar-benar memperoleh kenikmatan dari tubuh gadis ini."
Dewa mengacak rambutnya frustrasi. Di mimpinya tadi, ia seperti sudah merasakan klimaks. Namun seketika buyar dengan kehadiran beberapa angsa putih ke dalam gua ini. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Dewa. Perlahan, tangannya turun ke bawah menyentuh bagian celananya. Dan...
"Astaga.... Aku mimpi basah!!!!"
.
.
. bersambung....
Ciee... cieeee... cieeee... yang sudah panas dingin... ternyata Dewa hanya bermimpi 😂😂
Fiks, Mara masih perawan ya Kak...😅✌️✌️
mengecewakan😡