Tiga persahabatan Laras, Clarisa dan Maria telah menikah dengan pasangan masing - masing hingga di karuniai anak - anak yang tampan dan cantik.
Alviana anak dari pasangan Alvonso dan Laras seorang sekretaris menjalin hubungan dengan bosnya bernama Arlan seorang pria CEO dan tanpa di ketahui oleh Alviana ternyata CEO tersebut ternyata seorang ketua mafia yang sangat kejam tidak segan membunuh orang yang berkhianat selain itu ternyata pria tersebut musuh bebuyutan kakaknya Alvonso. Akankah hubungan berlanjut ke jenjang pernikahan atau kandas di tengah jalan?
Ada juga Liani seorang sekretaris bekerja di kantor Harlan, seringnya bertemu merekapun saling jatuh cinta walau jarak usia terlampau jauh tapi tidak diperdulikan oleh mereka berdua.
Akankah hubungan Liani dan Harlan sampai ke jenjang pernikahan atau kandas di jalan? ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maria Koma
ceklek
Pintu terbuka tampaklah dokter dan beberapa perawat masuk ke dalam ruangan ICU.
" Siapkan alat Defibrilator cepat!" teriak dokter Kennath
Seorang perawat berlari keluar mengambil alat Defibrilator. Tidak berapa lama perawat itu datang membawa alat yang diminta oleh dokter Kennah.
Dokter Kennath pun mengambilnya dan ditempelkan di tubuh Maria. Dokter Kennath sampai mengeluarkan air mata nya karena beberapa kali alat itu di tekan ke dada istrinya tapi tidak berpengaruh sama sekali bagi Maria.
" Dokter, iklaskan istrimu, istrimu sudah meninggal." ucap dokter rekan kerjanya.
Dokter Kennath menghentikan tangannya dan menaruh alat pengejut jantung sambil menatap tajam ke rekannya.
" Apa maksudmu? istriku tidak mungkin mati, dia hanya tidur!!!" bentak dokter Kennath
Rekan kerjanya terkejut dan hanya diam saja begitu pula dengan beberapa perawat karena pasalnya baru kali ini sisi dokter Kennath marah dan menangisi karena istrinya.
Dokter Kennath yang di kenal ramah tapi jarang tersenyum dan tertawa. Dokter Kennath mulai tersenyum dan tertawa ketika kenal dengan Maria.
Selesai membentak rekan kerjanya dokter Kennath melanjutkan lagi berusaha menekan menggunakan alat pengejut jantung. Dokter Kennath menaruh alat pengejut jantung ke tempatnya.
Dokter Kennath menangis histeris memanggil nama istrinya. Dokter Kennath sama sekali tidak memperdulikan orang lain menganggap dirinya rapuh atau cengeng.
Dua orang perawat ingin melepas semua alat yang melekat di tubuh Maria tapi sekali lagi dokter Kennath menatap tajam ke arah dua perawat.
" Jangan sekali - kali kalian mencabut semua alat yang berada di tubuh istriku." perintah dokter Kennath sambil menatap tajam ke arah dua perawat yang sedang melepaskan alat - alat yang menempel di tubuh istri dokter Kennath.
" Tapi dokter istri anda...?" ucap rekan dokternya terpotong karena mendapatkan pelototan dari dokter Kennath.
" Istriku lagi tidur, kalian semua keluarlah." perintah dokter Kennath.
Merekapun menuruti permintaan dokter Kennath karena dokter Kennath pemilik rumah sakit ini jadi tidak ada satupun yang berani membantahnya.
Dokter Kennath memeluk tubuh istrinya yang lemah tidak bertenaga sambil menangis histeris. Dokter Kennath tidak menyangka dan tidak percaya kalau istrinya meninggalkan dirinya secepatnya.
" Sayang, bangunlah aku janji akan merubah sifat egoisku, aku akan melakukan apa saja untukmu, menuruti semua permintaanmu walau tidak masuk akal sekalipun aku akan melakukannya, aku janji sayang tapi dengan satu syarat kamu harus bangun jangan tinggalkan aku dan anak kita." ucap dokter Kennnath sambil menangis.
Ceklek
Tampak Laras menggunakan kursi roda di dorong oleh suaminya Alvonso dan Clarisa juga menggunakan kursi roda di dorong oleh suaminya Ronald, mereka melihat dokter Kennath menangis sambil memeluk tubuh Maria.
Alvonso mendorong kursi roda istrinya ke arah Maria dan dokter Kenneth di ikuti di belakangnya Ronald bersama istrinya.
Mereka berdiri di samping kanan dan kiri di ranjang Maria.
Alvonso mengusap bahu dokter Kennath untuk kuat. Alvonso dan Ronald juga mengeluarkan airmata melihat kesedihan sahabatnya.
Tiga pria tampan itu menangis, mereka tidak perduli di katakan cengeng karena bagi mereka kesedihan satu sahabat merupakan kesedihan mereka juga.
Laras dan Clarisa begitupula mereka menangis karena Maria sahabat baiknya yang paling sabar dan selalu memberi semangat di kala mereka mengalami kesedihan ataupun keterperukan.
" Maria kamu selalu ada untuk kami di saat aku hamil, aku bingung apa yang mesti kulakukan? aku sangat terpuruk dan setiap hari menangis tapi kamu dan Clarisa tanpa mengenal lelah menghiburku dan memberiku semangat, kita sudah berjanji untuk selalu bersama mengurus anak - anak kita dan membesarkan anak - anak kita. Kamu tahu Alvonso, Alvian dan Alviana akan sangat sedih melihatmu seperti ini, bangunlah. Kamu tahu, ketika aku sadar untuk pertama kalinya aku melihatmu dan Clarisa, hatiku pedih melihat kalian berdua berbaring dengan banyak alat yang menempel di tubuh kalian. Ketika ada seorang dokter dan perawat aku ingin meminta minum karena aku haus tapi aku terkejut ketika mendengar percakapan mereka. Kamu tahu aku berusaha bangun dan mencabut selang infusku dengan paksa tidak memperdulikan rasa sakit di perut dan di punggung tanganku karena keselamatan sahabatku lebih utama, aku melawan mereka walau aku harus menjerit kesakitan karena mereka berdua memukulku sampai aku berpikir apakah hari itu aku akan mati, tapi Tuhan menolongku ada orang datang dan membantuku. Tepat di saat aku terjatuh salah satu dari mereka membopongku dan aku tidak ingat apa - apa lagi. Apakah pengorbananku sia - sia Mar?" ucap Laras menangis
" Maria, ingatkan waktu dulu kita masih sd di antara kita bertiga ketika bertarung dengan teman kita yang ngeselin, kamu itu paling cengeng jika kamu terluka dengan alasan kulitmu lecet sampai kita berdua berusaha menghiburmu dengan membelikanmu gulali mirip anak kecil. Aku jarang melihatmu tersenyum bahagia begitu pula kamu jarang tertawa tapi ketika pertama kali melihatmu tersenyum dan tertawa bahagia ketika kamu berkenalan dokter Kennath, Setiap hari pulang dari rumah sakit kamu selalu menceritakan tentang dokter Kennath dengan senyum bahagia sampai wajahmu memerah sedangkan kamu berpacaran dengan Alex kamu biasa saja. Kami sangat senang melihatmu tersenyum dan tertawa bahagia ketika menceritakan dokter Kennath tapi terkadang jujur kami bosen soalnya ceritanya di ulang - ulang. Ketika kalian berdua pacaran rona wajah kebahagiaan terpancar, kami sangat senang dan selalu mendoakanmu semoga kamu selalu bahagia dan bisa menikah dengan dokter Kennath. Kini kalian sudah menikah dan mempunyai anak, bangunlah Mar apakah kamu tidak ingin melihat anak dan suami yang paling kamu cintai?" pinta Clarisa, mata Clarisa sampai sembab karena tangisannya tidak berhenti.
Ceklek
Seorang perawat datang mendorong inkubator yang berisi bayi perempuan yang masih merah dan cantik berpaduan dokter Kennath dan dokter Maria.
Oek oek oek oek oek
Bayi itu menangis dan menjerit tidak henti. Dokter Kennath mengambil anaknya secara perlahan dan menggendongnya dan membawanya ke arah istrinya berbaring.
" Sayang, anakmu menangis. Bangunlah apakah kamu tidak ingin melihat dan menggendongnya?" tanya dokter Kennath sendu
xxxxx
Maria berjalan ke arah sinar yang sangat terang tapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara panggilan suaminya dokter Kennath kemudian tidak berapa lama berlanjut ke dua sahabatnya yang menangis memanggilnya untuk datang ke arah mereka bertiga.
Maria ragu untuk melanjutkan langkahnya. Maria mengangkat salah satu kakinya terdengar suara bayi yang menangis histeris membuat kaki langkahnya diturunkan kembali karena tangisan bayi itu menyanyat hatinya.
xxxx
tut tut tut tut tut
Mereka terkejut sekaligus bahagia mendengar detak jantung Maria berdetak kembali. Dokter Kennath memberikan bayinya ke Laras yang berada di sampingnya.
Dokter Kennath memeriksa kondisi istrinya dan tersenyum bahagia karena istrinya sudah melewati masa kritisnya.