Sinopsis:
Lilia, seorang agen wanita hebat yang mati dalam ledakan saat menjalankan misinya, namun secara tidak sengaja masuk ke dunia novel sebagai tokoh wanita antagonis yang dibenci oleh semua warga desa. Dalam dunia baru ini, Lilia mendapatkan misi dari sistem jika ingin kembali ke dunia asalnya. Untuk membantunya menjalankan misi, sistem memberinya ruang ajaib.
Dengan menggunakan ruang ajaib dan pengetahuan di dunia modern, Lilia berusaha memperbaiki keadaan desa yang buruk dan menghadapi tantangan dari warga desa yang tidak menyukainya. Perlahan-lahan, perubahan Lilia membuatnya disukai oleh warga desa, dan suaminya mulai tertarik padanya.
Apakah Lilia dapat menyelesaikan semua misi dan kembali ke dunianya?
Ataukah dia akan tetap di dunia novel dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Koin Emas Bertambah
"Selamat nona, koin emas anda semakin banyak," kata sistem, sembari memperlihatkan koin emas di ruang ajaib yang jumlahnya semakin bertambah. Lilia tersenyum, dia tahu bahwa kebaikannya telah dihargai.
"Kalau begitu tukarkan koin emas yang sudah terkumpul untuk air suci. Buat hujan lebat selama dua jam!" titah Lilia dengan percaya diri.
Sistem menjawab dengan cepat, "Siap nona, kebaikan anda kali ini sangat hebat, semua warga desa bersyukur dan bahagia atas turunnya hujan."
Sistem kembali memproses koin emas yang didapat untuk menurunkan hujan selama dua jam sesuai perintah Lilia. Lilia menoleh ke Pandu, dengan senyum percaya diri. "Aku bilang juga apa, hujan pasti turun dengan lebat," ucap Lilia dengan nyaring.
Pandu menggelengkan kepala, masih tidak percaya pada Lilia. "Ini hanya kebetulan," jawab Pandu, mencoba mencari penjelasan logis.
Lilia tidak peduli dengan ketidakpercayaan Pandu, dia hanya tersenyum dan berkata, "Terserah!"
Lilia menatap Pandu dengan mata yang berbinar, "Kak Pandu, hujan akan berlangsung selama dua jam. Lihat saja nanti!" kata Lilia lagi, dengan nada yang penuh percaya diri. Pandu menatap Lilia dengan mata yang penuh pertanyaan. Hanya waktu yang akan menjawab apakah Lilia benar-benar bisa membuat hujan turun selama dua jam.
"Kalau benar hujan akan turun selama dua jam, berarti kita harus cepat pulang. Lama-lama mandi hujan bisa terkena flu," kata Pandu.
"Iya, ayo kita pulang," jawab Lilia dengan patuh.
Lilia kembali menaiki sepeda ontel Pandu. "Pegang yang erat, hujan membuat jalanan licin," kata Pandu.
Tanpa menjawab pertanyaan Pandu, Lilia langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang Pandu. Pandu sedikit tegang, dia dan Lilia sebelumnya tidak pernah sedekat ini. Sikap Lilia dulu membuat Pandu selalu takut bahkan lari terbirit-birit. Entah kenapa sikap Lilia sekarang tidak membuat Pandu takut.
Pandu kembali mengayuh sepedanya di tengah hujan yang menerpa, ban terus berputar menapaki jalanan desa yang licin. Tidak lama kemudian sampailah mereka di rumah, sebuah rumah sederhana dengan halaman yang luas dan sangat terawat. Halaman yang hijau dan rapi itu terlihat seperti oasis di tengah hujan.
Setelah Pandu dan Lilia turun dari sepeda, terlihat seorang wanita paruh baya dengan cepat membuka pintu. Orang itu membawakan payung untuk Pandu dan Lilia, "Pandu, Lilia, kenapa tidak berhenti dulu untuk meneduh. Kalian bisa sakit hujan-hujanan begini," kata Bu Ayu, ibu Lilia, dengan nada yang penuh perhatian dan kasih sayang.
Mereka pun masuk ke dalam rumah, Lilia melihat sekeliling dengan mata yang penasaran. Walau perabot rumah sudah ketinggalan zaman, tapi rumah itu sangat bersih dan rapi. Lilia tersenyum, memikirkan bagaimana ibunya telah menjaga rumah dengan baik.
Dalam ingatan Lilia, meski dirinya sendiri jahat dan pemalas, tapi ibunya sangat baik dan penyayang. Bu Ayu adalah sosok yang sangat baik hati, dia selalu menyambut Pandu dengan hangat dan penuh kasih sayang, membuat hati Pandu terasa hangat dan nyaman, seperti mendapat kasih sayang seorang ibu kandung.
Pandu sendiri seorang yatim piatu, yang telah kehilangan orang tua sejak kecil, sehingga kehadiran Bu Ayu dalam hidupnya sangat berarti. Dengan keberadaan Bu Ayu, Pandu merasa seperti memiliki ibu kandung sendiri, yang selalu ada untuknya, yang selalu menyayanginya, dan yang selalu mendukungnya.
Kalau bukan mertua sebaik Bu Ayu, sudah lama Pandu pasti menceraikan Lilia, karena sifat Lilia yang jahat dan pemalas. Tapi Bu Ayu selalu berusaha untuk memahami dan menerima Pandu dan Lilia apa adanya, dia tidak pernah memihak atau membeda-bedakan antara Pandu dan Lilia.
Dengan demikian, Bu Ayu telah menjadi sosok yang sangat penting dalam hidup Pandu dan Lilia, dia telah menjadi perekat yang menyatukan keluarga mereka, dan membuatnya menjadi lebih harmonis dan bahagia. Bu Ayu adalah contoh nyata dari seorang ibu yang baik hati, yang selalu berusaha untuk membuat keluarganya bahagia, dan yang selalu ada untuk mereka.
"Ibu sudah masakan air panas untuk kalian mandi. Cepatlah mandi, ganti pakaian, lalu keluarlah makan," kata Bu Ayu. "Hari ini hujan turun, pertanda baik untuk desa. Semoga ... juga pertanda baik untuk hubungan mereka. Mereka sepertinya baik-baik saja, berarti Lilia belum ketahuan selingkuh," batin Bu Ayu.
"Aku mandi duluan," ucap Pandu. Lilia dan Bu Ayu mengangguk.
Setelah Pandu pergi mandi, Bu Ayu menarik pelan tangan anaknya, bicara dengan serius pada anaknya di sudut ruangan. "Lilia, kamu dan selingkuhanmu belum ketahuan kan? Jangan sakiti Pandu. Kamu lupa siapa yang membiayai kita selama ini? Pandu suami kamu. Dia pria baik, belum tentu suami kedua kamu nanti sebaik Pandu," tegur Bu Ayu.
"Tadi aku sudah ketahuan selingkuh, Bu," jawab Lilia jujur.
"Apa?" Bu Ayu terkejut. "Dasar anak durhaka!" Bu Ayu syok dan marah besar.
"Aku sudah minta maaf pada Kak Pandu, Bu. Aku janji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Sudah cukup aku berbuat salah selama ini. Aku juga sudah minta maaf pada warga desa dan berjanji pada mereka untuk menebus semua kesalahanku," jelas Lilia. Penjelasan Lilia membuat amarah Bu Ayu sedikit mereda.
"Lilia tidak pernah berjanji apapun setelah dia berbuat salah. Apa artinya dia memang sudah sadar? Anak ini, aku harus mengawasinya. Dia tidak boleh berpisah dengan Pandu," batin Bu Ayu.
"Jadilah istri yang baik untuk Pandu mulai sekarang, kamu ngerti kan?" pinta Bu Ayu pada anaknya.
"Perasaan tidak bisa dipaksakan Bu. Kalau Kak Pandu ingin berpisah denganku suatu hari nanti, aku hanya bisa setuju. Ibu juga tau Kak Pandu hanya terpaksa menikah denganku."
"Kamu berusaha saja dulu jadi istri yang baik, ibu tidak mau kehilangan menantu sebaik Pandu. Ibu tidak setuju kalau kalian bercerai! Langkahi mayat ibu dulu kalau kalian mau bercerai!" ancam Bu Ayu, dengan mata melotot tajam pada Lilia.
"Iya, iya, tapi aku tidak janji!" jawab Lilia.
"Cinta hanya omong kosong, aku bukan Lilia anakmu. Setelah menyesalkan misi ini, aku akan pergi dari tempat jadul ini," batin Lilia.