Namaku April,aku adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana.
Kisahku berawal dari perkenalan yang tak di sengaja.
Dari perkenalan itu,menumbuhkan rasa yang tak biasa.
Tapi aku hanya bisa diam.Tak berani bicara apalagi mengungkapkan.
Bagaimana kisah ini akan berlanjut???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 14
Waktu terus berjalan, sore hari pun tiba. Aku pamit untuk pulang kepada Ayah dan Bunda. Ya, saat ini aku mulai membiasakan diri memanggil bude Rasmi dan suaminya, menjadi Ayah dan Bunda. Sebenarnya aku masih canggung, tapi bunda selalu protes setiap kali aku salah memanggilnya.
" April pulang dulu ya Bun, Ayah " ucapku sambil mencium tangan ayah dan bunda bergantian.
" Kamu diantar sama Bagas aja ya nak " ayah memberikan usulannya.
" Gak usah ayah, April bisa kok pulang sendiri, tadi April kesini juga sendiri " tolak ku halus pada ayah.
" Bunda gak mau dengar ada penolakan sayang, biar Bagas yang anterin kamu,..Gas, kamu antar April sampe rumahnya ". Kali ini bunda yang memerintah.
Ya ampun aku rasanya sangat tidak enak hati. Apalgi melihat raut wajah mas Bagas yang dingin. Beberapa kali aku menolak, tapi ayah dan bunda tetap memaksa. Sampai akhirnya mas Bagas buka suara.
" Kalau kamu tidak mau aku antar, mendingan kamu gak usah pulang, nginep aja disini " ucapnya santai sambil beranjak dan mengambil kunci mobil di meja. Aku tersentak dengan ucapannya. Ya Tuhan, sebenarnya dia maunya apa?
" Tuh, bener kata Bagas, kalau kamu gak mau diantar sama Bagas, kamu nginep aja di rumah bunda ya? " bunda menggodaku.
Akhirnya aku mengalah, aku pulang diantar mas Bagas, tak ada yang bersuara disini. Hanya suara musik dari music player di mobil ini yang di putar secara pelan. Mengisi kebisuan di antara kami. Setelah 2 lagu berakhir, mas Bagas mematikan music player itu, dan menoleh ke arahku.
" Gimana perasaan kamu sekarang Pril? Apa kamu bahagia? " ia bertanya padaku tanpa dengan tatapan lurus ke depan, dan fokus menyetir.
" Maksud mas? seharusnya aku yang bertanya padamu mas, apa kamu bahagia setelah aku memuluskan jalanmu dan kekasihmu? "
Mas Bagas menghela napasnya, seperti ada bongkahan batu yang menahan di dadanya.
" Kenapa kamu secepat itu mengambil keputusan " . Aku mengerit kan kening, aku bingung, bukankah dia yang memintaku untuk menolak perjodohan ini. Lantas mengapa sekarang aku yang di salahkan nya.
" Aku tak mau membuat Ayah dan terutama Bunda terlalu berharap jauh dengan hubungan ini. Ibuku juga belum tau keputusanku ini. Aku hanya menepati janji yang pernah aku ucapkan mas, untuk menolak hubungan ini, dan sekarang aku menepati janjiku. Hanya itu " jawabku pelan.
Mas Bagas menghentikan mobilnya di sebuah taman. Dia keluar dari mobil, bersandar pada pintu mobil yang telah di tutupnya kembali. Aku juga ikut turun, aku memposisikan diri sejajar dengan nya, ada jarak diantara kami.
Kami saling diam cukup lama, kami hanya menatap danau buatan yang ada di depan kami. Menatap senja yang segera hadir. Matahari mulai mengeluarkan cahaya jingga nya. Sampai akhirnya, aku mengakhiri kebisuan ini.
" Udah hampir Maghrib mas, apa mas mau tetap disini? tanyaku padanya.
Mas Bagas menoleh ke arahku, lalu tersenyum tipis, dengan tatapan mata yang tak dapat ku baca. Akhirnya kami pergi dari tempat ini.
" Kita singgah di mesjid itu dulu ya, lalu makan malam, setelah itu, kamu aku antar pulang ". Ucapnya, sebelum aku membuka suara tiba tiba mas Bagas berkata lagi
" Aku tidak suka penolakan Pril " . Tegasnya.
Oh Tuhan, ada apa dengan makhluk yang ada di samping ku ini. Saat dulu aku ingin mendekat, dia menolak ku, saat aku ingin menjauh dan menghilangkan rasa cinta yang mulai tumbuh, dia seakan ingin mendekat.
******
**Hai.,para readers, makasih atas dukungan dan like nya.
Ini tulisan pertama ku, bantu like dan vote ya.
Dukungan kalian akan membuat aku semangat untuk menulis kisah ini lagi.
Terima kasih....😘😘😘😘**
******
siapa dirimu, kok kepo banget wkwk
giliran dijauhin, dianya marah