NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Om Garda

Gadis Kesayangan Om Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Keluarga / CEO / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: yourladysan

Bening awalnya hanya mengagumi Garda seperti seorang anak terhadap ayahnya sendiri. Tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis membuat Bening bermimpi memiliki ayah seperti Garda. Namun, seiring berjalan waktu, ternyata perasaannya terhadap Garda berubah menjadi ketertarikan yang tak masuk akal. Bagaimana bisa dia menginginkan dan menyukai ayah dari sahabatnya sendiri?

Ketika Bening ingin menyingkirkan perasaan gila itu mengingat usia mereka yang terpaut jauh, tiba-tiba suatu hari Garda membuat pernyataan yang membuat Bening bimbang. Sebuah ciuman melayang, mengantarkan Bening pada kelumit masalah antara menjadi gadis kesayangan Garda atau janji persahabatannya dengan putri pria itu.

#adultromance #agegap #cintabedausia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yourladysan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hot Daddy

“Gimana hari pertama kamu?” tanya manajer minimarket saat Bening hendak pulang.

Ia kebagian shift pagi di hari pertamanya kerja. Begitu pukul satu siang tiba, shift-nya berakhir. Tak ada yang susah di hari pertama kerja. Kebetulan dia mengerti cara mengoperasikan mesin kasir. Bening memang terbilang cepat dalam belajar. Itu pun dia hanya diajari sebentar oleh senior di minimarket dan selebihnya melihat di tayangan YouTube.

Hanya saja Bening merasa suaranya masih terlalu kaku saat menyambut pelanggan. Kendati demikian, menurutnya itu bukan masalah di hari pertama kerja. Ia bisa memperbaiki seiring berjalan waktu

“Semuanya lancar. Saya perlu belajar lagi agar suara saya nggak kaku saat menyambut pelanggan,” ucap Bening seraya menarik tas dari loker.

“Baguslah kalau kamu beradaptasi dengan cepat. Jadwal shift-nya sudah saya share, ya. Kamu boleh request shift kalau ada kegiatan di kampus. Bisa disesuaikan atau mau bertukar shift dengan karyawan lain.”

“Wah, benarkah? Terima kasih, Bu.”

“Kamu tinggal di sekitar sini?” tanya sang manajer.

Bening menggeleng, walaupun tadinya dia memang dia tinggal di indekos di sekitar tempat itu. Hanya saja ia memutuskan keluar dan tidak tinggal bersama Baron serta Diana lagi.

“Saya akan cari kamar kos di sekitar sini yang dekat juga dengan kampus,” kata Bening.

“Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu besok, Bening.”

Mereka kemudian berpisah saat Bening keluar dari minimarket. Pekerja lain yang shift siang menggantikannya. Begitu keluar dari minimarket, Bening kebingungan. Ke mana ia harus pergi sekarang?

Rumah Nata? Hanya saja rumah sedang kosong, mungkin hanya pembantu paruh waktu di sana. Ia merasa sedikit sangsi untuk ke sana kalau tidak ada Nata. Rasanya tidak sopan seenaknya ke sana.

“Unit Om Garda?” Bening bergumam.

Ia mengecek kembali pesan yang kemarin dikirim Garda. Untung kata sandi unit dikirim pagi ini, tidak semalam saat Nata sedang curiga. Meski agak sedikit sangsi, Bening melangkah mendekati sebuah angkutan umum. Tak apalah, untuk saat ini dia hanya bisa pergi ke sana. Semoga saja tidak ada yang mengenalinya memasuki area apartemen mewah itu.

Berselang beberapa menit berkendara dan terjebak kemacetan, Bening akhirnya tiba di bilangan apartemen Garda. Baru dua kali dia ke sana, tetapi rasa kagumnya tak kunjung memudar. Bangunan menjulang itu tampak tidak terlalu ramai, tetapi yang berlalu-lalang masuk sudah pasti orang-orang borjuis.

“Non Bening,” panggil seseorang.

Bening terkesiap dan menemukan sopir Garda menyambutnya saat masuk ke lobi utama. Melihat pria paruh baya itu, Bening menunduk sopan sesaat.

“Baru saja saya akan menjemput Anda,” tukasnya..

“Ah, mm … saya baru selesai bekerja. Makanya saya langsung ke sini. Om Garda belum pulang, ya?” Tampaknya akan aman kalau Bening menunjukkan kedekatannya dengan Garda pada pria di depannya itu. Tak masalah, ‘kan? Dia orang kepercayaan Garda.

“Pak Garda menunggu di atas. Mari ikut saya.”

Sepasang mata Bening membeliak, ternyata Garda sudah berada di unit. Meski agak sedikit gugup dan kakinya bergetar, Bening bergegas mengekori si sopir. Akhirnya mereka menaiki lift yang membawa ke lantai teratas gedung.

Walaupun sudah memberikan lampu hijau pada Garda untuk hubungan mereka, tetapi Bening masih merasa sangat gugup. Ia merasa tengah diawasi oleh sepasang mata Nata dari kejauhan. Terkadang perasaan waswas itulah yang membuat Bening mempertanyakan lagi keputusannya.

“Silakan masuk,” tukas si sopir begitu mereka tiba di depan unit apartemen.

Si sopir kemudian pergi. Bening mencoba memasukkan password yang dikirim oleh Garda. Berfungsi, pintu unit langsung terbuka. Bening mengucapkan ‘permisi’ saat masuk ke sana dan mengganti sepatu dengan sandal tipis yang tersedia di rak foyer.

“Kamu sudah sampai. Saya menunggu sejak tadi,” kata Garda yang terlihat muncul dari arah dapur.

“Om masak?” tanya Bening begitu melihat tubuh Garda memakai celemek juga.

“Cuma nyobain. Duduklah, kita makan siang.”

Tanpa sungkan Bening masuk ke dapur dan mengintip masakan Garda. Tak buruk pikirnya. Ia membantu menyajikan makan siang.

Ketika berdiri di depan kulkas hendak mengambil minum, Bening merasakan keberadaan Garda di belakangnya. Begitu dekat sampai-sampai ia bisa menghirup aromanya yang maskulin. Bening merasakan degup jantungnya kembali menggila. Ia belum terbiasa dengan posisi sedekat itu.

“Saya merindukan kamu,” ucap Garda setengah berbisik. “Saya pulang lebih cepat agar kita bisa bertemu secepatnya, tapi saya dapat informasi dari Nata katanya hari ini kamu mulai bekerja. Itu alasan kamu dateng jam segini? Saya nungguin kamu sejak tadi.”

Bening mengangguk. “Iya. Aku harus kerja part time. Aku kebagian shift pagi.”

“Berbalik, Bening. Lihat saya!” Garda memberi perintah.

Kaki Bening terasa kaku saat memutar tumit dan menghadap pria itu. Jarak mereka ternyata sangat dekat. Bening mendongak, memperhatikan sepasang mata Garda yang meneduhkan.

“Aku udah di sini sekarang,” ucap Bening.

“Saya pengen peluk kamu, Bening. Itu pun kalau kamu nggak keberatan karena semalam saya pergi tanpa berpamitan ke kamu. Ada Nata, jadi gerak saya nggak bisa bebas.”

Tanpa berkata apa pun, Bening mengangguk kaku. Begitu samar sampai-sampai Garda sempat tidak menyadarinya. Namun, kemudian Bening merentangkan tangan dan pinggang rampingnya ditarik oleh Garda. Tubuhnya kini dipeluk erat oleh pria 39 tahun itu. Bening merasakan kehangatan yang nyaman. Semoga Garda tidak mendengar degup jantungnya yang berisik.

Semalam Garda memeluk Nata saat pergi. Namun, pagi ini Garda memeluknya dengan erat. Ia merasakan hidung bangir Garda menyentuh puncak kepalanya.

“Temani saya hari ini,” ucap Garda setengah berbisik. “Saya ingin dengar cerita kamu tentang hari ini.”

“Baiklah, Om. Aku juga pengen bareng Om sampai Nata pulang nanti.”

Garda melepas pelukan dan memamerkan senyum manis pada Bening. “Kita makan siang dulu.”

Anggukan Bening menjawab perkataan Garda. Jemari panjang dan hangat Garda menggenggam dan menuntunnya menuju meja makan. Bisa berdua saja dengan Garda seperti mimpi bagi Bening. Selama ini, hal itu hanya imajinasi belaka yang selalu dia tepis.

Namun, hari itu akhirnya tiba. Hari di mana hanya ada dirinya dan si hot daddy.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!