Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia adalah aktris A-class yang hidupnya terlihat sempurna — sampai semuanya runtuh di puncak kariernya.
Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya.
Namun ketika takdir memberinya kesempatan untuk hidup lagi, Cassia hanya ingin satu hal: menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis.
Ia ingin menebus hidup yang dulu tak sempat ia nikmati — dengan caranya sendiri.
Tapi siapa sangka, hidup tenang yang ia impikan justru membuka pintu ke masa lalu yang belum sepenuhnya selesai… dan pada satu sosok CEO muda yang selalu mendukungnya selama ini dan diam-diam menunggu untuk menyembuhkannya.
💫 Ayo klik dan baca sekarang — ikuti Cassia mengubah takdirnya dan menemukan cinta yang benar-benar menenangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 - POV Max
Saat Cassia yang sedang melamun menatap ponselnya, tiba tiba notifikasi satu pesan masuk muncul. Cassia dengan cepat membuka pesan ketika membaca nama pengirimnya.
Dari: Maximillan Dalton
Aku tidak bermaksud membuatmu canggung di depan semua orang. Aku cuma ingin dunia tahu, kamu pantas diperjuangkan.
Sedikit tertegun, Cassia menatap layar lama sekali. Jemarinya pun berhenti di atas ponsel.
Satu sisi, dirinya ingin membalas dengan dingin untuk menjaga jarak seperti biasanya. Tapi di satu sisi lain… Cassia ingin membiarkan pria itu mendekat.
Lalu Cassia menyandarkan kepala ke jendela mobil, Cassia menyelami hatinya. Ia rasa tidak pernah mendapatkan hal ini di kehidupan sebelumnya.
Semua ini dikarenakan seseorang pria yang cukup berani memperlihatkan sikap dan keinginannya dengan terang terangan seperti ini.
Cassia merasakan sesuatu yang asing yang tidak bisa ia definisikan. Perasaan saat tahu Max begitu mengejarnya, namun hebatnya tetap menghargai batas dan menunggu ijin darinya.
Cassia rasa ini bukan perasaan kagum, bukan pula cinta. Atau mungkin hanya belum?
Tapi yang pasti sesuatu itu tumbuh diam-diam, yang membuatnya takut sekaligus hangat di saat bersamaan.
Maximillan Dalton, kamu memang hebat membuatku memikirkanmu.
Mungkin karena sedang memikirkan Max, lalu entah kenapa, ingatan itu muncul—malam setelah dinner pertama ketika Max menatapnya dengan tenang dan berkata,
“Jangan memulai sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan.” suara Max menggema lagi di pikirannya. Kini Cassia paham yang di maksud Max saat itu.
(🌻: yang lupa bisa cek bab 8 ya)
Lalu Cassia menata kembali pikirannya.
Kisah hidupnya di kehidupan kedua ini sudah banyak perubahan yang sesuai Cassia rencanakan, nyaris sempurna. Namun hanya satu hal itu yang di luar rencananya.
Kehadiran Max.
Yang begitu Cassia biarkan mendekat, justru langsung mengguncang segalanya sampai tak memberinya ruang untuk mundur lagi.
...🌻🌻🌻...
POV Max
Setelah turun dari panggung, Max memang langsung berangkat kembali ke kantornya, ia memang tidak terbiasa tampil sendirian di acara terbuka seperti itu.
Karena sejak dahulu Max menghindari acara seperti ini. Ia tidak suka sorotan, tidak nyaman dengan semua perhatian yang akan dia dapatkan jika dirinya secara aktif dan sering hadir di depan publik.
Selama ini, ia selalu memilih berada di balik layar—mengatur, mengawasi, dan memastikan semuanya berjalan sempurna tanpa harus muncul di depan siapa pun.
Tapi kali ini berbeda.
Hari ini, ia memutuskan berdiri di atas panggung, semua itu demi wanita yang selalu ia dukung sepenuh hatinya. Cassia sang aktris cantik yang sudah lebih dari sembilan tahun mencuri hati pria tampan itu.
Kini, bahkan ketika Max sudah kembali ke penthouse mewahnya. Pikiran pria itu melayang entah kemana. Terbayang bayang Cassia yang anggun sekali dengan gaun putihnya hari ini.
“Cassiaku yang cantik, aku merindukanmu.” Bisik Max.
Max menyandarkan tubuhnya ke sofa, dasinya sudah di longgarkan dan dua kancing kemejanya dibuka. Cahaya kota memantul di kaca besar di belakangnya, dan layar ponselnya menampilkan rekaman acara Meet and Greet yang baru saja pria itu tonton ulang.
Ketika Max mulai memejamkan matanya untuk rileks, bayangan Cassia mulai muncul secara alami.
Lalu, bayangan Cassia melintas satu per satu.
Percakapan singkat di ruang tunggu, saling menatap saat turun dari panggung. Tidak lupa senyum manis yang membuat dunia, termasuk dirinya jatuh cinta. Bayangan Cassia bergerak bagai film yang indah.
Dan tiba-tiba, ingatan lama itu datang. Momen pertama kali ia bertemu Cassia.
Flashback.
“Cut! Ulang dari scene 21!” suara sutradara menggema di antara kru.
Dari dalam mobil hitamnya, Max menunggu sekretarisnya yang sedang meninjau kontrak kerja sama dengan salah satu aktris baru di lokasi itu.
Ia ingin memastikan sendiri, apakah wajah baru ini benar-benar layak jadi brand ambassador untuk produk terbarunya.
“Cassia! Cut! Aduh, kamu bisa lebih serius lagi ngga sih? Sekali lagi ulang dari scene 21!” titah Sutradara.
Max mengerutkan kening. “Cassia?” gumamnya pelan. “Ah, jadi ini orangnya.”
Kacanya ia buka sedikit, Max tertarik melihat lebih lama.
“BAIK!” jawab Cassia yang masih belia dengan lantang dan penuh semangat.
Max tertawa kecil. “Suaranya lebih besar dari tubuhnya yang mungil itu,” ujarnya, separuh kagum.
Tanpa sadar Max mulai meneliti penampilan aktris calon brand ambassador perusahaannya itu.
Dia, gadis muda belia dengan rambut yang dikuncir, mengenakan pakaian sederhana, wajahnya diwarnai debu dan sedikit keringat. Sepertinya make up-nya memang dibuat kusam agar tidak menonjol dari pemeran utama wanita. Namun justru di situlah letak pesona kecantikan alaminya.
“Cantik. Sesuai dengan konsep yang selalu aku bayangkan.” gumam Max nyaris tak terdengar.
Setelah itu Max tetap memperhatikan Cassia sampai wanita muda itu selesai melakukan bagiannya.
Cassia kembali mengambil posisi. Adegan diulang. Sampai sutradara kembali menghampiri dan memberi arahan.
Cassia menunduk sopan lalu berkata, “Terima kasih. Saya bisa lebih baik dari ini," masih dengan suara lantangnya yang manis dan binar matanya yang segar.
Suara itu lantang, lembut, dan yakin. Entah kenapa, Max merasa sesuatu di dadanya ikut bergerak.
Lalu tak lama, sekretaris pribadi Max datang, melaporkan hasil pembicaraannya dengan Felix, pemilik agency kecil yang menaungi aktris pendatang baru tersebut.
“Bagaimana hasilnya?” tanya Max tanpa mengalihkan pandangannya dari Cassia yang sibuk bercengkrama dengan kru lain.
Sekretarisnya menjawab . “Sudah saya tinjau, pak. Dia aktris potensial, dan wajahnya juga cocok. Tapi agensinya meminta angka yang terlalu tinggi untuk aktris yang baru debut.”
“Tidak apa apa. Berikan saja. Aku mau Cassia menjadi brand ambassador utama Lumiere, dan bilang juga bahwa Maximillan akan berinvestasi sebagai sponsor utama untuknya.”
“Ya? Baik, pak. Akan saya sampaikan dan urus segalanya sesuai perintah pak Max." Sekretarisnya sempat terdiam sejenak, lalu pergi dengan bingung.
Saat Cassia tertawa lagi, Max tak sengaja ikut tersenyum kecil, sepertinya senyuman cantik itu menular.
Flashback berakhir
Senyum yang hanya muncul sekali itu, ternyata menandai awal dari sembilan tahun yang tak pernah benar-benar bisa ia lepaskan.
Max tersenyum sendirian jika mengingat momen ini.
Mungkin hanya Max yang tahu sisi Cassia yang lain. Gadis belia yang rapuh dan selalu berpura pura kuat itu, benar benar menjadi kuat seperti sekarang.
Dunia Cassia tidak mudah. Ia tahu bagaimana industri ini bekerja. Itu sebabnya Max selalu memilih berada di balik layar. Mengamati, membantu diam-diam, menjadi seseorang yang tidak perlu disebutkan namanya.
Sampai hari itu tiba.
Di malam itu, akhirnya mata indah Cassia menatap balik matanya—Max tahu waktunya telah tiba.
Maka dari itu setelah acara meet and greet ini selesai, Max tidak langsung mendekat. Ia tidak ingin terlihat seperti pria yang memanfaatkan momen atau mengusik batas profesionalnya.
Jadi Max hanya meninggalkan pesan singkat — sederhana, tapi cukup untuk membuat Cassia tahu niatnya nyata.
“Aku cuma ingin dunia tahu, kamu pantas diperjuangkan.”
Kemudian ia meletakkan ponselnya, menarik napas panjang, dan tersenyum kecil.
Ada rasa lega. langkah kecil itu bisa membuka sesuatu yang selama ini Cassia jaga rapat-rapat.
Dan kalau Cassia akhirnya membuka hatinya lagi, ia ingin menjadi orang pertama yang menjaga, bukan yang melukai.
Di waktu yang sama tempat berbeda, seseorang yang juga memikirkan Cassia dengan cara yang berbeda.
Di ruangan kantor Felix.
Sorotan berita hiburan memenuhi layar televisi besar di ruangan itu.
Wajah Cassia terpampang jelas — elegan seperti biasa, tersenyum saat keluar dari gedung acara Meet and Greet, dikelilingi wartawan yang meneriakkan namanya.
Dan di sisi lain layar, terpampang sosok pria berjas gelap, berbicara di panggung dengan tatapan penuh keyakinan.
“Saya merasa terhormat bisa mendukung seseorang seperti Cassia.”
Rahangnya mengeras perlahan ketika wajah Max muncul close-up di layar. Senyum percaya dirinya, cara pria itu menyebut nama Cassia dengan nada penuh makna, membuat Felix frustasi.
Felix mengembuskan napas kasar, lalu mematikan televisi dengan remote yang dilempar asal ke meja.
“Sialan. Kenapa dia muncul di publik sekarang?” gumamnya pelan, setengah sinis, setengah getir.
Lalu Felix mengambil rokoknya, berharap dapat meredakan amarahnya. Ruang kerja Felix dipenuhi aroma tembakau mahal yang samar.
Tidak lama pintu diketuk. Setelah dipersilakan Maura pun masuk ke ruangan dengan senyum termanisnya.
Bersambung
ih nusuk juga