 
                            Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Ancaman Raffael.
Pria tampan dengan sejuta pesona yang mampu memikat para wanita itu duduk di balik meja kekuasaannya. Kursi kerjanya berputar-putar, dirinya tengah menerima panggilan telepon dari seseorang.
"Kau cemas, Sayang? Aku hanya perlu kata iya darimu, dan aku sudah mendapatkannya. Jadi tidak perlu khawatir." Rexi tersenyum mengatakannya. Ia terlihat santai, sudah tak mengenakan jasnya lagi, bahkan lengan kemeja pria itu sudah tertarik, memperlihatkan lengannya yang berhiaskan seni tato itu.
Dari ekspresi wajahnya, Rexi begitu mirip dengan anak remaja yang baru saja mengenal cinta. Membuat pria yang juga tengah berada di ruangannya itu menggeleng geli melihat tingkah Rexi.
"Aku sudah mengurus semuanya, seperti yang kau inginkan, Sayang. Tidak perlu khawatir, oke."
"Berhenti memanggilku sayang. Itu tidak pantas didengar, Rex." Penolakan terdengar dari suara wanita yang ada di seberang panggilan.
"Bagaimana lagi, aku sayangnya dengan istri orang," jawab Rexi apa adanya.
"Mulai gila," ucap Elvano, yang hari ini memang sengaja mendatangi kantor Rexi, demi bergosip ria. Eh bukan begitu, maksudnya demi mengkonfirmasi kebenaran berita yang ia dapat dari sang istri yang sumbernya adalah dari Rexi tentang rumah tangga Rania.
"Ada El?"
"Hm. Dia begitu kepo dengan tingkah bejad suamimu, Sayang."
Astaga!
Tak hanya Rania yang menutup mata saat mendengar ucapan Rexi. Tapi Elvano juga. Mulut Rexi benar-benar terlalu berterus terang. Sulit menahan Rexi.
Di sela pembicaraan itu, pintu ruang kerja Rexi terbuka. Jack masuk dan mengatakan kedatangan Raffael.
Rexi dan Elvano sempat terkejut, tapi setelahnya ia mempersilahkan rekan bisnis sekaligus suami dari Rania itu untuk masuk.
Ketika masuk, Raffael juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya dengan keberadaan Elvano di ruang kerja Rexi. Ia menyapa saudara sepupu istrinya itu sesaat karena melihat Rexi yang masih sibuk berteleponan dengan seseorang, mungkin rekan bisnisnya pikir Raffael acuh.
"Istirahatlah. Jangan lupa makan, perhatikan kesehatanmu, Sayang." Rexi beranjak dari duduknya, ia bergabung bersama Elvano dan Raffael yang ada di sofa. "Aku sangat mencintaimu." Rexi mengakhiri panggilan teleponnya dengan kata-kata yang begitu manis. Sederhana, tapi berhasil menghentikan aliran darah seseorang yang ada di sana.
Raffael menatap tajam Rexi yang memasang wajah begitu santai dan terlihat berkilau karena efek kasmaran.
Sementara Elvano, hanya mampu menggeleng melihat apa yang ada di depan matanya saat ini.
"Apa yang membawamu ke sini? Apa ada masalah dengan kerja samanya?" tanya Rexi pada Raffael, jauh dari kata ramah. Meski mereka saat ini terlihat seperti sedang kumpul keluarga.
Raffael tersenyum kecil mendengar bagaimana Rexi menyambut kedatangannya. Ia melirik Elvano. Melihat keberadaan saudara sepupu Rania yang juga merupakan adik ipar dari Rexi itu di sini, Raffael jadi berpikir bahwa Rexi tengah membangun kekuatannya di tengah usaha pria itu untuk merebut istrinya.
"Aku ingin membicarakan beberapa hal yang sangat penting." Raffael kembali melirik pada Elvano.
Dan karena terus-terusan dilirik, Elvano akhirnya memilih untuk beranjak. Pria yang sudah bergelar sebagai seorang ayah dari anak kembarnya itu memberikan ruang dan waktu untuk Rexi dan Raffael, apabila mereka berdua ingin bergelut fisik di sana.
"Kau sepertinya sudah tahu maksud kedatanganku ke sini, Tuan Rexi."
Rexi mengangguk dengan bibir yang mencibir. "Tentu untuk membahas kerja sama, apalagi yang penting selain hal itu?" kata Rexi yang membuat Raffael terkekeh tak kalah sinis.
"Ada hal yang jauh lebih penting dari itu."
Rexi mengangkat alisnya, seakan bertanya 'apa?'. Tingkah yang cukup berhasil membuat Raffael semakin geram.
"Kau mendekati istriku, Tuan Rexi." Raffael menatap tajam Rexi. Ia akan memberi peringatan pada pria sombong tidak tahu malu di hadapannya ini.
Sementara Rexi, mendengar ucapan Raffael yang langsung menuduhnya itu seketika dibuat terkekeh renyah, tak menyangka bahwa Raffael ternyata sudah mengetahui niatnya.
"Kau salah, Tuan Raffael," jawab Rexi formal, mengikuti cara main lawannya. "Aku tidak hanya mendekati istrimu. Tapi... sangat sangat menginginkannya." Rexi tersenyum dengan Raffael yang wajahnya langsung memerah seperti terbakar api.
Rexi mengakui bahwa ia menginginkan Rania, langsung di hadapan Raffael yang adalah suami dari wanita yang ia cinta.
Raffael menatap Rexi dengan mata yang kian tajam, suaranya rendah dan berapi-api. "Kau pikir kau bisa mengambil Rania dariku? Kau pikir kau bisa menggantikan posisiku sebagai suaminya?"
Heh, tinggi sekali angan Rexi menginginkan istri seorang Raffael Senzio. Raffael tidak akan membiarkan keinginan gila Rexi itu sampai terwujud.
Rexi tersenyum tipis, tidak terpengaruh oleh sikap Raffael yang mulai berang padanya. "Aku tidak perlu menggantikan posisimu, Tuan Raffael. Aku hanya menginginkan apa yang dari awal memang seharusnya menjadi milikku," ucap Rexi begitu santai.
"Kau pikir Rania mau kembali padamu? Kau salah besar, Rexi! Dia adalah istriku, dan aku akan melakukan apa saja untuk mempertahankannya." Raffael tertawa pendek, suaranya penuh ejekan terhadap Rexi.
Raffael berdiri, ia melangkah maju, matanya yang tajam menatap Rexi. "Jangan main-main dengan aku, Rexi! Aku sudah tahu masa lalu kalian. Kali ini, aku akan membuatmu benar-benar hilang dari kehidupan istriku," ancam Raffael dengan suaranya yang begitu menekan. Setelahnya ia keluar meninggalkan ruangan Rexi dengan amarah yang membara di dalam dada.
Rexi tidak bergerak, ia masih duduk di sofa setelah Raffael pergi meninggalkan ruangannya. Rahang pria itu juga mengeras dan tangannya mengepal erat.
"Dia pikir aku sedang bermain-main?" Rexi tertawa dingin. Ancaman receh Raffael tidak membuatnya takut. Malah semakin menambah adrenalin pria itu untuk semakin gencar merebut istri Raffael. Kali ini, ia akan mendapatkan Rania dan akan berakhir bersama wanitanya itu bagaimanapun caranya. Rexi pastikan hal itu akan terjadi.
"Aku akan mendapatkan Rania, Raffael. Tanpa harus meminta izin darimu," ucap Rexi dengan wajahnya yang begitu sinis. Ia beranjak pergi meninggalkan perusahaannya. Lebih baik ia bersiap karena esok hari Rexi hendak melakukan penerbangan untuk mengiringi kepulangan wanitanya ke tanah air.
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    