SECRET LENGKARA DIKARA

2 bulan pun sudah berlalu sejak mereka memasuki GARDAPATI, dan kini pihak osis sedang mengumum kan acara tahunan sekolah yang biasanya akan di gelar di luar kota.

"Kar, lo ikut panitia osis kan?." Tanya kaena saat keduanya baru saja selesai keluar dari ruang rapat tempat di mana pengumuman tadi di beri kan.

"Hm, gue ikut. Lo gimana? Bukannya lo bilang minggu ini ada acara keluarga, jadi lo mau ikut juga atau gimana?."

"Ck, itu dia kar. Gue masih bingung mau pilih ikut acara ini atau ikut acara keluarga, apa lagi di sana semua sepupu gue bakalan ngumpul."

"Ya udah, kalau gitu ikut acara keluarga aja. Lagi pula acara kayak gini kan masih bakalan ada tahun depan, ya walau pun perayaannya udah beda." Dikara merangkul bahunya, membuat kaena mendesah berat masih sulit untuk memilih.

Saat keduanya melawati koridor, seseorang memanggil dikara.

Itu ayang, yang berlari kecil dengan wajah ceria menghampiri mereka. "Kenapa?." Kaena bertanya, memasang wajah datar tak begitu suka melihat gadis di depannya ini. Entah lah, kaena merasa jika ayang ini adalah gadis bermuka dua, dan juga 'pick me' yang cukup membuatnya merasa muak.

Itu hanya feeling kaena saja, dan hal itu yang membuatnya tak begitu suka berinteraksi dengan ayang.

"Mm..gini, aku mau nanya sama kara. Kamu ikut panitia osis juga kan kan?." Tanya nya, dan di angguki oleh dikara. "Gimana kalau sebelum berangkat ke sana kita belanja bareng, kebetulan ada beberapa barang yang mau aku beli juga."

Dikara menimbang, sebelum mengangguk mengiya kan. Dan itu yang membuat kedua gadis di dekatnya ini langsung memasang mimik berbeda.

"Yes, terima kasih ya kara. Nanti pulang sekolah aku tunggu di parkiran, jangan lupa!." Setelahnya ayang pun pamit, membuat kaena menatap penuh tanya pada dikara.

"Kok lo malah iya in sih kar? Kan lo bisa ngajak gue, bukannya dia."

"Ngga bisa, lo kan harus pulang." Jawabnya, mengingat tadi kaena sempat bercerita jika di minta langsung pulang oleh mama nya sepulang sekolah nanti.

Kaena menepuk jidat, hampir lupa dengan hal itu.

☆☆☆☆☆

Malam harinya di sebuah club malam yang malam itu menjadi tempat perayaan ulang tahun arnav, kini pemuda itu tengah duduk di sofa sembari menyesap minuman favoritnya.

"Var, ngaku deh. Lo udah mulai naksir kan sama dikara? Soalnya keliatan banget dari cara lo natap dia, apa lagi beberapa hari ini dia sering banget datang ke ruang osis, dan itu moment yang pas buat gue ngasih kesimpulan kayak gitu."

Varen tak menjawab, lebih memilih untuk fokus pada ponsel di tangannya.

Dan diamnya itu, sudah sangat jelas menjawab apa yang arnav tanya kan. "Ck anj!ng, lo serius var?. Gimana sama si baila, lo berdua kan udah di jodohin."

"Berisik, gue sama baila ngga ada apa apa. Lagian orang tua kita aja yang ngerencanain itu, dan sisanya nyerahin ke kita berdua!." Ungkapnya tak perduli dengan baila yang selama ini ia tau berusaha untuk mendekatinya.

Arnav terkekeh, merasa takjub dengan jawaban itu. "Gila sih lo var, gue ngga nyangka aja tapi juga senang karna lo udah mulai suka sama cewek!."

Brukkk...

"Maksud lo?. Lo pikir selama ini gue suka cowo gitu?.."

"Aduh, ngga!. Ya gue ngomong gini juga karna lo emang ngga pernah tertarik sama cewek cewek yang ada di GARDAPATI apa lagi sekolah lain, termasuk sama baila juga. Tapi pas sama dikara, lo akhirnya tertarik juga."

Varen menggeleng, namun menyetujui ucapan arnav barusan.

.

.

.

Maaf ya kalau kata 'itu' nya kebanyakan, tolong maklumin aja karna di tulisnya ngga pake di edit lagi.