Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telpon Dari Naya
Ardi masuk ke rumah dengan langkah lelah, langsung menenggak segelas air dingin.
“Fiuhhh… dari pagi nggak berhenti kerja,” gumamnya sambil mengelap keringat.
Kalau masih tubuh lamanya, jangankan kuat sampai siang, baru jam sembilan saja pasti sudah tepar dan butuh tidur siang. Tapi sekarang? Lain cerita. Berkat tubuh MAX Stamina dari Sistem Dewa Koki, Ardi sama sekali nggak merasa lelah!
Dia bahkan sempat melongo sendiri. Gila, sistem ini hebat banget! Dari subuh jam tiga bangun, sampai sekarang malah masih segar bugar. Padahal semalam baru kelar jualan lewat jam sepuluh!
Ardi tersenyum miris. “Untung Rina udah ninggalin aku… Kalau masih sama aku sekarang, bisa-bisa dia yang capek duluan kalau ketemu Ardi versi stamina MAX ini.”
Ia menggeleng, malas mengingat masa lalu. Tanpa pikir panjang, ia langsung naik sepeda listrik menuju pasar sayur.
Saat itu sekitar jam setengah sepuluh. Matahari mulai naik, jalanan sudah agak sepi. Pasar sayur yang biasanya padat pun mulai lengang, banyak pedagang sibuk membereskan lapak.
Ardi yang masih berenergi santai saja keliling. Setengah jam lamanya ia habiskan untuk belanja berbagai perlengkapan.
Mulai dari ember stainless besar untuk masak kacang hijau, gelas plastik sekali pakai, sampai mesin cup sealer baru.
“Delapan ratus ribu, Mas,” ujar pedagang mesin.
Ardi sempat menawar, tapi akhirnya mengangguk. Mesin bekas memang lebih murah, tapi ia lihat masih belepotan susu kedelai kering. Aduh, jangan-jangan bekas buat eksperimen macam-macam. Amit-amit lah!
Untung penjualnya ramah. “Kalau rusak dalam setahun, bawa balik aja ke saya. Saya ganti baru.”
Selesai bayar via QR, Ardi lanjut belanja bahan: daging sapi, tepung, kacang hijau, gula merah. Dalam sekali transaksi, saldo dompet digitalnya langsung terkuras ratusan ribu.
“Hhh… sakit banget lihat saldo kepotong,” desahnya. “Tapi ya mau gimana, kalau mau dapet duit, harus keluarin duit dulu.”
Sampai di rumah, bukannya rebahan, Ardi langsung kerja lagi.
Langkah pertama: merendam kacang hijau. Kata sistem, waktu optimalnya 25–30 menit.
Sambil menunggu, ia motong-motong daging, bikin adonan roti, dan menyiapkan bumbu tumisan.
“Bakpao daging pagi tadi ludes. Malam ini harus stok lebih banyak,” katanya mantap.
Begitu kacang hijau siap, ia buang kulit dan kotoran yang mengapung, lalu merebusnya dalam panci besar. Tak lupa, ia masukkan sedikit kulit jeruk keprok yang sudah dikupas bagian putihnya.
“Wuih, baru tahu. Ternyata kulit jeruk bisa netralin dinginnya kacang hijau. Sekalian bikin harum juga,” Ardi manggut-manggut puas.
Tak lama, uap panas memenuhi dapur. Baju Ardi basah kuyup, keringat bercucuran.
“Ya ampun, kalau gini tiap hari, bisa kurus tanpa perlu nge-gym,” celetuknya sambil terus mengaduk.
Perlahan panci mulai mendidih. Agar kacang hijau tidak lengket, Ardi harus rajin mengaduk. Setelah kulit kacang hancur semua, ia saring, lalu masukkan gula merah dan sedikit perasan lemon.
Akhirnya, sepanci besar bubur kacang hijau spesial jadi juga.
Ardi mengambil semangkuk kecil, menunggu agak dingin, lalu menyeruput.
“Hmmm… mantap banget!”
Rasanya pas: manis, harum, ada sedikit segar dari lemon. Ditambah udara siang yang terik, minuman ini bikin adem luar biasa.
“Jauh lebih enak daripada bikinanku dulu yang cuma asal-asalan niru dari YouTube,” ujarnya puas.
Belum sempat suapan kedua, ponselnya berdering. Ternyata panggilan video dari jam tangan pintar milik Naya, putrinya.
Wajah mungil itu muncul di layar. “Papa! Lagi makan apa tuh? Kenapa sembunyi-sembunyi dari Naya?”
Ardi ngakak. “Ini Papa bikin bubur kacang hijau buat Naya. Pulang sekolah nanti bisa minum.”
“Beneran? Hehe, Papa memang paling baik!”
“Tentu dong. Tapi Naya di TK pinter nggak hari ini?”
Mereka pun ngobrol cukup lama. Naya bercerita tentang teman-temannya di TK, lalu tiba waktunya makan siang. Meski berat hati, ia menutup telepon.
Sebelum menutup, Naya sempat berpesan, “Papa jangan lupa makan siang ya! Jangan kebanyakan kerja.”
Ardi menatap layar yang sudah gelap, tersenyum hangat. Kehangatan sederhana dari putrinya membuat semua lelah hilang entah ke mana.
Melihat jam, ternyata baru lewat pukul 12.
“Hmm… makan siang apa ya?” pikirnya.
Akhirnya ia masak cepat: seporsi tumis daging sapi, lima bakpao daging, dan semangkuk bubur kacang hijau.
Saat menyendok suapan pertama, ia nyengir puas.
“Waduh, makan siang ala chef bintang lima, buatan sendiri lagi. Kalau gini, siapa yang butuh restoran mahal?”
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.