NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 14

Di seberang sana, Anton menarik napas panjang, jelas berusaha menahan amarahnya.

“Kevin, sekarang lo diem di situ. Jangan kemana-mana sampai gue dateng. Gue bakal bawa mobil, mungkin sekalian satu bodyguard biar aman. Gue nggak mau ada kejadian bodoh lagi, ngerti?”

Kevin memejamkan mata sebentar, lalu menghembuskan napas berat. “Yeah, yeah... fine. Gue stay. But hurry up, Ton. I don’t wanna stuck here too long.”

“Ya udah. Kirim share location sekarang. Gue jalan. Jangan aneh-aneh dulu, Kev. Gue serius.” Suara Anton terdengar tegas, lebih kalem tapi tetap menekan.

Kevin mendengus pelan, lalu menutup telepon dengan malas. Ponselnya ia lempar asal ke meja kaca di depan sofa, lalu bersandar dengan wajah letih.

Keheningan menelan ruangan. Meira masih menunduk, telinganya tadi jelas menangkap semua percakapan.

“You heard that, right?” Kevin akhirnya buka suara, nadanya datar tapi terdengar lelah.

Meira menoleh perlahan, lalu mengangguk pelan. “Ya... gue denger semua.”

Kevin mengusap tengkuknya, lalu tersenyum tipis, lebih seperti upaya mengusir rasa canggung. “So... I guess I’ll be stuck here until Anton comes.”

Meira masih menatap Kevin, sorot matanya penuh rasa penasaran sekaligus bimbang. Dari tadi ia memperhatikan, dan ada sesuatu yang berbeda dari cara Kevin bicara barusan dengan manajernya. Nada suaranya tidak hanya jengkel atau lelah, tapi juga getir. Seolah di balik gemerlap yang dimiliki seorang superstar, ada sisi lain yang jarang diperlihatkan.

Dengan hati-hati Meira membuka suara. “Jadi... yang tadi lo omongin sama manajer lo itu bener? Lo beneran nggak nikmatin semua ketenaran ini?”

Pertanyaan itu membuat Kevin terdiam. Ia bersandar lebih dalam ke sofa, pandangannya kosong mengarah ke langit-langit apartemen, menutup ekspresi yang sulit ia kendalikan.

Meira menunggu, tapi tak ada jawaban segera. Akhirnya ia menambahkan, dengan suara pelan tapi terdengar jelas, “Gue kira semua orang kayak lo idol, terkenal, digilai fans, punya segalanya udah pasti bahagia. Ternyata lo sendiri kayak... tahanan, ya?”

Kevin menarik napas panjang. Ia tidak mengiyakan, tapi juga tidak menyangkal. Diamnya justru jadi jawaban paling jujur yang bisa ia berikan. Meira bisa merasakan, kalimatnya tadi benar-benar mengenai sasaran.

Senyum getir muncul di wajah Meira. Ia menggeleng pelan. “Gue bener-bener nggak percaya, Kev. Selama ini gue selalu mikir dunia lo tuh sempurna, penuh sorak-sorai, penuh lampu panggung. Tapi sekarang... ternyata lo juga manusia. Lo juga capek.”

Kevin akhirnya menoleh, menatap Meira lekat-lekat. Matanya terlihat letih, seakan sudah lama menyimpan beban itu. “Meira...” suaranya dalam, “Don’t tell anyone about this. Aku serius. Please, keep your mouth shut. No one’s supposed to know.”

Nada suaranya kali ini berbeda bukan nada seorang idol yang memberi perintah, melainkan nada seseorang yang benar-benar memohon. Ada sedikit ketakutan terselip di sana, ketakutan kalau sisi rapuhnya diketahui publik bisa menghancurkan citra yang selama ini dibangun.

Meira mengangguk. Ada rasa iba sekaligus hormat. Ia tahu, Kevin mempercayakan sesuatu yang sangat rapuh padanya. “Tenang aja,” katanya akhirnya, lirih. “Gue nggak bakal ngomong ke siapa-siapa. Gue ngerti kok.”

Suasana hening itu buyar ketika ponsel Kevin tiba-tiba berdering keras di meja kaca. Kevin membuka mata setengah malas, melirik layar sebentar, lalu mengembuskan napas. “Anton,” gumamnya pendek. Ia langsung menggeser tombol hijau.

“Kev, gue udah di depan pintu. Cepetan buka,” suara Anton terdengar tegas, nyaris tak sabar.

Begitu pintu terbuka, Anton masuk dengan langkah cepat. Ekspresinya jelas lega menemukan Kevin dalam keadaan baik-baik saja. “Akhirnya gue nemu lo juga,” gumamnya singkat.

Namun langkahnya tiba-tiba melambat saat matanya mulai menangkap detail ruangan. Apartemen itu rapi, mewah, tapi ada sesuatu yang membuatnya menahan napas.

Di dinding, terpajang pigura besar dengan wajah Kevin yang tersenyum lebar. Di rak sebelahnya, berderet majalah dengan Kevin sebagai cover utama, tersusun rapi seolah koleksi berharga. Di atas sofa, beberapa photobook SilverDawn terbuka, halaman-halamannya jelas menyorot Kevin lebih sering ketimbang member lain. Boneka karakter edisi terbatas juga tampak menghiasi meja.

Anton menoleh pelan ke arah kulkas dan di sana, ia melihat tempelan penuh foto-foto Kevin poster kecil, potongan dari majalah, bahkan sticker resmi. Anehnya, tak ada satu pun gambar personel SilverDawn lain. Hanya Kevin.

Ia berdiri diam sejenak, matanya menyapu ruangan dengan seksama. Bibirnya terkatup rapat, wajahnya menegang sesaat, meski ia berusaha menyembunyikannya dengan tarikan napas dalam.

Kevin yang duduk di sofa menyandarkan tubuh, memperhatikan perubahan ekspresi Anton. “Ton, don’t start, oke?” katanya pelan, memberi isyarat seolah tahu apa yang sedang dipikirkan manajernya.

Anton hanya mengangguk tipis, tidak langsung memberi komentar. Ia menyembunyikan rasa heran di balik gestur profesionalnya. “Oke,” ujarnya singkat, lalu menatap Kevin lagi. “Yang penting sekarang lo aman. Gue udah di sini.”

Meira yang dari tadi berdiri dekat pintu hanya bisa menatap dengan hati yang berdebar. Ia sadar Anton pasti memperhatikan isi apartemennya, tapi sejauh ini manajer itu tidak mengeluarkan komentar apa pun. Hanya raut wajah yang sedikit kaku.

Suasana terasa agak canggung. Anton melangkah ke sofa, menepuk pundak Kevin cepat. “Next time jangan bikin gue hampir gila cari lo. Gue serius.”

Kevin mendengus kecil. “I know, I know.”

Anton melirik jam tangannya, wajahnya jelas menyiratkan kegelisahan. Ia menghela napas berat sebelum berkata, “Kev, kita harus pergi sekarang. Udah terlalu lama.” Nada suaranya tegas, seolah tidak memberi ruang untuk penolakan. Tangannya terulur ke arah Kevin, isyarat agar segera ikut.

Kevin ikut bangkit perlahan, tapi sebelum sempat melangkah, Meira bersuara, “Tunggu.” Pandangannya terarah ke Kevin, sedikit gugup namun penuh keberanian. “Sebagai hadiah karena gue udah nolong lo tadi... kasih gue nomor pribadi lo.”

Anton spontan menoleh, wajahnya langsung berubah kaku. “Itu nggak bisa,” katanya cepat. “Kalau perlu kontak Kevin, lewat gue dulu. Itu prosedurnya.”

Meira terdiam sejenak, dadanya naik turun menahan perasaan yang campur aduk. Senyumnya yang dipaksakan akhirnya pudar, berganti lirikan kecewa. “Jadi gitu, ya? Gue udah nekat, udah ngerelain diri nolongin Kevin... tapi kalian nggak bisa sedikit pun hargain gue?” Suaranya bergetar, tapi masih berusaha terdengar kuat.

Anton sempat ingin membalas, tapi Kevin mengangkat tangannya, memberi isyarat agar manajernya diam. Ia menatap Meira, kali ini dengan raut lebih lembut. “Meira...” suaranya pelan, “I get it. Gue ngerti maksud lo.”

Anton menatap Kevin dengan sorot keberatan, tapi Kevin sudah merogoh saku, menarik ponselnya, lalu mengetik cepat sesuatu di layar. Ia mendekat ke Meira, menyodorkan layar dengan sebuah nomor yang jelas. “Ini nomor gue. Tapi please... jangan sebarkan, jangan salah gunain. Oke?”

Mata Meira melebar, bercampur rasa syukur dan bingung. “Lo... beneran ngasih?” tanyanya hampir tak percaya.

Kevin mengangguk kecil. “Yeah. Dan sekali lagi, thank you banget udah bantuin aku. Kalau nggak ada kamu tadi aku nggak tahu bakal gimana.”

Anton mendesah panjang, jelas tak setuju, tapi ia memilih tak memperpanjang. Hanya memalingkan wajahnya, menekan rasa kesal yang mengganjal di dadanya.

Sebelum benar-benar melangkah keluar, Kevin menatap Meira sekali lagi, kali ini dengan ekspresi serius. “Dan Meira... jangan lupa. Apa yang lo dengar tadi tentang aku, tentang semua keluhan aku soal hidup ini itu rahasia. Jangan sampai ada orang lain tahu. Promise me.”

Meira menggenggam ponselnya erat, matanya berkaca-kaca, tapi ia mengangguk mantap. “Gue janji, Kev.”

Kevin memberi senyum singkat, lalu berjalan keluar mengikuti Anton. Suara pintu apartemen menutup pelan, meninggalkan Meira sendirian dengan perasaan bahagia karena mendapat nomor pribadi idolanya.

1
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
Aquarius97 🕊️
tabok dulu wajah kau mei hhh
Aquarius97 🕊️
selmattt Meiraa 💪😵
Aquarius97 🕊️
apal bgttt.. orang si kevin dunia meira
Aquarius97 🕊️
wuahhh.. kalau aku jadi Meira bakalan kayang trus jungkir balik tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!