Sebuah insiden kecil memaksa Teresia, CEO cantik umur 27 tahun, menikah dengan Arga, pemuda desa tampan umur 20 tahun, demi menutup aib. Pernikahan tanpa cinta ini penuh gengsi, luka, dan pengkhianatan. Saat Teresia kehilangan, barulah ia menyadari... cintanya telah pergi terlalu jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Helliosi Saja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14- pertemuan tak terduga di Cafe aluna
Hari pertama Arga dan Jaka bekerja di Cafe Aluna benar-benar membuat mereka bersemangat. Sejak pagi, mereka sudah rapi dengan seragam hitam elegan khas pelayan Cafe Aluna, yang memang terkenal sebagai tempat nongkrong kalangan menengah ke atas.
Kevin Mahendra, sang manajer, menyambut mereka dengan ramah namun berwibawa. “Selamat datang di keluarga cafe Aluna, Arga, Jaka. Gue Kevin, manajer kalian. Di sini kita kerja santai tapi serius. Semua saling bantu, jangan ada yang males. Paham, kan?” ucap Kevin sambil tersenyum, lalu menepuk bahu keduanya.
“Iya, Mas... eh Pak... eh Bang... eh apa ya?” Jaka bingung memanggil Kevin, membuat semua tertawa.
“Panggil Kevin aja, santai,” jawab Kevin sambil terkekeh.
Kevin lalu memperkenalkan mereka pada tim. “Nah, ini Nadya, barista kita. Jago latte art. Fahri, pelayan senior, biasanya yang banyak gaya tapi kerja cepat. Dan Siska, kasir kita, paling sabar hadapi pelanggan rewel.”
Fahri langsung merangkul bahu Jaka. “Santai, Bro. Gue Fahri, kalau ada yang lo nggak ngerti, tanya aja. Tapi jangan minta traktir ya!” candanya.
Jaka ngakak, “Wah, kalau gitu gue mundur aja nih!”
Sementara itu, Siska diam-diam memperhatikan Arga. Matanya tak bisa lepas dari wajah Arga yang tampan dan teduh. Ya Tuhan, ini cowok ganteng banget, kaya model... batinnya. Siska sampai salah input kasir dua kali gara-gara terus melirik Arga, membuat Nadya menyikutnya pelan sambil nyengir.
Hari berjalan cepat. Arga dan Jaka belajar banyak dari Fahri dan Nadya. Meski baru pertama kali, Arga terlihat cekatan dan cepat beradaptasi. Jaka? Tetap kocak, kadang bikin pelanggan tersenyum dengan celetukannya. Cafe Aluna memang ramai, dan kerja mereka berlangsung sampai malam karena banyak pelanggan yang betah nongkrong.
Sementara itu, di rumah megahnya, Tere baru saja tiba dari kantor. Ia melepas sepatunya dan menghempaskan tubuh di sofa. Letih, bosan, dan entah mengapa, pikirannya kembali melayang pada sosok Arga.
Terlalu sering aku memikirkan anak itu... kenapa? Padahal dia cuma bocah... gumamnya.
Belum sempat ia tenggelam lebih jauh dalam lamunan, sahabatnya, Vina, menelpon.
“Tere... yuk keluar. Aku tahu kamu lagi bete di rumah kan? Kita ke cafe Aluna aja. Refreshing dikit.”
Tere tersenyum tipis. “cafe Aluna? Hmm... boleh lah. Aku siap-siap dulu.”
Tak lama kemudian, Tere dan Vina sampai di Cafe Aluna, tempat favorit mereka untuk melepas penat. Cafe itu penuh cahaya hangat dan aroma kopi yang menenangkan. Tere melangkah masuk dengan anggun, senyum kecil terukir di wajahnya.
Di balik meja pelayanan, Arga yang sedang membawa nampan berisi minuman tiba-tiba terpaku. Matanya membulat saat melihat Tere. Tere pun sama, langkahnya terhenti, matanya tak lepas menatap sosok suaminya itu. Dunia seolah berhenti sejenak.
Jaka yang melihat Arga mendadak diam, menyenggolnya pelan. “Eh, Bro, kenapa lo? Liat cewek cakep ya?” bisiknya.
Arga hanya mengangguk pelan, matanya masih terkunci pada Tere.
Tere pura-pura mengalihkan pandangannya dan duduk di sudut favoritnya bersama Vina. Namun hatinya berdegup kencang. Ya ampun... Arga kerja di sini?
Siska yang sedari tadi memperhatikan, mulai merasa ada sesuatu yang aneh. “Arga, lo kenapa? Baru kali ini lo bengong gitu,” tanyanya penasaran.
Arga hanya tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Sis. Fokus kerja, yuk.”
Malam itu terasa panjang. Tere beberapa kali mencuri pandang ke arah Arga. Sementara Arga, berusaha tetap profesional meski hatinya ingin sekali berbicara dengan Tere. Vina yang duduk di sebelah Tere mulai menyadari, sahabatnya itu tidak seceria biasanya.
“Lo kenapa, Ter? Nggak fokus banget dari tadi. Ada yang lo pikirin?” bisik Vina.
Tere menggeleng. “Nggak, Vin. Cuma... capek aja.”
Padahal, dalam hatinya, Tere mulai kacau. Bertemu Arga di tempat tak terduga itu membuat perasaan yang ia sembunyikan mulai muncul ke permukaan.