"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra yang masih berbalut selimut, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK! "Kamu!" "Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu?" "Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!" "Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!" "Yakin?" "Yakinlah!" "Terus semalam yang minta lagi siapa?" "Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Jadi benar Mereka sudah menikah Om?" Andri menyipitkan mata, mencari kejujuran di mata Om Seno yang Ia duga banyak menyimpan rahasia Angel.
"Angel sudah menikah dengan Revano."
"Waw! Hebat!" Andri bertepuk tangan.
Om Seno balik menatap Andri dengan segudang tanya, "Lantas apa yang membuatmu penasaran?"
"Oh, jangan kaku gitu dong Om, rilex. Itu artinya Perusahaan akan baik-baik saja."
"Kamu tidak tahu malu Andri bicara seperti itu. Ini semua terjadi karena ulah Kamu. Dan sekarang Kamu menanyakan Perusahaan baik-baik saja? Tidak punya otak!"
"Jaga bicara Om! Om itu cuma bekerja di Perusahaan Papa Armando."
"Dan Kamu juga harus tahu diri Andri! Kamu hanya anak Tiri Armando! Kamu gak punya hak apa-apa dengan Perusahaan! Dan satu lagi, Kalian, Kamu dan Ibumu tidak pantas menghambur-hamburkan uang Armando. Karena itu bukan milik Kalian. Itu milik Angel!" Murka sudah Om Seno menghadapi Andri Si Anak Tiri yang tidak tahu diri.
"Wow! Anjing peliharaan Papa sekarang bisa bersuara! Hebat!"
"Jaga mulutmu Andri! Jangan kurang ajar!" Om Seno geram dengan sikap Andri. Buku-buku jarinya memutih menahan amarah dan menahan rasa ingin menampar.
"Kenapa Om Marah? Memang seperti itu kan? Om itu hanya kacungnya Papa!
Brak!"
Baik Om Seno atau Andri keduanya terkejut.
"Sandra," Om Seno terkejut dengan kehadiran Sandra.
"Heh benalu! Lo sebaiknya pergi sebelum Gue panggil security buat usir Sampah kayak Lo!"
"Waw! Pengantin Baru! Selamat ya Sister! Hebat juga Lo bisa nikah sama Tuan Revano? Oh, jangan-jangan Lo udah tidur sama Dia, jebak Tuan Revano dan minta dinikahin?" Andri sungguh mengejek Sandra dan wajah Sandra seketika memerah.
"Sayang, ada apa ini?"
Revano datang melingkarkan tangannya dipinggang Sandra, sambil menyodorkan kopi cup kearah Sandra dengan tatapan dan senyuman penuh cinta. Begitulah yang bisa ditangkap Andri yang langsung membuang muka.
"Tuan Revano, selamat atas pernikahan Kalian. Kenapa Anda tidak mengundang Saya. Bagaimanapun Saya dan Bunda adalah Saudara dan Ibu Sandra."
"Oh, begitu? Tapi Kami hanya ingin pernikahan Kami disaksikan oleh orang-orang yang benar-benar keluarga, bukan hanya mengaku Keluarga. Om Seno, Kami ada perlu, bisa Kita bicara di kantor saja. Ini urusan keluarga." Revano kembali menekankan agar Andri Si Sampah gak berguna tahu diri.
"Kurang ajar Mereka! Gue harus kasih tahu Bunda. Enak saja Mereka memperlakukan Gue begini! Lagi pula Gue masih gak percaya kalo Si Angel bisa nikah sama Tuan Revano. Pasti ada sesuatu."
Andri menyeringai menatap Sandra, Revano dan Om Seno keluar dari Cafe.
Revano mengantar Sandra diiringi Om Seno yang kini juga memang mau kerumah sakit melihat kondisi Armando, Papa Sandra.
"Terima kasih Van, Om bangga. Kamu memang layak mendampingi Sandra. Om berterima kasih karena Kamu sudah mengatasi Andri tadi.
"Saya hanya tidak suka dengan orang yang bermulut besar tapi seperti tong kosong yang berbunyi nyaring. Berisik!"
Mendengar kata-kata hinaan Revano untuk Andri Sandra mengulas senyum.
Revano bisa menangkap senyum manis Sandra dan, Revano suka. Loh!
"Saya pamit ke kantor dulu, nanti kabari saja Saya kalau urusan Kamu sudah selesai."
Revano berpamitan dengan Sandra dan Om Seno.
Tentu saja sikap Revano dan Sandra yang terkesan kaku menjadi perhatian Om Seno.
"San, bagaimana Kalian?"
Kini keduanya berada di luar ruang ICU Papa Armando.
"Aku tak ingin membahas hubunganku dengan Revano Om. Biarlah mengalir saja."
Om Seno mengangguk. Tak ingin ikut campur. Biarkan Sandra memiliki ruang sendiri dan kebebasan sendiri dalam menjaga privasinya.
"San, Om sudah meminta orang Om untuk mengawasi Andri dan Aisyah, rupanya sekarang Mereka tinggal di sebuah Apartemen."
Seperti tahu akan kebingungan Sandra Om Seno melanjutkan.
"Apartemen itu dibeli Aisyah tanpa sepengetahuan Papamu. Dan Om juga akan awasi darimana selama ini Aisyah mendapatkan uang untuk membelinya."
"Terima kasih Om. Bahkan Sandra tak punya tenaga menghadapi Duo Racun itu. Bagi Sandra yang terpenting adalah kesembuhan Papa Om."
"Om pun berharap Papamu segera siuman dan pulih."
"San, Om balik dulu ke kantor. Kamu mau ikut atau masih disini?"
"Sandra disini dulu Om, nanti baru ke kantor."
"Ya sudah. Om duluan ya."
Sementara di Kantornya Revano sedang meeting dengan beberapa Direktur.
Hingga waktu tak terasa sudah sore, Revano baru saja masuk ruang kerjanya seketika dikejutkan oleh kedatangan Yasmin.
"Mau apa Kamu kesini?" Sorot tajam tatapan Revano manakala Yasmin masuk tanpa halangan.
Revano tentu saja marah, terlebih saat Asistennya segera masuk dan meminta maaf.
"Panggil security dan seret dia keluar! Jika terulang lagi, kalian semua Saya pecat!"
"Tega Kamu Vano! Begini Kamu memperlakukan Aku! Aku kesini hanya ingin memastikan apa benar Kamu sudah menikah dengan perempuan Si@lan itu!"
"Jaga bicaramu! Dan jangan sembarangan menghina Istriku! Dengar baik-baik! Aku sudah menikah dengan Angelina Casandra. Dan sekarang Dia adalah Istriku! Wanita yang sebentar lagi akan mengandung anakku!"
Deg!
Yasmin tak percaya. Ditelinganya Revano mengakui pernikahannya.
"Kenapa Vano? Kenapa Kamu menikahi Dia! Kamu gak cinta sama Dia! Kamu maish cinta sama Aku!" Yasmin berjalan perlahan, berdiri menguatkan kakinya yang rapuh dengan tatapan mengiba.
Sejujurnya, sakit hati Revano melihat Yasmin begini. Tapi pengkhianatan Yasmin kala itu tak membuat Revano bisa memaafkannya. Sekali pengkhianat tetap pengkhianat.
"Pergilah. Aku masih banyak pekerjaan."
"Vano, Kita,-"
"Pergi! Atau mau kuminta security menyeretmu keluar!"
"Sayang, apa Aku mengganggu,"
"Sandra, mari masuk. Kamu rindu ya sama Aku?"
Sebetulnya tak hanya Yasmin saja yang terkejut, namun Revano pun kaget namun bisa mengendakikan dan langsung menyambut sandiwara Sandra bahkan sedikit berlebihan.
CUP!
Sandra membolakan matanya meski hanya Revano yang bisa melihat mata marah Sandra.
Sementara Yasmin dibungkam tak percaya, baru saja Revano mengecup bibir Sandra.
"Malu Mas, masih ada orang disini, nanti iri lagi," Sandra pun membalas kelakuan Revano dengan gerakan seduktif yang mampu membuat Revano setelah ini getir karena harus bersolo karir senam lima jari pikir Sandra.
"Silahkan Kamu keluar, Istriku tidak nyaman. Ayo Sayang, Kita lanjutkan saja di hotel. Sepertinya kalau disini banyak sekali gangguan." Tanpa memperdulikan Yasmin yang masih shock dengan apa yang baru saja ia saksikan, Revano dan Sandra sudah berjalan keluar ruangan bahkan kini keduanya meninggalkan kantor Revano dan naik ke mobil.
"Jadi, mau dilanjut dimana Sayang?" Goda Revano, melihat sikap Sandra kembali jutek Revano tahu tadi hanyalah akting saja. Tapi menggoda Sandra adalah hal menyenangkan yang baru Revano sadari.
"Kita ke A Corp. Om Seno menghubungiku dan Aku tak sengaja mampir ke kantormu, eh rupanya ada yang lagi reuni dengan Sang Mantan."
"Kamu cemburu?" Revano belum menyalakan mesin mobil.
"Itu Mantanmu menatap kesini, lebih baik cepat jalankan mobil."
"Sesuai permintaan, tapi Aku mau memukul lawan tanpa perlu susah payah,"
EUMMPHHHH!