NovelToon NovelToon
THE HOT BODYGUARD

THE HOT BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Gadis nakal
Popularitas:394
Nilai: 5
Nama Author: Mian Darika

jatuh cinta dengan pria seumuran itu adalah hal yang sudah biasa bukan?, namun bagaimana jika perasaan itu malah tertuju pada seorang pria dewasa yang seumuran dengan ayahnya?.

"hot, seksi, dan menggetarkan." gumam gadis beseragam SMA menatap tak berkedip pada tubuh tegap di depannya.

"Dasar gadis gila, menyingkirlah." penolakan terjadi, namun apakah gadis SMA itu menyerah?. ck, tentu saja tidak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Aksi perkelahian tak bisa di hindari, membuat acara ulang tahun tersebut berakhir berantakan.

Saat ini, selaah sedang berada di kursi panjang yang ada di rumah sakit. Menunggu seseorang yang sedang di periksa karna mendapat kan banyak luka di bagian wajah dan tubuh, sampai sampai pria tua yang beberapa waktu lalu tengah menggodanya tak sadar kan diri hingga saat ini.

Dan pelakunya, kini sedang berada di depan selaah. Berdiri sambil bersandar di tiang tembok rumah sakit dengan tatapan yang tak terlepas dari selaah mengabai kan beberapa lebam di di bagian wajahnya karna sempat berkelahi dengan beberapa algojo yang di bawa oleh pria tua itu.

"Sampai kapan kau akan di sini? Bukan kah seharunya aku lah yang harus kau khawatir kan karna sudah menyelamat kan mu, bukan pria tua yang begitu lancang." Kata drako sedikit kesal dan juga gemas melihat selaah yang hanya diam di sana seakan akan tengah menunggu si pria tua mesvm itu siuman.

Tatapan selaah terangkat. "Apa bedanya dia dengan mu? Bukan kah kau juga begitu lancang tuan?, kau tidak tau saja bagaimana aku sudah mencoba sopan dan menahan emosi di depannya sebisa mungkin agar tidak mengacau kan pesta teman ku itu. Dan kau, kau malah datang secara tiba tiba seakan akan sedang menyelamat kan wanita lemah yang hendak di terkam oleh seekor buaya mesvm. Dan lihat lah yang terjadi, kau bukan hanya mengacau kan pesta tapi juga berhasil membuat pria tua yang merupa kan kekasih lusy terkapar di ruangan rumah sakit." Ucap selaah, menatap kesal ke arah drako yang memasang wajah tidak bersalah.

Tak berselang lama, pintu ruangan tempat tuan drew di rawat pun terbuka. Dan di sana ada lusy yang keluar dengan matanya yang terlihat sembab, seperti baru saja menangis.

Dan melihat itu, selaah langsung berdiri dan menghampiri teman lamanya tersebut.

"Lusy, maaf kan aku. Aku tidak bermaksud mengacau kan acara mu, dan untuk sikap tuan drew aku yakin itu hanya pengaruh alkohol sehingga membuatnya menjadi seperti itu." Kata selaah, merasa tak enak pada lusy yang saat ini tampak menghela nafas mendengar semua yang ia ucap kan.

"Santai saja lea, lagi pula hubungan ku dengannya tak seserius yang kau pikir kan. Aku dekat dengannya karna dia yang sudah membiayai hidup ku dengan berlebihan selama ini, namun walau pun begitu aku tidak pernah menganggapnya sebagai laki laki yang aku cintai. Sebab sikapnya ini lah yang membuat ku merasa tidak perlu melakukan itu, dia memang bukan pria yang setia dan itu sebabnya istri dan juga anaknya memilih untuk pergi. Dan aku? Aku hanya wanitanya yang lain, yang ia bawa dan pamer kan pada rekan rekan bisnisnya. Sedang kan wanita lainnya, hanya akan berada di belakang layar melayani serta mendapat kan uang darinya. Jadi, bukan kah aku lebih baik dari gundiknya yang lain?." Lusy tampak berkaca kaca mengata kan itu, dan selaah tau jika lusy berbohong jika tidak memiliki perasaan pada pria tua tersebut.

Apa lagi lusy merupa kan sosok wanita yang setia, hanya saja ia selalu lalai mengerja kan sesuatu. Dan mungkin saja, itu adalah penyebab dirinya berpisah dengan suaminya dulu."

Ke esokan paginya, di kediaman tuan gordon.

Beberapa orang sudah berada di meja makan menunggu cucu pemilik rumah turun untuk sarapan bersama, sebab mereka yang cukup sungkang jika menyantap sarapan lebih dulu tanpa kehadiran flor di sana.

"Kenapa nona flor belum juga turun? Bukan kah pagi ini dia ada jadwal latihan berkuda." Tanya nyonya zelita pada bibi gunn yang baru saja turun dari lantai 2.

Bibi gunn sedikit tersenyum, menatap ke arah nyonya zelita, medy, dan juga stanley yang tengah membaca sesuatu di tabletnya.

"Maaf nyonya, saat ini nona muda sedang kedatangan tamu bulanannya. Dan seperti biasa, flor akan bermalas malasan di hari pertamanya, bahkan dia meminta agar sarapannya pagi ini di bawa ke atas dan itu harus tuan stanley yang membawanya." Kata bibi gunn membuat dua wanita yang duduk di meja makan tampak terganggu dengan hal itu.

"Kenapa harus putra ku? Bukan kah pelayan juga bisa." Kata nyonya zelita yang merasa kurang setuju akan apa yang bibi gunn kata kan.

Menghela nafas, stanley mulai memati kan layar tabletnya dan mulai mengkode pelayan agar menyiap kan sarapan untuk florencia yang nantinya akan ia bawa ke kamar gadis itu.

"Sudah lah bu, hal ini memang sering dia lakukan jika tuan gordon tidak ada di mansion. Karna kalau kakeknya ada, dia akan bermanja pada kakeknya dan mengeluh akan rasa sakit akibat tamu bulanan." Sela stanley tidak ingin membuat masalah ini jadi panjang.

"Tapi ley, bukan kah kau juga akan ke perusahaan? Dan kau mengata kan jika pagi ini ada rapat yang harus segera di hadiri, lantas mengapa memilih untuk mengurus gadis itu."

"Benar kata ibu ley, atau begini saja biar kan aku yang membawakannya, dan segera lah berangkat."kata medy memberi kan saran, karna jujur saja ia juga kurang suka dengan permintaan flor tersebut.

Berpikir beberapa saat, stanely pun tampak mengangguk atas usulan medy. Sebab is juga harus menyiap kan beberapa berkas yang nantinya akan ia bawa ke perusahaan. "Baik lah, terima kasih atas bantuan mu." Kata stanley, membuat medy mengangguk dengan senyum.

Dan hal itu membuat bibi gunn hanya bisa menghela nafas, sebab sudah tau dampak dari usulam medy yang di terima oleh stanley.

Tok...tok....tok...

"Masuk lah.." ucap flor mempersilah kan, dengan memasang wajah lemasnya agar stanley bisa merawatnya pagi ini.

Namun ekspresi yang ia siap kan langsung luntur, kala tau siapa yang sudah datang membawa kan sarapan untuknya.

"Maaf ya, aku yang membawa kan sarapan mu. Karna pagi ini calon suami ku itu sedang terburu buru untuk menghadiri rapat penting, makanya aku yang membawa makanan ini." Medy pun meletak kan nampan makanan tersebut di atas meja yang tak begitu jauh dari tempat tidur flor.

"Tidak, aku mau daddy yang datang bukan orang asing." Ucap flor ketus, yang berhasil membuat medy mengumpatiny dalam hati.

Dan flor, gadis itu sudah memtus kan untuk tampil sebagai dirinya sendiri yang sesungguhnya di depan nyonya zelin atau pun medy. Dan itu ia putus kan saat mengetahui jika medy akan menjadi calon istri dari pria yang ia sukai, 'dasar penyihir' gumam flor tidak suka.

Flor berbalik badan,membelakangi medy yang sudah ingin mengucap kan rasa kekesalannya.

Setelah mendapat kan penolakan dari flor, medy pun kembali ke meja makan yang di sana masih ada stanley yang baru saja selesai menyantap sarapannya.

"Dia tidak mau akan di sana ley, dia mau kau yang datang. Dasar, dia itu memang benar benar gadis yang manja." Kesalnya, membuat bibi gunn dan beberapa pelayan lain tertawa dalam diam.

Tok......tok....tok...

Ceklek..

Stanley membuka pintu kamar milik florencia setelah mengetuk beberapa kali, dan medapat kan gadis itu yang masih berbaring  di atas tempat tidurnya dengan posisi selimut tebal yang masih menggulung seluruh tubuhnya, bahkan sarapan yang di bawa oleh medy beberapa waktu lalu pun tetap utuh tak tersentuh.

"Flor?." Panggilnya dari arah mulut pintu, namun tak ada jawaban bahkan gadis itu tak terusik sama sekali. Stanley menghela nafas, lalu melangkah mendekat tak lupa menutup pintu lebih dulu.

"Nona, bisa kah kau bangun dan makan sarapan mu? Aku sedang sibuk dan juga terburu buru untuk ke perusahaan, jadi segera lah bangun aku akan menemani mu sampai kau selesai." Kata stanley lagi sedikit menarik selimut yang flor pakai.

Beberapa detik kemudian, gadis itu pun membuka selimut tebalnya sebatas leher dan berbalik menatap wajah dan penampilan stanley yang sudah terlihat rapi.

Gadis itu memasang wajah lemas dengan bibir kering sembari menatap merengek ke arah stanley. "Dad, aku sedang sakit, bisa kah kau meluang kan waktu mu hari ini? Aku yakin kakek tidak akan keberatan jika kau tak masuk ke perusahaan hari ini. Apa lagi dengan alasan ingin merawat ku, aku yakin kakek akan sangat berterima kasih untuk itu." Kata flor sembari mengambil sebelah tangan stanley untuk ia genggam.

Menghela nafas. "Tidak bisa nona, karna pagi ini ada meeting penting yang harus saya hadiri untuk mewakili tuan gordon. Dan bukan kah ada pengasuh anda yang akan membantu merawat, bahkan para pelayan lain juga bisa melakukannya."

Cara bicara stanley memang sering berubah ubah, begitu pun dengan flor sendiri yang terkadang formal dan terkadang juga non formal, sesuai dengan keadaan dan mood saja.

Mendengar itu, wajah flor menjadi kesal lalu berbalik badan memilih memunggungi stanley yang tampak frustasi dengan versi flor yang seperti ini.

"Aku tau dad, kau tidak pernah menyayangi ku seperti daddy northon yang selalu ada saat aku sedang sakit, bahkan aku juga yakin jika kau tidak akan pernah perduli pada ku walau pun aku sekarat sekali pun." Flor memasng wajah serta suara yang di buat sedih, berharap stanley menjadi luluh.

"Baik lah, tapi sampai kau merasa lebih baik saja." Kata stanley tidak ingin memperpanjang masalah, ia juga langsung mengabari sekertaris kakek gordon agar bisa mewakili rapat pagi ini, sebab dirinya yang tidak bisa hadir dengan alasan yang seharunya bisa di terima oleh yang lain.

Mendengar itu, flor mengulum senyum lalu bangkit dari tidurnya dengan senyum kecil yang merekah.

"Terimas kasih dad." Ucapnya yang langsung memeluk stanley yang saat ini masih membalas pesan dari sekertaris tersebut.

Dan saat obrolan itu selesai, baru lah stanley menoleh dan mendapat pemandangan yang cukup membuat wajahnya terlihat memanas.

"Oh shit." Umpatnya kala melihat piyama satin tipis yang flor pakai tembus pandang, entah itu karna keringat atau memang bahannya yang seperti itu yang membuat nafas stanley terasa menjadi pendek saja.

"Segera lah membersih kan diri, aku akan kembali setelah berganti pakaian." Ujarnya segera bangkit, namun gadis itu malah menahannya dengan cara memeluk sebelah pahanya.

"Dad, tidak usah. Bukan kah kau hanya akan sebentar saja di sini? Lagi pula kau memiliki banyak setelan jas yang bisa kau pakai besok harinya kan, jadi tidak perlu menggantinya. Aku juga sudah membersih kan diri, walau pun tidak keramas." Kata flor sembari mengerat kan pelukannya di paha stanley.

Mata stanley memejam sebentar, mencoba tetap tenang  dan jangan sampai ketahuan jika dia merasa terganggu dengan penampilan flor yang saat ini terlihat begitu menggairah kan, dengan piyama tipis seksinya serta rambut yanh acak acakan, padahal gadis itu baru saja bangun tidur dengan wajah polos tanpa riasan.

"Baik lah, baik lah. Segera habis kan sarapan mu, dan setelah itu istirahat lah yang cukup agar tubuh mu merasa lebih baik." Flor pun mengangguk, duduk dengan tegap sembari menerima nampan yang berisi beberapa menu yang ia minta pada bibi gunn.

"Mau ke mana dad?." Flor bertanya karna stanley yang malah beranjak dari tepi tempat tidurnya.

"Aku akan memeriksa beberapa laporan di sana." Tunjuknya pada sofa single yang tak jauh dari jendela. "Sementara kau, habis kan sarapan mu agar segera sembuh." Setelah itu, stanley pun berjalan ke sana.

Namun flor yang keberatan memiliki banyak ide, agar stanley bisa lebih dekat dengan dirinya. Sebab mulai saat ini flor ingin egois, gadis itu sudah memikir kan semuanya semalaman dan keputusan yang ia dapat kan adalah berjuang untuk mendapat kan stanley sebelum pria itu benar benar berhasil jadi milik medy.

"Ouchh....dad." flor memekik kesakitan dengan tangan yang meremat perut ratanya, membuat stanley yang baru saja duduk langsung menoleh.

"Ada apa?."

"Dad, perut ku terasa sakit ini sungguh sakit aw....dad." mendengar itu, stanley pun kembali mendekat dan meraih pundak flor agar menoleh ke arahnya.

"Dad tolong." Dengan lancang dan cepat, flor membawa tangan stanley untuk masuk ke balik piyamanya agar memberi kan usapan lembut pada perutnya yang terasa sakit. "Usap di sini dad, ini sakit." Ucapnya dengan mata memerah, sebab perutnya yang memang terasa keram efek tamu bulanannya di hari pertama, namun tidak sesakit itu sampai ia harus menangis.

Hanya saja ia menambah kan saja, agar hubungannya dengan stanley lebih erat lagi.

Setelah sadar, stanley langsung menjauh kan tangannya itu membuat wajah flor berubah cemberut.

"Ini tidak benar nona, ini sudah lancang."

"Apanya yang lancang dad? Aku meminta mu merawat ku sampai merasa lebih baik bukan, jadi ini adalah bagian yang terpenting."

"Tidak, aku akan memanggil gunn agar melakukannya. Ini tidak baik untuk kita berdua, walau pun aku sudah menganggap pun seperti keluarga." Ucap stanley sembari membalik kan badan menuju pintu keluar.

Dan flor yang mendengar itu langsung tersinggung, merasa tak terima dengan ucapan stanley yang mengata kan sudah menganggapnya seperti keluarga.

Karna selama ini flor tak mengaggapnya seperti itu, panggilan daddy hanya lah sebuah cangkang agar kakek dan yang lainnya tidak curiga jika ia memiliki ketertarikan sebagai pria dan wanita terhadap stanley.

"Berhenti dad, kau mau ke mana?." Cegahnya membuat stanley berhenti dan menoleh menatap tak habis pikir pada gadis itu.

"Lanjut kan sarapan mu dan setelah itu beristirahat lah, aku akan memanggil bibi gunn agar melakukan hal yang tadi kau minta." Kata stanley merasa kesal melihat sikap lancang yang flor lakukan.

Sebelum stanley berhasil membuka pintu, flor dengan cepat meraih remot yang ada di atas nakas lalu menekan tombolnya agar pintu kamarnya terkunci dengan cepat.

Dan setelah terdengar bunyi klik, remot itu ia sembunyi kan di balik bra yang ia pakai, agar stanley tidak bisa mengambilnya.

"Apa apaan kau ini ha? Mengapa malah menguci pintunya." Stanley berjalan ke arah flor berniat mengambil remot pintu yang flor sudah sembunyi kan.

"Di mana flor? Beri kan remot itu, aku tidak mau terjadi sesuatu yang hanya akan menyakiti mu. Aku benar susah mengontrol emosi, jadi sekarang beri kan benda itu." Kata stanley sembari mengadah kan tangan agar flor memberi kan remot tersebut.

Namun sayang, flor malah memilih menggeleng membuat emosi stanley berada di ujung kepala.

"Apa yang sebenenarnya kau ingin kan nona? Mengapa akhir akhir ini sikap mu menjadi lebih gila, kau sedang ada masalah apa sekarang? Apa kau ingin aku meminta kakek mu agar cepat pulang?."

Lagi lagi flor menggeleng, dengan air mata yang sudah siap terjun ke pipinya.

"Kalau memang tidak, ayo kata kan kenapa sikap mu menjadi seperti ini. Seakan akan kau tidak ingin aku ke mana mana, bahkan hanya sekedar mengobrol dengan calon tuangan ku sendiri."

Prangg....

Dengan wajah yang memerah, flor melempar kan gelas yang berisi air putih ke atas lantai lalu menatap kesal pada stanley yang sudah dengan terang terangan mengakui medy calon tunangannya.

"Kau jahat dad, kau akan pergi bukan? Kau akan menikah dengan wanita itu dan pergi meninggalkan ku sendiri. Kau jahat, kau tidak pernah mengata kan apa apa selama ini jika kau memiliki kekasih, kau tidak pernah mengata kan itu sehingga aku berpikir jika kau memang lebih memilih untuk menjadi lajang sampai aku dewasa nanti. Namun apa ini? Aku mengetahui itu dari orang lain, dan ternyata kalian akan segera bertunganan lalu 1 bulan setelahnya kalian akan menikah." Teriak flor dengan air mata yang tidak bisa ia tahan lagi.

Dan hal itu membuat stanley terpaku melihatnya, sekaligus merasa bersalah karna memang selama ini flor begitu banyak bercerita tentang dirinya sendiri tentang segala hal yang terjadi di kehidupannya di luar sana. Namun stanley sendiri, ia tak pernah sedikit pun mencerita kan tentang dirinya atau pun keluarganya, bahkan dirinya yang tak lama lagi akan segera bertunangan dengan medy.

Flor menghapus air matanya, lalu dengan wajah yang datar menatap ke arah stanley yang masih terpaku. Gadis itu berdiri di atas tempat tidurnya, membuka ikatan rambut yang sudah longgar, lalu kemudian menurun kan tali piyama yang ia pakai membuat mata stanley melotot dengan rahang mengeras melihat flor yang saat ini hanya memakai pakaian dalamnya.

"Apa yang kau lakukan ha?." Bentak stanley, namun flor tak mendengar. Gadis itu turun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah stanley dengan tangan yang masih bekerja untuk melepas kan pengait bra yang ia pakai.

"Dasar gadis gila." Dengan cepat stanley melepas kan jas yang ia pakai, lalu dengan pasti membungkus tubuh flor agar tak membuatnya kehilangan akal sehat. Stanley juga mencegah tangan gadis itu untuk tidak melakukan hak yang memalukan di depannya.

"Apa kau sudah gila? Kau pikir dengan seperti ini bisa membuat ku tetap menetap di mansion ini, tidak. Kau salah besar nona, sebab dengan kau yang seperti ini membuat ku berpikir jika seharusnya aku tidak ikut tinggal di mansion ini agar bisa terhindar dari sikap lancang mu yang benar benar sudah keterlaluan."

"Kenapa?." Tantang flor dengan wajah yang terangkat menatap lurus pada laki laki yang sudah berhasil memenuhi hati dan pikirannya selama ini. "Kenapa kau terlihat begitu gelisah dad? Bukan kah kau sudah terbiasa melihat wanita tanpa busana hm?, atau mungkin kau tak mengaggap jika tubuh ku ini seperti wanita di luaran sana yang begitu menggiur kan seperti wanita berwajah tepung itu yang kau sebut sebagai calon tunangan mu." Ucap florencia dengan seringai meremeh kan di bibirnya.

Ia yakin, jika stanley sudah sadar dan cukup peka jika ia memang tertarik pada laki laki itu.

Dan juga ia jelas jelas tau dan juga sadar, jika tubuhnya dari atas sampai bawah adalah tipe ideal kebanyakan pria dan tipe ideal yang di ingin kan banyak wanita di luaran sana.

Sedang kan medy, wanita itu memang terlihat besar di bagian belakang namun wajahnya tak ikut membantu untuk itu. Makanya flor menama kan medy sebagai wanita berwajah tepung, karna riasan yang wanita itu pakai benar benar menyakiti mata.

Lagi lagi stanley menghela nafas panjang, mengatur emosinya agar tak keluar semakin besar.

"Kata kan? Apa maksud dari semua ini, karna yang aku lihat sikap dan juga tingkah laku mu ini sudah berubah. Kau bukan lagi gadis manja yang aku tau, kau sudah terlihat seperti wanita liar yang sedang mencoba mencari target buruan."

"Dan kau targetnya dad." Potong flor dengan cepat sembari menyingkir kan jas milik stanley yang membungkus tubuhnya.

"Aku, florencia flippa cucu tunggal dari tuan gordon......mengingin kan mu.!!"

Cup...

Dengan gerakan yang begitu cepat, flor berhasil mencuri satu kecupan di rahang stanley membuat pria itu dengan spontan mendorong jauh tubuh milik flor.

Lalu dengan mata tajamnya, pria itu melangkah mengambil remot pintu yang ada di tempat tidur lalu kemudian menekan open di sana, sehingga pintu kamar flor bisa di buka.

Dan setelahnya stanley pergi dari sana dengan membanting pintu kamar gadis itu dengan cukup keras, membuat flor tersentak dengan senyum miris di wajahnya.

Di sepanjang stanley melangkah dan melewati beberapa pelayan yang sedang bersih bersih, banyak dari mereka yang tersentak karna baru pertama kali meilhat wajah yang biasanya terlihat datar, kini berubah menjadi sosok yang mengeri kan.

Wajahnya yang memerah, dengan rahang mengeras serta kedua tangan yang terkepal kuat.

Sementara flor sendiri, gadis itu sudah berada di dalam bathub kamar mandinya. Berendam dengan air dingin di saat musim salju yang belum berakhir, bahkan ia tak menghirau kan lagi jika saat ini ia sedang kedatangan tamu bulanannya.

"Bodoh, seharusnya aku tidak seperti itu. Seharusnya aku diam diam saja saat mendekatinya, karna aku rasa jika tindakan ku tadi membuatnya tak nyaman bahkan berakhir membenci ku." Flor cukup menyesal, sebab tindakannya yang sudah berani.

Padahal itu semua hanya lah gertakan, yang ia yakini stanley sudah pasti akan menolaknya.

Namun bukan karna tak tertarik, melain kan karna status dan juga usia mereka, di tambah pria itu yang tidak memiliki perasaan apa pun ke padanya.

"Halo tuan, maaf mengganggu waktu santai anda. Namun ada hal penting yang harus anda dengar, ku rasa nona muda sedang tidak baik baik saja akhir akhir ini. Dia sudah mulai bergerak tuan, bahkan setelah tau  jika tuan stanley akan segera bertunangan." Lapor bibi gunn pada kakek gordon di seberang sana.

Pria tua yang sengaja mengatur kedatangan nyonya zelita dan juga medy, karna ingin melihat reaksi cucunya setelah tau jika stanley akan segera bertunangan.

Sebab ia yang tidak bisa di bohongi, jika selama ini pria tua itu sudah menyadari sikap cucunya yang menatap berbeda pada asistennya tersebut.

Halo gaes, untuk isi bab 22 udah di revisi ya, udah bisa di baca. Silah kan hapus chacha dulu, biar bisa buka bab 22 nya.

Siang menjelang sore bahkan sampai malam tiba pun, stanley belum kembali dari perusahaan. Membuat nyonya zelita dan juga medy merasa khawatir karna ponsel stanley pun tidak bisa di hubungi.

"Maaf bibi, apa kah stanley sering pulang larut malam seperti ini atau mungkin tidak pulang sama sekali?." Tanya medy saat melihat bibi gunn baru saja kembali dari lantai atas setelah memanggil flor agar segera turun untuk makan malam.

Wanita setengah baya itu menggeleng, dan dengan senyum tipis ia pun menjawab. "Tidak nona, tuan stanley selalu pulang dengan tepat waktu bahkan jika tidak ada lagi pekerjaan di perusahaan. Dan jika pulangnya terlambat karna ada lembur, maka tuan besar akan mengabari hal itu lebih dulu atau tuan syanley sendiri yang mengabari saya." Jawabnya membuat medy menghela nafas cemas, sembari menatap pada calon ibu mertuanya yang terlihat santai.

"Tenang lah sayang, ley mungkin saja sedang banyak pekerjaan namun lupa untuk mengabari jika akan pulang terlambat. Lagi pula pagi tadi dia sudah memberitahu mu bukan jika harus menghadiri rapat penting, jadi ibu pikir dia saat ini sedang berada di perjalanan pulang." Ujar nyonya zelita menenang kan.

Mengangguk, medy pun sedikit merasa lega mendengar itu. Lalu mulai duduk kembali, menunggu kedatangan flor agar mereka bisa segera makan malam bersama.

Beberapa detik kemudian, terdengar langkah kaki dari anak tangga membuat kedua wanita berbeda usia tersebut langsung menoleh dan mendapat kan penampilan flor yang sudah normal namun terlihat berbeda di mata mereka.

"Ada apa dengan gadis itu? Mengapa berpakaian tidak sopan di saat umurnya belum pantas memakainya." Decak nyonya zelita lirih, namun masih bisa di dengan oleh bibi gunn yang berdiri tak jauh dari meja makan.

Pasalnya, saat ini flor yang hanya memakai piyama satin tipis berwarna silver dengan potongan pendek apa lagi tali tipis di kedua bahu, di tambah dengan potongan rendah di bagian dada membuat belahan dua gunung fujinya nampak menyapa kegirangan.

"Maaf nyonya, cara berpakaian nona muda memang lah seperti itu. Dan untuk pakaian yang ia pakai saat pertama kali kalian bertemu, itu semua adalah pilihan tuan besar untuk di pakai dan menguji kenyamanan nona muda saat memakainya. Hanya saja nona muda tidak nyaman karna merasa gerah dengan pakaian yang tertutup, sehingga memutus kan untuk kembali ke cara berpakaiannya yang seperti ini." Imbuh gunn tak sepenuhnya benar, karnq tau dengan pasti alasan nona muda itu berpakaian sopan.

Baik nyonya zelita atau pun medy, keduanya tampak terkejut. Apa lagi jika mengingat penampilan flor yang seperti ini, sudah pasti jika stanley juga sudah terbiasa saat melihatnya.

"Apa kah dia tidak merasa malu jika lekukan tubuhnya itu di lihat langsung oleh para pelayan pria yang ada di sini gunn? Apa lagi dia juga berada satu rumah dengan laki laki dewasa yang sudah jelas tidak memiliki ikatan darah sama sekali dengannya." Kata nyonya zelita merasa tak terima dengan kenyataan tersebut, sebab putranya adalah laki laki normal walau pun umur flor yang kecil sangat muda untuk stanley, tapi tidak ada yang tau kapan setan akan datang untuk menggoda.

"Sudah lah bu, mungkin saja mereka yang melihat sudah terbiasa. Dan lagi pula dia masih anak anak bukan, jadi tidak begitu menganggu." Tambah medy, mencoba berpikir positif untuk menenang kan calon ibu mertuanya ini.

"Maaf nyonya, hanya saja untuk hal itu tuan besar sudah memperingati agar para pelayan pria menjaga pandangan mereka terhadap nona muda. Karna jika ada yang tertangkap basah memandanginya lebih dari 2 detik tanpa ada keperluan, maka saat itu juga para pengawal lain akan menyeretnya keluar dan di pecat dari pekerjaannya. Sedang kan tuan stanley, ku rasa dia sudah terbiasa melihatnya. Apa lagi nona muda yang sudah terbiasa memakai pakaian terbuka sejak ia berusia 10 tahun, itu lah mengapa semua orang yang ada di sini tampak biasa biasa saja melihat nona yang seperti ini." Dan bertepatan dengan gunn yang sudah menyelesai kan ucapannya, flor pun sudah sampai di meja makan lalu menduduk kan diri dengan anggun.

"Selamat malam bibi, kak." Sapa flor dengan sedikit senyum, yang nyatanya begitu palsu. Dan hal itu membuat bibi gunn menghela nafas merasa khawatir, sebab topeng flor yang masih ramah ini akan segera terbuka jika saja sikap medy dan nyonya zelita membuatnya kesal.

"Ya selamat malam." Setelahnya makan malam pun berlangsung tenang, dengan medy yang sesekali akan melirik cara makan flor yang benar benar sangat anggun.

"Bagaimana dengan sekolah mu, apa semuanya baik baik saja nona? karna beberapa waktu lalu aku tidak sengaja mendengar jika kau memilih membolos dari pada mengikuti pelajaran yang kau sukai." Kata nyonya zelita yang entah kenapa merasa penasaran saja alasan dari flor yang memilih bolos beberapa waktu lalu.

Menaruh sendok dan juga garpunya dengan pelan, flor pun tersenyum tipis lalu mulai mendongak ke arah wanita tua yang tidak ingin di panggil nenek itu. "Baik, semuanya baik baik saja bibi. Hanya saja beberapa waktu belakangan ini aku merasa bosan berada di sekolah, makanya aku memilih untuk membolos mencari hiburan lain bersama sahabat ku. Dan ku rasa itu bukan lah masalah yang besar, apa lagi aku ini salah satu pion sekolah dan sangat rugi bagi mereka jika memperpanjang masalah itu apa lagi sampai menghubungi kakek ku untuk mengadu." Jawabnya dengan senyum tipis yang terlihat angkuh di mata nyonya zelita.

"Bagaimana jika nanti kau datang ke leesburg?." Sambung medy membuat flor mengalih kan tatapannya. "Di sana kau mungkin akan merasa terhibur karna banyak tempat tempat yang tidak kau dapat kan di sini, apa lagi aku dan juga stanley akan segera bertunangan beberapa minggu lagi, jadi ku pikir kau pasti juga akan datang bukan?."

"Ya, sudah pasti aku akan datang. Apa lagi jika kau dan daddy ku menikah maka kau akan menjadi mommy ku bukan?."

Ukhuk.....

Medy tersedak, merasa terkejut dengan penuturan flor yang mengata kan jika dirinya akan menjadi ibu dari gadis itu.

"Apa kah harus nona? Maksud ku kau dan stanley belum resmi menjadi ayah dan anak di mata hukum kan? Jadi ku rasa aku pun tidak perlu terlibat jadi ibu mu. Aku terima jika stanley menganggap mu sebagai putrinya, namun aku sendiri....maaf aku tidak berniat dan membayang kan itu semua. Aku hanya akan menganggap jika itu lahir dari rahim ku sendiri, bukan adopsi." Kata medy dengan nada bicara yang membuat flor mengepal kan tangannya di bawah sana.

Dalam hati flor sudah mengumpat, mengutuk wanita berwajah tepung di depannya ini. padahal sebentar lagi waktunya tidur, namun make up medy masih stay di wajah tak simetrisny itu.

"Cih siapa juga yang ingin menjadi anak mu, aku ini sudah dewasa dan tidak mengingin kan juga menjadi putri dari daddy ku. Karna nanti dia akan menjadi suami ku, sedang kan kau akan menjadi wanita tua yang kesepian."

Beberapa hari pun sudah berlalu, dan selama itu juga stanley sudah jarang berada di rumah atau lebih tepatnya jarang berada di mansion. Laki laki itu lebih memilih untuk menyibuk kan diri di perusahaan, atau tidak memilih untuk melakukan perjalanan bisnis yang sebenarnya bisa di wakili oleh sekertaris tuan gordon.

"Bu....Apa kau juga merasa kan hal yang sama dengan ku?, aku merasa jika akhir akhir ini sikap stanley terlihat lebih dingin dari sebelumnya. Dan dia juga lebih sibuk bahkan tak bisa menemani ku untuk sekedar melihat gaun pertunangan kami yang sudah jadi, dia juga terlihat tak betah berada di mansion setiap kali pulang dari bekerja, dia lebih banyak menghabis kan waktunya di ruangan kerjanya atau pun di perusahaan. Dan hal itu membuat ku merasa khawatir, aku takut dia memiliki masalah yang di sembunyi kan." Kata medy setelah memperhati kan sikap calon tunangannya itu beberapa hari ini.

"Mungkin itu hanya lah perasaan mu saja sayang, karna setau ibu anak itu sedang sibuk untuk menyelesai kan semua pekerjaannya di perusahaan sebelum mendekati hari pertunangan kalian. Dan kau juga tidak lupa kan, jika tuan gordon sendiri lah yang memintanya, agar nanti setelah kalian bertunangan kalian bisa langsung liburan untuk lebih mendekat kan diri dan membuat kebersamaan yang indah sebelum ley kembali bekerja lagi!."

Mendengar hal itu, lantas tak mengubah apa apa, medy masih merasa belum tenang. Sebab ia masih merasa janggal dengan sikap stanley, apa lagi sikap pria itu yang tidak banyak bicara dan sekarang semakin parah.

Padahal akhir akhir ini medy merasa bahagia karna stanley sudah banyak menanggapi segala hal yang ia bicara kan terkhusus topik persiapan pertunangan mereka.

Nyonya zelita yang melihat raut wajah calon menantunya itu, lantas berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah medy yang berada di sofa sebrang.

"Tenang lah, jangan memikir kan sesuatu yang tidak penting sayang!. Ibu rasa apa yang kau khawatir kan ini adalah perasaan cemas sesaat saja, dan itu karna melihat ley yang seperti tidak bersemangat menyiap kan semuanya bukan? Tapi ibu yakin, jika putra ibu itu benar benar serius dengan keputusannya yang menerima perjodohan ini." Ujar nyonya zelita mencoba menenang kan, karna ia tidak mau jika medy malah berpikir buruk apa lagi sampai menganggap stanley tidak serius dengan pertunagan mereka.

"Bu, apa kah flor sudah pulang?." Tanya nya tiba tiba, memilih untuk tidak merespon ucapan nyonya zelita barusan. Sebab hal itu malah membuatnya semakin gelisah, di tambah ia juga sudah tidak lagi melihat stanley dan flor berinteraksi, terutama flor yang bermanja pada calon tuanangannya itu.

"Ada apa? Kenapa tiba tiba malah menanya kan gadis nakal itu, bukan kah kau sendiri tau jika dia masih di sekolah. Atau bahkan sekarang memilih membolos lagi dengan alasan gila yang ia beri kan pada gurunya." Terdengar nada tidak suka saat nyonya zelita menjawab. "Anak itu, aku benar benar tidak menyangka jika tuan gordon memiliki cucu nakal sepertinya. Apa lagi sikap dan cara berpakaiannya itu, oh astaga jika saja dia adalah cucu ku, aku tidak akan segan segan akan membakar semua baju bajunya dan meminta orang tuanya untuk membeli kan baju baju yang sesuai dengan usianya!." Sambungnya merasa emosi kala membahas tentang florencia.

Apa lagi flor juga tidak lagi memanggilnya bibi, melain kan 'grandma' yang membuat nyonya zelita merasa kesal dengan panggilan itu setiap kali flor memanggilnya.

Dan begitu pun dengan medy, flor juga tidak lagi memanggilnya dengan sebutan kakak melain kan 'aunty' yang sebenarnya panggilan itu memang seharusnya di semat kan pada mereka berdua.

Mengingat usia keduanya, dan flor sendiri.

"Begini bu, apa kah kau tidak memperhatikan juga jika dia sudah tidak lagi terlihat bermanja pada stanley? Baik itu saat sarapan, yang biasanya akan mencium pipi ley di depan kita? Atau saat makan malam selesai sebagai perpisahan sebelum tidur." Kata medy baru mengingat jika sikap dan perilaku flor yang juga berubah pada stanley.

"Ya, kau benar. Ibu juga melihatnya, dan ibu pikir itu adalah hal yang sangat bagus sayang. Karna itu berarti anak nakal itu sudah sadar akan posisinya yang sebentar lagi akan tersisih kan dari kehidupan putra ibu, dan mungkin saja ini adalah tindakan pembiasaan diri yang dia lakukan sebelum akhirnya kau menjadi satu satunya wanita yang ada di kehidupan stanley setelah ibu."

Nyonya zelita terlihat bersemangat saat mengatakannya, dan hal itu membuat medy menarik senyum lega.

>>>>

Sementara itu gadis yang saat ini tengah di bicara kan oleh zelita dan medy, kini terlihat sedang berbaring bosan di atas tempat tidur milik remika.

Di mana keduanya yang memilih untuk pulang lebih awal dengan alasan sedang tidak enak badan, dan entah bagaimana alasan itu di terima begitu saja oleh guru yang sedang bertugas.

"Flor, apa kau akan menginap?." Tanya remika, begitu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya.

"Hm entah lah, akan ku putus kan nanti saja. Lagi pula aku sepertinya merasa malas untuk pulang ke mansion, apa lagi harus bertemu dengan dua kerbau yang selalu saja mencari topik untuk menjelek kan ku di depan daddy!." Flor berkata dengan nada sendu, mengingat hari di mana stanley dengan tegas menolak perasaannya.

"Apa kah kau akan menyerah?."

Flor mendongak. "Apa maksud mu, menyerah untuk apa?."

"Tentu saja untuk mendapat kan dady tampan mu itu." Ujar remika sembari memakai pakaiannya dengan santai di depan florencia yang sudah terbiasa melihatnya.

"Tentu saja tidak, lagi pula mereka hanya akan bertungan bukan?. Dan itu belum menikah, jadi aku sangat yakin jika masih memiliki banyak kesempatan untuk membuat daddy menyukai ku." Jawabnya dengan penuh percaya diri. "Jangan kan dengan status mereka yang hanya bertunangan itu, bahkan jika mereka sudah menikah sekali pun aku akan berjuang agar daddy bisa menjadi milik ku sepenuhnya!." Ada nada ambisi kuat dari ucapan flor barusan, memuat remika tertarik untuk mengetahui lebih banyak.

"Apa kau yakin? Apa kau benar benar serius dengan perkataan mu itu, karna yang aku tangkap kau sepertinya sudah dalah mode terobsesi pada daddy mu itu."

"Mungkin saja!." Flor menjawab dengan cepat, karna merasa jika mungkin apa yang remika kata kan tadi memang lah benar. Jika dia bukan lagi sekedar mengagumi sosok stanley, melain kan memiliki obsesi agar pria itu menjadi miliknya seorang.

Mungkin terdengar cukup gila, namun selama flor kehilangan kedua orang tuanya dan setelah pindah bersama kakeknya, sosok stanley lah yang menjadi penyemangat untuknya walau pun sikap pria itu yang terkesan dingin.

Flor juga sudah pernah mencoba untuk jatuh hati pada pemuda yang seumuran dengannya bahkan dengan ranov sekali pun, hanya saja itu semua itu hanya sia sia, karna rasa ketertarikannya sudah ia beri kan semua ke pada stanley.

"Gila, ya aku anggap kau gila dengan hal ini. Dan sepertinya aku juga ingin melakukannya, tapi sayang aku belum ada keberanian untuk itu." Ucap remika dengan kekehan kecil, namun suara yang terdengar sendu.

"Kenapa tidak? Bukan kah kau sudah memiliki video malam itu, kau bisa menggunakannya mika. Dan ku rasa, 70 atau 80 persen akan berhasil, mengingat jika paman levi adalah sosok yang bertanggung jawab."

"Tidak, aku tidak mau jika hal itu akan melukai kekasihnya dan mempermalukan paman levi karna memiliki malam panjang bersama gadis yang seumuran dengan putrinya. Apa lagi reaksi daisy, yang aku yakini dia akan sangat membenci ku, dan aku belum siap untuk itu."

"Bodoh, kau ini benar benar bodoh mika." Flor kesal, karna remika yang bertindak setegah setengah dan kini malah memilih untuk berhenti di tengah jalan dengan alasan menjaga perasaan kekasih levi dan harga diri pria itu. "Sebelum kau menjebaknya, apa kau tidak memikir kan itu lebih dulu? Jika memang tidak, itu karna kau yang terlalu terburu buru. Tapi jika kau sudah memikir kan itu semua, maka lanjut kan saja dan capai tujuan pertama mu yaitu menjadi ibu tiri dari gadis kesayangan mu itu." Ucap florencia yang menyinggung impian remika yang menjadi kan daisy sebagai putrinya, dan tentu saja menjadi istri baru dari duda anak 1 itu.

Setelah obrolan mengenai masalah masing masing itu selesai, keduanya pun memilih untuk menonton sebagai peralihan akan masalah yang mereka hadapi saat ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!