NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:339
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Maksudmu?" Abi terlihat menahan marah. Umi kini memegangi kepala dengan tangan kirinya. Keningnya berkerut.

"Sebelumnya, aku benar-benar minta maaf jika Umi dan Abi kecewa.

Tapi niatku ke sini adalah untuk menyatakan keseriusanku dengan Nayla. Aku pernah kehilangan seseorang karna perbedaan agama. Tapi kali ini aku nggak akan sia-siakan lagi. Aku benar-benar serius dengannya. Jika umi dan abi merestui hubungan ini, maka aku akan masuk islam," paparnya.

Suasana benar-benar hening. Yang terdengar hanya isakan tangisku. Abi termenung, tatapannya kosong ke arah dinding.

"Bukan itu masalahnya! Abi ingin, suami Nayla bisa mendekatkan Nayla pada Allah. Artinya, suaminya yang mendidik, yang menuntunnya sesuai syariah. Jika dia menikah dengan orang yang baru saja masuk islam? Bahkan kamu nggak bisa ngaji. Apalagi mengamalkannya."

Ayah berdiri, lalu mondar mandir beberapa kali. Jasson tertunduk kaku. Aku bisa merasakan kecewanya. Kasihan sekali dia, mimpinya kini hancur sekali lagi untuk menikahi wanita muslim pilihannya.

Aku menatap sayu ke arah umi yang tak bisa berbuat apa-apa lagi untukku. Aku lalu berjalan ke arah abi. Lalu berlutut di hadapannya.

"Abi, Nayla mohon kali ini saja. Selama ini Nay nggak pernah minta apapun ke abi. Tapi kali ini, Nay benar-benar minta restu untuk menikah dengan Jasson, Bi." Aku menangis terisak sambil memeluk kakinya.

Seperti anak kecil yang benar-benar memohon untuk mendapatkan mainan kesukaannya. Seperti itu juga aku menangis meminta Jasson yang benar-benar kuinginkan saat ini.

Dia orang pertama yang bisa membuatku lupa dengan luka yang sudah mendarah daging didiriku selama ini. Sebelumnya, nggak pernah aku merasakan getaran cinta yang sedalam ini. Merasakan rindu yang sebesar ini. Aku benar-benar ingin memilikinya.

"Nay! Abi hanya ingin yang terbaik untukmu," ucap abi tanpa mempedulikanku.

Aku kini lari ke kaki umi. “Umi, tolonglah! Mungkin umi bisa meluluhkan hati abi," pintaku memelas.

Umi hanya menatap abi dengan wajah sendu. Seperti tak berdaya membelaku. Terakhir, aku menatap Jasson. Air mataku makin bercucuran menatap maniknya. Entah ini terakhir kalinya aku menatap mata yang kini terlihat sendu itu.

"Jangan menangis," pintanya singkat.

Bukannya berhenti, tangisanku malah makin jadi. Jika tidak haram menyentuhnya akan kupeluk erat tubuh kekar itu.

"Abi, aku ke sini untuk meminta restu dan aku sudah dapat jawabannya. Semoga Nayla dapat pendamping yang sesuai dengan keinginan Abi," ucapnya pada abi. "Nay, semua orang tua tentu ingin yang terbaik buat anaknya. Begitu juga dengan umi dan abi. Jika orang tuaku masih ada mereka mungkin akan melakukan hal yang sama. Dan kita tidak boleh menjadi pembangkang." Ternyata dia teringat orang tuanya. Aku makin sedih.

Aku lalu terduduk tak berdaya. Ya! Semua sudah selesai dengan waktu yang sesingkat ini. Aku kehilangan untuk yang kedua kalinya. Begitu juga dengannya.

"Maafin kami ya, Nak. Semoga kalian berdua menemukan jodoh masing-masing yang sama-sama seiman, ya?" ucap umi.

"Sebentar lagi kami sama-sama seiman, Umi." Aku masih berusaha merayu umi.

"Nayla, kamu jangan melawan!" bentak abi. "Harusnya kamu ke sini ketika sudah mualaf." Kini pandangan datar abi mengarah kepada Jasson.

"Bukan begitu, Bi. Aku ingin memastikan apakah aku diterima atau tidak di sini. Barulah nanti aku akan pindah agama. "Abi menggelengkan kepala. Penjelasan Jasson seperti tak berharga di matanya. "Di situlah abi menilai keseriusanmu. Agama bukan permainan, Nak," ucap abi kemudian. Jasson sudah mau menjadi mualaf.

Tapi abi masih belum serius di matanya? Aku kini mulai tidak memahami orang yang paling dekat denganku itu.

"Maaf, Bi. Aku ngak bisa berdebat dengan Abi. Tapi aku benar-benar tidak mempermainkan agama." Dia masih berusaha membela diri.

"Jika niatmu untuk mualaf benar-benar sudah sempurna, dengan atau pun tanpa Nayla kamu tetap akan tetap melakukannya," papar abi lagi.

"Baik, Bi. Terima kasih nasehatnya. Umi, abi, aku izin pamit, ya?" ucapnya sambil berdiri.

Bahasa tubuh umi dan abi sudah mengizinkan dia untuk pamit.

Nay, aku pulang, ya," pamitnya.Aku tidak menjawab. Ingin menahannya tapi untuk apa? Dia tidak akan berharga di sini. "Iya, maafkan abi, ya? Kelak ketika sudah menjadi orang tua maka kamu akan mengerti," papar abi sambil bersalaman dengan Jasson. Dia tetap mencium tangan abi dan umi setelah pamit. Tidak ada terlintas sakit hati di raut wajahnya.

Seolah dia benar-benar hanya mencari jawaban dari pertanyaannya.

Dan kini dia sudah menemukannya.

"Umi juga minta maaf, ya. Namanya jodoh kita nggak tahu. Kalau kamu memang berniat dan sudah mantap ingin masuk islam, maka tetap lakukan niat itu ya, Nak. Mana tahu kelak kamu memang berjodoh dengan Nayla."

Mungkin umi hanya menghiburnya saja. Jika umi memang merestui jika kami berjodoh, umi bisa melakukan itu dari sekarang.

Jasson hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Mungkin dia memang hanya mau masuk islam jika menikah denganku. Tetapi jika tidak, mungkin dia akan tetap pada agamanya sekarang.

Jasson berjalan keluar dan menatapku untuk yang terakhir. Aku turut mengantarkannya hingga pintu rumah bersama umi dan abi. Hujan masih deras, kilat dan petir masih menyambar berkali-kali. Guyuran hujan langsung menyambutnya. Rambut dan bajunya pun basah seketika. Berbeda dengan kedatangannya tadi yang setengah berlari, kali ini dia berjalan pelan kemobilnya. Dia membiarkan tubuhnya basah ditengah derasnya hujan.

Mobil beringsut meninggalkan hatiku yang kini terasa runtuh. Dunia berasa hancur beserta isinya. Umi dan abi nggak tahu perih yang dulu pernah kulalui. Yang kucoba mengobatinya dengan tenagaku sendiri. Tanpa siapapun yang tahu. Dan ternyata Jassonlah yang akhirnya benar-benar menyembuhkan luka itu. Belum lama, baru beberapa bulan ini. Tetapi sekarang harus berdarah lagi.

"Ayo, Nay!" Suara ayah

menyadarkanku dari semua lamunanku.

Aku berjalan pelan, tak kuhiraukan

lagi apapun di sekitarku. Aku langsung masuk kamar dan menumpahkan semua tangisku yang masih tersisa.

Kuraih ponselku untuk meminta Jasson agar tidak menyerah dan terus mempertahankan hubungan ini. Aku masih ingin meluluhkan hati abi sekali lagi. Sementara umi, akan menurut saja dengan apa yang dikatakan abi.

Telepon terhubung tetapi tidak pernah di angkat. Aku kini mengkhawatirkannya. Aku mengirimkannya banyak pesan. Tetap saja tidak ada respons. Apakah aku benar-benar sudah kehilangannya?benar-benar sudah kehilangannya?

Apakah tidak boleh kusisakan harapanku sedikit saja untuknya?

***

Sudah sehari berlalu, aku masih tidak mendengar kabar tentangnya. Telepon dan pesanku masih masuk ke ponselnya. Tetapi dia seperti ingin menjauh, dan aku benar-benar belum siap kehilangannya. Aku yakin dialah jodohku, tapi bagaimana caraku meyakinkan semua orang atas keyakinanku ini?

Langit mulai gelap, samar-samar kudengar azan magrib dari kejauhan.

Usai azan aku langsung menunaikan sholat. Selsesai sholat, aku menjalankan misiku yang sudah kurencanakan semalam. Jika dia masih tidak memberiku kabar maka aku akan mencarinya. Aku akan kabur dari rumah.

Kupastikan keadaan rumah masih semua orang atas keyakinanku ını?

Langit mulai gelap, samar-samar kudengar azan magrib dari kejauhan. Usai azan aku langsung menunaikan sholat.

Selsesai sholat, aku menjalankan misiku yang sudah kurencanakan semalam. Jika dia masih tidak memberiku kabar maka aku akan mencarinya. Aku akan kabur dari rumah.

Kupastikan keadaan rumah masih aman.

Abi masih di masjid sedangkan umi belum selesai sholat.

Diam-diam aku berjalan ke luar dengan rangsel di punggung. Aku sampai di luar rumah tanpa ada yang curiga. Selanjutnya aku mencari angkot menuju cafe milik Jasson.

Semoga aku bisa bertemu lagi dengannya malam ini untuk menuntaskan semua rasa penasaranku terhadapnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!