Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Hal Mendadak
"Kenapa seperti itu, Kak?" tanyanya tampak kebingungan dengan ekspresi wajah suaminya yang penuh dengan kekhawatiran.
"Namira aku tahu kamu sudah tahu bagaimana Mama terhadap kamu. Mama pasti menjadi orang yang paling senang ketika kita berdua rujuk, tapi tidak menjamin untuk Mama tidak mencampuri pernikahan kita. Ketika seseorang sudah mendapatkan apa yang dia mau dan maka akan ada lagi yang dia inginkan. Manusia selalu haus akan keinginan," ucap Bian.
"Baiklah! Namira ikut saja seperti apa arahan dari Kakak. Namira hanya berharap jika Mama bisa menghargai keputusan kita dan untuk kedepannya tidak mencampuri urusan pernikahan kita," ucap Namira.
"Aku akan tetap berada di sisi kamu dan apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkan kamu," ucap Bian.
"Jika kak Bian sudah mengatakan hal seperti itu. Maka seberat apapun badai yang akan terjadi, Namira tidak perlu mengkhawatirkan apapun," ucap Namira yang membuat Bian tersenyum.
"Kita lanjutkan saja sarapan," ucap Bian. Namira menganggukkan kepala.
***
"Jadi Kakak akan kembali ke pesantren?" tanya Namira yang berada di dalam kamar Ilham bersama suaminya yang sedang membantu Ilham memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
"Umi sudah meminta kakak untuk pulang dan lagi pula urusan Kakak juga sudah diselesaikan di sini," jawab Ilham.
"Lalu Namira bagaimana?" tanya Namira.
"Pertanyaan seperti apa itu Namira? Kamu sudah rujuk dengan suami kamu. Kamu juga awalnya tinggal di Jakarta bersama suami kamu dan artinya kamu tidak perlu ikut ke pesantren," jawab Bian.
"Aneh sekali. Namira awalnya datang ke Jakarta ingin menjemput Kakak. Tetapi pulang malah tidak ikut," sahut Namira dengan wajah cemberutnya.
Memang pakaiannya masih banyak sekali di pesantren, karena tujuan ke Jakarta hanya beberapa hari saja.
"Namira, ketika aku nanti menyelesaikan proyek beberapa hari lagi. Kita akan ke pesantren untuk bertemu Umi dan Abi kamu secara langsung. Walau sudah mengabari tentang hubungan kita yang kembali rujuk, tetapi memang alangkah baiknya kita datang untuk berkunjung," sahut Bian.
"Tuh dengar, sekalian kamu juga bawa seluruh pakaian kamu dari pesantren," sahut Ilham.
"Isss, bilang saja mau ke pesantren mau bertemu Zahra, terlihat dari wajahnya yang tampak sudah tidak sabaran," ucap Namira dengan wajah cemberut yang membuat Bian hanya tersenyum melihat istrinya kalau sudah bertengkar dengan Namira pasti begitu lucu.
"Ikut campur saja," sahut Ilham.
****
Namira dan Bian yang terlihat berada di dalam mobil. Bian menoleh kearah istrinya itu dengan senyum lebar di wajahnya yang memang sejak awal mereka memutuskan untuk kembali menjalin pernikahan, Bian lihat begitu sangat bahagia dan sama dengan Namira.
Namira terlihat sangat manja yang sekarang merangkul lengan Bian dengan meletakkan kepalanya di bahu Bian. Bian lagi-lagi tersenyum yang melebarkan jemari tangannya itu dengan menggenggam tangan istrinya sehingga jemari mereka saling bergenggaman erat.
Bian benar-benar sangat bucin kepada Namira yang sejak tadi tidak berhenti mencium punggung tangan yang terus digenggamnya seakan tidak ingin lepas.
"Ya Allah indah sekali pernikahan seperti ini, setiap hari jantung Namira tidak pernah berhenti berdebar. Apa jangan-jangan Namira juga sudah mencintai Kak Bian. Cinta dan sayang bukan karena kami saudara sepupu, bukan karena perasaan itu ada memang sejak kecil. Tetapi perasaan cinta yang berbeda," batin Namira dengan pipi memerah dengan senyumnya yang juga sejak tadi tidak berhenti lepas.
"Kamu tidak apa-apa, jika akhirnya bertemu dengan Mama?" tanya Bian.
"Tidak! Bukankah kita memang harus bertemu dengan Mama," jawab Namira.
"Namira jangan menjadi orang yang tidak enakan, jika kamu ingin marah kepada Mama maka marah lah, jangan menyembunyikan semua itu dengan senyum kamu dan seolah tidak terjadi apa-apa. Kamu berhak untuk kecewa, berhak untuk memperlihatkan ekspresi wajah kesal," ucap Bian.
"Iya, Kak Bian. Insyallah Namira akan bersikap apa adanya, Namira juga ingin kejadian ini tidak akan terulang lagi ke depannya," ucap Namira.
"Iya, kita sama-sama mengharapkan hal yang terbaik dalam pernikahan kita. Baik aku dan juga kamu akan sama-sama mendapatkan keberkahan dengan tujuan kita yang memang menikah untuk ibadah yang lebih panjang," ucap Bian.
Namira menanggapi dengan anggukan kepala dan Bian mencium lembut kening istrinya itu. Betapa bahagianya pasangan suami istri itu yang merajut asmara mereka, asmara dalam pernikahan yang ternyata begitu sangat indah.
***
Namira dan Bian yang sekarang sudah berada di kediaman Farah dan Andika. Mereka duduk di ruang tamu dan baru saja pelayan meletakkan beberapa gelas teh di atas meja.
"Alhamdulillah, Mama benar-benar sangat bahagia mendengar kalian berdua memutuskan untuk kembali rujuk," ucap Farah yang memang sudah mendapatkan penjelasan semuanya dari Bian.
"Papa juga ikut bahagia dengan keputusan kalian, memang jika masih ada yang bisa diperbaiki, lalu kenapa tidak. Sesungguhnya Allah juga membenci perceraian tetapi bukan berarti percayaan itu haram," sahut Andika.
"Aku dan Namira memutuskan untuk rujuk bukan karena orang lain, bukan karena memikirkan perasaan orang lain atau apapun itu. Tetapi itu keputusan dari kami berdua dan tidak ada kaitannya dengan siapapun," ucap Bian.
"Mama tahu Bian, Mama minta maaf sama kamu," ucap Farah.
"Jangan meminta maaf kepada Bian. Tetapi pada Namira, karena sesungguhnya Mama melakukan kesalahan yang besar kepadanya. Mama juga tidak perlu menyembunyikan apapun atau bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Karena Namira sudah mengetahui semuanya," ucap Bian.
Farah melihat ke arah menantunya itu dan kesulitan menelan saliva dan sementara Namira terlihat begitu tenang.
"Namira cukup kecewa dengan apa yang sudah mama lakukan. Namira tidak percaya jika Mama bisa melakukan semua itu. Tetapi sudahlah, tidak ada gunanya membahas masa lalu dan lagi pula apa yang bisa Namira lakukan lagi, semuanya sudah terlanjur dan Namira hanya berharap semuanya baik-baik saja dan untuk kedepannya tidak adalagi masalah seperti ini," ucap Namira.
"Iya, Namira saya tahu apa yang kamu pikirkan. Tetapi bukankah dengan apa yang sudah saya lakukan dan membuat kamu bisa bersama Bian," sahut Farah.
Namira, Bian dan Andika mengerutkan dahi mendengar pernyataan dari Farah yang seolah tidak terlalu merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan dan justru dia merasa bahwa yang dia lakukan menjadi jembatan untuk Namira dan juga Bian.
"Apa yang Mama katakan?" tanya Bian.
"Farah, kamu apa-apaan," tegur Andika.
"Maaf, saya tidak bermaksud untuk bicara seperti itu. Mama senang dengan hubungan kalian berdua. Ini yang Mama inginkan sejak awal melihat kalian berdua rujuk kembali," ucap Farah dengan tersenyum tetapi ekspresi wajah Namira terlihat datar.
Sama dengan Bian yang tidak melihat ketulusan dari seorang Farah meminta maaf kepada Namira. Sesuai dengan dugaannya jika dia rujuk dan Namira adalah suatu pencapaian yang besar bagi Farah.
"Namira apa Umi dan Abi kamu sudah mengetahui semua ini?" tanya Andika.
"Sudah, Pa! Namira sudah memberitahu semuanya dan mereka juga mengucapkan syukur dan penuh doa untuk pernikahan kami," jawab Namira.
"Alhamdulillah," sahut Andika.
"Aku dan Namira juga memutuskan setelah ini kami berdua akan pindah dan tidak akan tinggal di rumah ini," ucap Bian secara tiba-tiba yang membuat Farah.
Bukan hanya Farah saja, tetapi Namira sendiri juga kaget yang sepertinya pembicaraan itu belum ada mereka diskusikan bersama.
Bersambung.......
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi