NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 14.

Sean's Pov.

Aku sudah mengatakan semuanya. Aku menyesal membuat ia tertekan selama ia hidup bersamaku. Meskipun aku tidak pernah melakukan hal-hal yang menyakitinya, tapi ia selalu merasa hidupnya tidak tenang selama bersamaku. Untuk itulah aku mulai menyerah, aku ingin ia bebas. Aku ingin ia bisa kembali hidup seperti hidupnya dulu sebelum aku menariknya secara paksa ke dalam hidupku.

Mungkin dia berfikir aku menikahinya karena dirinya sangat mirip dengan Arinka. Tapi, sebenarnya hal itu adalah alasan yang salah. Aku menikahinya bukan karena hal itu.

Mereka jelas sangat berbeda. Arinka dan Fany sama sekali tidak sama meskipun mereka memiliki ciri-ciri yang sama. Arinka adalah gadis pendiam dan penurut bagiku, hanya saja aku melakukan kesalahan besar hingga membuatnya meninggalkanku untuk selamanya, bahkan aku pun tidak sempat melihat dirinya untuk yang terakhir kalinya. Sedangkan Fany, meskipun gadis itu terlihat baik dan anggun tapi, ia masih memiliki sifat yang jauh berbeda. Fany akan melawan jika ia merasa tidak menyukai apa yang orang lakukan padanya termasuk diriku.

Tapi, aku tidak pernah menyalahkannya. Ini semua memang kesalahanku. Aku salah karena aku mengira bahwa dia bisa menerimaku setelah berbulan-bulan kami menikah. Tapi, ternyata perasaanku saja tidak akan cukup membuat dia mengerti. Lagipula dia tidak tahu apa yang membuatku menahan dirinya untukku. Semua itu karena aku mencintainya. Aku mencintainya sejak pertama kali aku bertemu dengannya.

Tepatnya saat hari pertama ia pergi rapat denganku. Dari gaya bicaranya saja, sudah membuatku tertarik dengannya. Tapi, sampai saat ini aku tidak pernah berani mengatakan bahwa aku benar-benar mencintainya. Lagipula dia mana mau percaya jika aku mengatakannya begitu saja. Aku tahu dia bukan wanita yang mudah percaya dengan ucapan pria yang terkenal hidung belang sepertiku. Apa boleh buat, semua orang sudah mengecap ku sebagai playboy mesum yang tidak pernah puas dengan satu wanita saja.

Tapi, sejujurnya semua itu tidak sepenuhnya benar. Aku memang suka menghabiskan waktuku bersama wanita-wanita jalan di luar sana. Tapi bukan berarti aku selalu meniduri mereka semua. Aku hanya ingin mengalihkan pikiranku dari Arinka, perempuan yang kucintai dan telah meninggalkanku disaat aku sangat mencintainya. Dia meninggal setelah aku mengatakan perasaanku yang sesungguhnya padanya, bertepatan dengan tumbuhnya benih cinta kami di dalam rahimnya. Ya, aku memang pernah meniduri Arinka karena khilaf, aku juga tidak menyangka perbuatanku itu berujung rasa kehilangan yang begitu menyakitkan untuk yang kedua kalinya setelah cinta pertamaku, Sania meninggalkanku demi pria lain.

Karena hal itu lah sampai saat ini aku tidak berani mengungkapkan perasaanku pada Fany. Ok, anggap saja aku pengecut. Tapi aku melakukan ini karena aku tidak ingin kehilangan Fany. Aku tidak ingin Orang yang kucintai pergi meninggalkanku. Mungkin sudah menjadi takdirku bahwa aku akan terus kehilangan orang-orang yang kucintai. Ini adalah kutukan. Ya mungkin saja seseorang telah mengutuk takdirku.

Aku tidak ingin Fany seperti Arinka, meskipun pada kenyataannya aku jaga akan kehilangan Fany. Tapi setidaknya Fany akan baik-baik saja setelah dia meminta cerai dariku. Setidaknya Fany akan tetap baik-baik saja tanpa tahu perasaanku yang sebenarnya.

.......

Kuakui, aku agak menyesal dengan keputusanku memberikan jalan pada Fany terkait keinginannya berpisah dariku. Tapi, mendengar ucapan pengacara yang kupercayakan untuk membantu Fany, membuatmu agak senang. Setidaknya aku masih memiliki waktu untuk bersama Fany lebih lama dari yang kubayangkan.

Kata Feri, Fany mengatakan bahwa ia belum membutuhkan bantuan apapun dan akan menghubungi kembali saat ia sudah membutuhkan bantuan. Dengan kata lain, saat ini Fany belum ingin mengurus perceraian kami.

Apa aku bahagia mendengar ini?

Tentu saja tidak. Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa menahan semua ini, aku khawatir jika perasaanku terhadapnya semakin kuat dan akan membuatku sulit untuk melepaskannya dikemudian hari.

"Pak Sean. Ada undangan." Ucapan Fany membuatku tersadar dari gelapnya pikirkan ku saat ini. Ya, Fany istriku sedang berdiri di depan meja kerjaku entah sejak kapan., aku sampai tidak menyadarinya.

"Dari siapa?" Tanyaku.

"Sania Risky." Jawaban Fany membuatku teringat akan nama seseorang yang pernah singgah di hatiku. Untuk apa wanita itu memberiku undangan?

"Hm, buang saja." Ucapku datar.

"Kenapa? Kau tidak ingin datang di acara pernikahan kedua mantanmu yang satu ini?" Pertanyaan Fany membuatku agak terkejut. Sejak kapan Fany mengetahui tentang Sania? Sebelumnya Fany juga mengetahui tentang Arinka.

"Sejak kapan kau tahu tentang Sania?" Tanyaku curiga.

"Itu tidak penting. Tapi, jika kau benar-benar sudah tidak peduli dengannya, sebaiknya kau datang dan tunjukkan bahwa kau baik-baik saja tanpa dirinya. Bukannya malah menghindar." Ujarnya. Masuk akal. Apa ini juga artinya ia ingin ikut andil pergi ke acara itu?

"Baiklah. Aku akan pergi." Jawabku.

"Bersamamu." Imbuh ku.

"Tidak. Aku tidak mau." Tolak nya.

"Kau yang memberiku saran seprti itu. Bagaimana aku bisa terlihat baik-baik saja jika aku datang kesana sendirian?" Tanyaku.

"Kau bisa membawa wanitamu yang jumlahnya sangat banyak itu."

"Kalau aku pilih kamu. Apa tidak boleh?" Aku bisa melihat wajah jengkelnya yang sudah sering kulihat.

"Tidak boleh." Jawabnya.

"Kalau begitu, aku tidak mau pergi." Kataku dengan santai.

"Terserah kau saja!" Ketuanya sambil keluar dari ruangan ku.

Andai dia bisa melihat sendiri bagaimana lucunya tingkahnya saat ini, mungkin ia tidak akan berhenti tertawa di luar sana. Tapi, itu juga tidak mungkin terjadi, istriku itu termasuk gadis ter gengsi yang pernah kukenal selama hidupku.

......

"Sean. Kau masih sakit. Seharusnya kau cepat pulang saja. Tinggalkan pekerjaanmu." Omel Fany untuk kesekian kalinya saat aku memutuskan untuk kerja lembur di kantor. Sebenarnya memang tidak ada pekerjaan yang mendesak yang harus ku kerjakan dengan segera. Hanya saja aku tidak bisa tidur jika aku harus kembali tidur di sofa, aku sudah mencobanya berkali-kali dan hanya bisa tidur beberapa jam saat sudah lewat tengah malam.

Sedangkan jika aku harus tidur dengan Fany, aku khawatir tidak bisa menahan diriku untuk menyentuh istriku itu. Aku tidak ingin menyentuhnya untuk saat ini meskipun kebutuhan biologis ku begitu mendesak ku agar cepat-cepat melakukannya. Saat aku sakit dan terbangun di atas ranjang kamarku pun aku segera lari ke kamar mandi untuk menyalurkan hasratku.

"Tidak apa-apa. Aku akan tidur jika aku sudah mengantuk." Jawabku santai.

"Tidak bisa begitu. Kau sakit dan tetap harus beristirahat!" Ujarnya lagi.

"Apa ini adalah bentuk perhatianmu padaku?" Tanyaku dengan nada kubuat-buat sedang menggoda dirinya.

"Perhatian kepalamu? Jika kau mati, aku akan bekerja sama siapa?" Tanyanya murka dan semakin aku suka untuk menggodanya lebih lama lagi.

"Kenapa kamu harus malu mengatakannya sih? Tidak apa-apa kok. Kalau kamu memang perhatian sama aku. Aku suka saja." Kataku.

"Terserah. Mau pulang atau tidak, itu terserah kamu. Aku tidak akan peduli lagi. Kalau perlu jangan pulang sekalian!" Ujarnya mulai meninggalkanku pergi.

Dan sekarang, apa yang harus kuperbuat? Aku membuatnya semakin kesal dan enggan mengakui apa motif utama ia bersikap seperti ini padaku. Mungkin aku harus lebih keras lagi.

....... .

Bersambung ...

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!