NovelToon NovelToon
Spring Song For You

Spring Song For You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta

cerita tentang seorang serigala penyendiri yang hanya memiliki ketenangan tapi musik menuntun nya pada hal-hal yang terduga... apakah itu musim semi...

aku hanya bermain musik untuk mencari ketenangan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Adik Kecil

Vio membalik halaman demi halaman buku PR itu, menatap soal-soal Matematika yang tertulis dengan goresan pensil rapi. Ia mengangguk pelan, lalu meraih pensil cadangan dari laci mejanya dan menyerahkannya ke Tissa.

“Ini soal tentang persamaan linear. Kamu udah ngerti konsep dasarnya?”

Tissa menatap soal itu seperti sedang melihat makhluk asing. “Kayak... ngerti-ngerti nggak gitu, sih. Aku tahu caranya harus substitusi atau eliminasi, tapi kadang angka-angkanya suka bikin aku bingung.”

Vio tersenyum, lalu menggambar garis pemisah di kertas kosong. “Oke, kita kerjain bareng. Lihat soal nomor satu ini. Dua persamaan: 2x + 3y \= 12 dan x - y \= 1. Kita coba eliminasi y, ya?”

Tissa mengangguk, lalu mengikuti langkah demi langkah yang ditunjukkan Vio. Ia mengerutkan dahi, menulis dengan ragu-ragu, lalu menatap kakaknya lagi. “Ini bener nggak?”

Vio melirik dan tersenyum tipis. “Hampir. Tapi tadi kamu kurang teliti waktu mengalikan persamaan kedua. Yuk, coba ulang pelan-pelan.”

Selama lima belas menit berikutnya, ruangan hanya diisi suara pensil menari di atas kertas dan gumaman Tissa yang berusaha memahami. Sesekali Vio memberikan arahan dengan sabar, tidak pernah memotong atau memaksa, hanya membimbing dengan tenang.

Akhirnya, setelah beberapa soal terselesaikan, Tissa merebahkan tubuhnya ke atas meja sambil menghela napas panjang. “Fiuh… akhirnya selesai juga. Makasih banget, Kak…”

Vio hanya tersenyum, mengumpulkan lembar-lembar kerja yang berserakan. “Kamu sebenarnya bisa, kok. Cuma butuh dilatih sedikit lagi.”

Tissa menatapnya dan tersenyum tulus. “Tapi kalau ada kak Vio yang ngajarin, aku jadi semangat.”

Vio tertawa kecil sambil berdiri. “Kalau begitu, jangan sering-sering minta tolong, ya. Aku mau lihat kamu bisa kerjain sendiri juga.”

Tissa menjulurkan lidah, lalu bangkit berdiri. “Baiklah, baiklah… Tapi kadang-kadang boleh, ya?”

“Kadang-kadang,” balas Vio, lalu mengedip pelan.

Setelah lembar terakhir PR Tissa selesai diperiksa, suasana di kamar Vio menjadi lebih santai. Tissa duduk di ujung tempat tidur sambil memeluk bantal kecil, sementara Vio menyandarkan tubuhnya di kursi.

“Eh, Kak,” gumam Tissa pelan, “Kamu tuh di sekolah kelihatan cool banget, tapi di rumah bisa jadi guru matematika dadakan. Nggak nyangka.”

Vio terkekeh. “Kalau kamu belajar dengan benar, kamu juga bisa kelihatan cool pas ujian nanti.”

“Heh, yang ada malah kelihatan panik,” balas Tissa sambil tertawa pelan. “Tapi makasih ya, beneran. Aku... senang bisa ngobrol kayak gini.”

Vio memandang adik kecil itu sejenak sebelum mengangguk pelan. “Aku juga.”

Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang nyaman sebelum akhirnya Tissa bangkit. “Aku balik ke kamar dulu ya. Besok masih sekolah, kan.”

“Jangan begadang,” pesan Vio singkat.

“Siap, Kakak Vio~” Tissa menjawab dengan nada menggoda lalu keluar sambil tertawa kecil.

Begitu pintu tertutup, Vio menghela napas ringan. Ia bangkit perlahan dan mulai membereskan sisa kertas, pensil, dan buku yang masih berserakan. Setelah meja bersih, ia akhirnya meraih ponsel yang tergeletak di atas ranjang, lalu menjatuhkan tubuhnya perlahan ke atas kasur.

Cahaya layar menerangi wajahnya yang tenang. Ia membuka aplikasi siarannya, lalu berpindah ke tab komunitas penggemar. Notifikasi baru bermunculan, komentar hangat, kiriman ilustrasi, bahkan rekaman ulang siaran sebelumnya.

Jarinya menggulir layar perlahan. Sebuah gambar menarik perhatiannya—seorang penggemar menggambarkan Violetta dengan rambut tergerai, duduk di bawah pohon sakura, memainkan gitar. Judul postingannya: "The Song Beneath Spring Petals."

Vio tersenyum samar. Ia membaca komentar di bawahnya.

“Suara Violetta di lagu ‘Petals of a Secret’ benar-benar menyentuh hati. Terima kasih sudah menciptakan lagu seindah itu.”

“Kak Violetta, aku harap kamu selalu bahagia. Lagu itu menyelamatkanku dari malam yang berat.”

“Kapan kamu akan rilis lagu baru lagi? Kami selalu menunggu.”

Tatapannya melembut. Ia tak membalas satu pun komentar, hanya membaca dalam diam, menyerap setiap kata yang ditulis penggemarnya. Dunia mereka tak pernah tahu siapa dirinya yang sebenarnya, tapi justru karena itu... ia merasa bisa menjadi dirinya yang paling jujur saat bernyanyi.

Vio menekan tombol ‘suka’ pada beberapa kiriman, lalu memeluk ponsel ke dadanya dan memejamkan mata sejenak, membiarkan kehangatan dari dunia lain itu mengalir pelan ke dalam hatinya.

---

Cahaya matahari pagi menembus celah tirai kamar, menyusup pelan ke dalam ruangan yang masih diselimuti keheningan. Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, namun tak ada tanda-tanda kehidupan dari balik selimut di atas ranjang.

Langkah ringan terdengar mendekati pintu.

Klek.

Pintu kamar Vio terbuka perlahan. Hilda menyembulkan kepalanya dengan hati-hati, lalu masuk tanpa suara. “Vio?” panggilnya pelan, tak mendapat respons.

Matanya jatuh pada sosok adiknya yang masih tertidur pulas, posisi tubuhnya sedikit miring ke samping. Selimut setengah melorot, dan tangan Vio menggenggam erat ponselnya di atas dada, layar yang sudah padam menyisakan sedikit pantulan.

Hilda mendekat, lalu berjongkok di sisi ranjang, memperhatikan wajah adiknya yang terlihat begitu damai. Senyum kecil muncul di sudut bibirnya.

“Jadi kamu masih melakukannya, ya?” bisiknya lembut. Matanya sedikit melirik ponsel yang digenggam Vio—dia tahu betul apa isi di dalamnya. Halaman komunitas, siaran, lagu-lagu dengan suara yang disamarkan, dan ribuan orang yang menyebut nama “Violetta” dengan penuh kekaguman.

Namun Hilda tak mengatakan apa pun. Ia hanya menghela napas pelan, lalu perlahan menarik selimut untuk menutupi bahu Vio yang terbuka. “Tidurlah sebentar lagi. Tapi jangan sampai kesiangan, ya,” gumamnya.

Sebelum beranjak, ia kembali menatap adiknya. “Kalau itu memang membuatmu bahagia… aku akan diam saja.”

Ia pun bangkit dan keluar kamar, menutup pintu dengan pelan agar tak mengganggu tidur Vio.

Dan di dalam keheningan kamar, Vio mengerutkan alis sedikit, bergumam tak jelas dalam tidur, namun tetap tak terbangun—masih terperangkap dalam dunia mimpinya, di mana musik dan ketenangan menyatu dalam satu nama: Violetta.

Jarum jam di ruang makan menunjukkan pukul tujuh tepat. Hilda yang sedang merapikan tas nya melirik ke arah tangga dengan ekspresi sedikit kesal namun tak heran. Ia menghela napas pelan, lalu menoleh pada Tissa yang sedang menyantap roti panggang.

"Tissa, bisa tolong bangunkan Vio? Udah jam tujuh, nanti telat," ucap Hilda sambil merapihkan bajunya.

Tissa meneguk susu sebelum berdiri. “Oke, kak Hilda~!”

Ia berlari kecil menaiki tangga dan menghampiri kamar Vio. Tanpa ragu, ia mengetuk pintu pelan dua kali, lalu membuka sedikit celah.

“Kaaak, bangun... Udah jam tujuh, tahu~”

Di dalam kamar, Vio memang sudah setengah bangun—posisi duduk setengah rebah di ranjang dengan selimut masih menutupi sebagian tubuh. Rambutnya kusut dan matanya setengah terbuka, menatap ke arah pintu dengan pandangan kosong.

Tissa menyeringai kecil. “Kukira kamu masih tidur pulas. Tapi ternyata sudah kayak zombie yang baru bangkit.”

“Aku dengar kok…” gumam Vio lemah, suaranya serak khas orang yang baru bangun tidur. Ia mengusap wajahnya perlahan dan menguap kecil. “Lima menit lagi…”

“Enggak bisa~” balas Tissa sambil membuka pintu lebih lebar. “Sarapan udah siap, dan kak Hilda nyuruh aku buat banguninmu. Kalau kamu nggak bangun sekarang, aku... akan ambil gitar kesayanganmu dan pura-pura mainin!”

Vio melirik malas ke arah Tissa yang bersiap-siap lari ke sudut kamar tempat gitar disimpan.

“Jangan sentuh gitar itu.”

“Nah, berarti kamu harus bangun!”

Vio akhirnya menghela napas pasrah. Ia mengibaskan selimutnya dan berdiri perlahan, masih sedikit goyah karena kantuk. “Oke, oke… Aku mandi dulu…”

Tissa terkekeh puas. “Yes! Misi sukses. Aku turun duluan, ya!”

Dengan langkah ringan, Tissa kembali turun, meninggalkan Vio yang berdiri di tengah kamar sambil menggaruk kepalanya. Ia mengintip jam dinding dan bergumam, “Jam tujuh… aku kesiangan lagi…”

Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkah menuju kamar mandi.

1
Finn
ahhhhh..... lagunya bagusss kak /Cry/
_Graceメ: makasih (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)
total 1 replies
Finn
ohhh!!! 😲
Finn
ohh!!! ada lagu original nya /Drool/
_Graceメ: ada dong ヾ⁠(⁠・⁠ω⁠・⁠*⁠)⁠ノ
total 1 replies
Finn
main dobrak aja ya /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!