NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 14

...****************...

Pukul menunjukkan lewat tengah malam. Hening menggantung sempurna. Detik jam terdengar lebih keras dari biasanya.

Pintu kamar itu terbuka perlahan.

Cekat—Denting logam engsel beradu dengan udara.

Aresya muncul di ambang pintu, mata yang kosong menatap ke depan, tatapan kosong yang menyiratkan “aku sedang tidak sadar.”

Kakinya melangkah pelan, tanpa suara, tanpa beban, menyeret udara dingin bersamanya.

Gaun tidurnya—tipis, satin berwarna maroon pekat, menggantung sempurna di lekuk tubuhnya, berkilau ringan saat disentuh cahaya lampu gantung.

Arion menoleh, alisnya terangkat sedikit, tapi tubuhnya tetap santai bersandar di sofa.

Matanya menatap lekat, tak bisa tidak memperhatikan langkah Aresya yang semakin mendekat.

Detak jantungnya mulai berdetak tak beraturan.

Tangannya diam mengepal di sisi sofa, dan rahangnya mengeras.

"Apa lagi sekarang..." gumamnya lirih, namun tidak ada kemarahan di sana.

Hanya... bingung. Dan mungkin, sedikit tergoda. Aresya berhenti tepat di depan Arion. Sorot matanya masih kosong, kepalanya sedikit miring.

Lalu ia duduk pelan di samping Arion.

Tidak bicara. Tidak menyentuh.

Hanya diam. Diam yang menggoda. Arion mencuri napas panjang, lidahnya menyentuh bibir bawah yang mulai kering.

Giginya mengatup, saling menggesek pelan seolah menahan sesuatu yang ingin dilepaskan.

Ia tidak tahu ini apa—tidur sambil berjalan? Atau akting?

Tapi di kepalanya, segala hal kotor mulai bermain liar.

"Kalau kau sadar, dan ini permainan, kau main di zona yang sangat berbahaya, Aresya..." bisiknya nyaris tak terdengar, lebih kepada peringatan pada dirinya sendiri.

Namun Aresya tidak menjawab, masih duduk diam, seperti boneka cantik yang rusak sistemnya.

Sempurna dalam ketidaksadaran yang dibuat-buat.

Dan Arion—masih menahan diri, masih membiarkan perang diam itu terjadi, dalam jarak yang terlalu dekat, dan aroma tubuh Aresya yang semakin menyiksa pikirannya.

Satu detik... dua detik...

Dan tanpa aba-aba—Aresya bergerak.

Tubuhnya perlahan merunduk... lalu duduk begitu saja di pangkuan Arion. Ringan. Lembut. Tapi memicu badai. Arion terkesiap. Rahangnya mengeras.

Sementara Aresya tetap diam... seolah tak sadar sama sekali atas posisinya yang sekarang.

Kain tidurnya tersingkap ringan, memperlihatkan paha putih yang menyentuh kulit panas Arion, dadanya yang menghadap langsung ke dada pria itu—berjarak napas yang nyaris pecah.

Arion menahan geram di dada. Seperti dihantam badai dari langit yang paling sunyi.

Tangannya terkepal di sisi paha, sementara jantungnya berdentam seperti palu godam yang mencari irama.

Ia menatap wajah Aresya, begitu damai, begitu tak berdosa dan itu justru membuatnya semakin gila.

Dengan gerakan yang amat lambat, jemari Aresya menyentuh ujung baju milik Arion, mengangkatnya dan melepaskannya tanpa penolakan sama sekali dari Arion. Terlihat jelas pria itu menahan atau sekedar ingin mengikuti ketidaksadaran Aresya yang tidak di ketahui Arion.

Aresya mencondongkan tubuhnya mendekat dan menggigit daun telinga pria itu. Di sela gigitan dan jilatannya, Aresya merasakan milik Arion kembali bangun di bawah gaun tidurnya.

Perlahan Aresya menatap Arion dan menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan pelan dan merasakan sensasi itu. Mata Arion sudah menggelap dan membara.

Aresya menyentuh bibir Arion yang terluka. Mendekatkan dirinya dan menjulurkan lidahnya menyapu lembut bibir tebal Arion.

"A-Aresya.." lirih Arion terdengar seperti lawakan bagi Aresya. Aresya menghentikan aktivitasnya di sana dan menarik tangan Arion yang mengepal erat. Membuka telapak tangan yang besar dan kasar itu.

Aresya menuntut tangan Arion menuju dirinya sendiri. Secara perlahan dari ujung kepala, mata dan bibirnya. Ia berhenti di sana dan memasukkan jari Arion ke mulut kecilnya lalu melepaskannya setelah membasahi jari Arion dan kembali menggerakkan tangan Arion menyentuh setiap inci tubuhnya.

Menyentuh kedua dadanya yang membusung tepat di depan pria itu, lalu perut dan—

Memasukkan tangan Arion ke dalam celana kecilnya di bawah sana.

"Ah.." Desah Aresya dengan sengaja. Arion menatap Aresya, tubuhnya menegang sempurna saat mendengar desahan itu dari bibir istri kontraknya.

Tanpa sadar, dia mulai mengikuti gerakan tangan Aresya yang menuntunnya kemana aja. Di balik gaun tidur Aresya, miliknya sudah basah semakin membuat Arion tak bisa menahan. Ia mendekatkan dirinya mencium leher Aresya, namun Aresya mundur seketika.

Dahi Arion berkerut tak suka.

Lalu Aresya mengeluarkan tangan besar Arion dari balik gaunnya—celana dalamnya. Lalu mengarahkannya ke mulut Arion dan memasukkan jarinya ke mulutnya sendiri.

Arion tak bisa lagi menahan diri. Dengan gerakan cepat, Arion membalik tubuh Aresya. Kini wanita itu terbaring di bawahnya di sofa. Tubuh mereka hanya dipisahkan udara dan kehendak. Aresya sedikit terkejut. Bahkan nyaris kehilangan aktingnya karena kecepatan dan ketegasan gerakan Arion.

Pria itu menatapnya, matanya liar dan tajam seperti binatang yang hampir lepas dari kurungan.

"Jangan mainkan aku, Aresya," gumamnya rendah, suaranya parau.

"Selesaikan apa yang sudah kamu mulai... sadar atau tidak."

Lalu bibir Arion melumat bibir Aresya. Kasar. Dalam. Penuh emosi yang terpendam. Aresya gelagapan, tubuhnya sedikit melawan tapi tak benar-benar menolak. Namun dalam hitungan detik, pikirannya bekerja. Otaknya berputar menyusun strategi.

Ia membelalakkan mata. Menahan nafas. Lalu… air mata itu muncul, seperti perintah dari panggung sandiwara. Bibirnya bergetar. Ekspresinya berubah jadi luka yang mendalam.

Arion membeku.

"Apa yang kamu lakukan padaku…?" suara Aresya pecah. Tangisnya lirih, tapi cukup menyayat hati siapa pun yang mendengarnya.

"Kalau aku benar-benar tidur berjalan, kalau aku tidak sadar… kenapa kamu menyentuhku?"

Arion terdiam. Masih di atas tubuh Aresya. Tapi kini dia bukan pemangsa. Dia adalah manusia yang baru saja ditelanjangi oleh rasa bersalah.

"Kalau aku tidur lagi… tolong, cukup bawa aku kembali ke kamar. Jangan sentuh aku. Jangan lecehkan aku saat aku bahkan tak tahu apa yang kulakukan…”

Suara Aresya pelan, retak, seperti kaca yang pecah pelan-pelan di tengah malam.

Arion perlahan menarik diri. Menatap Aresya yang berlinang air mata di bawahnya. Dadanya naik turun, menahan sesuatu yang kini berubah jadi kemarahan pada dirinya sendiri.

Dia tak tahu—bahwa semua ini hanya bagian dari permainan.

Dan dia… baru saja kalah satu babak..

Dengan langkah berat dan rahang mengeras, Arion berdiri dari sofa—meninggalkan Aresya yang masih terbaring di sana, tubuhnya membeku dalam tangis yang ia ciptakan sendiri. Tak ada kata yang diucapkan. Hanya helaan napas keras, diseret oleh rasa bersalah yang mulai menggerogoti benaknya.

Pintu kamarnya menutup dengan suara berat. Seperti pengakuan diam-diam bahwa malam ini, Arion kalah oleh sesuatu yang bahkan tak bisa ia pahami.

Lalu, keheningan menyelimuti ruang tengah.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga.

Aresya membuka matanya perlahan. Tatapannya berubah. Tak ada lagi isak. Tak ada lagi luka di matanya.

Yang tersisa hanyalah lengkung senyum tipis… menjalar, menjelma jadi tawa senyap yang dipendam di balik bibirnya yang masih lembap oleh ciuman Arion.

Tangannya terangkat, menghapus air mata palsu itu dengan ujung jarinya.

Kemudian, dengan suara pelan nyaris seperti bisikan doa, ia berkata pada dirinya sendiri:

"Dia sudah masuk ke dalam perangkapku..."

Nada suaranya manis. Tapi penuh racun.

Dan malam itu, kemenangan pertama pun berpindah tangan—bukan oleh kekuatan, tapi oleh kelicikan yang dibungkus air mata.

.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!