Jika biasanya orang yang putus cinta akan berubah sikap menjadi dingin dan cuek, tapi berbeda dengan Davion Slade. Pria tampan berusia 28 tahun itu justru berubah sikap menjadi pria paling menyebalkan dan random.
Dua tahun dia melajang setelah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, bukan karena Davion ataupun sang kekasih saling berkhianat. Tapi, karena sang kekasih memiliki kelainan penyimpangan.
Wanita yang dia jadikan kekasih selama satu tahun itu ternyata penyuka sesama jenis. Davion yang mengetahui hal tersebut menjadi jijik dan geli sendiri.
Hingga akhirnya, Davion bertemu dengan Vynessa setelah menggantikan jabatan papanya sebagai CEO.
Rasa ingin memiliki langsung muncul begitu saja saat melihat Vynessa yang begitu cekatan dan multitalenta. Tanpa Davion tau jika status Vynessa adalah mantan istri rival bisnisnya.
Mampukah Davion meluluhkan hati Vynessa yang sudah trauma dengan yang nama nya cinta?
Simak kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 : Rasa Penasaran
Vynessa mendorong kuat dada bidang Davion hingga lelaki itu melepaskan mundur dan melepaskan kungkungannya. Vynessa menatap tajam kearah Davion.
"Dasar pria gila!" maki Vynessa, ia lantas segera melangkahkan kakinya cepat keluar dari lift tersebut sesaat setelah pintunya terbuka.
Davion berbalik badan menatap kepergian Vynessa dengan senyuman tipis yang mengembang diwajahnya yang tampan.
"Kamu hanya milik ku Vynessa.." lirih nya bergumam, setelah itu ia bergegas melangkahkan kakinya keluar dari lift lalu masuk kedalam kamar nya sendiri.
.
Vynessa membanting kuat pant*t diatas kasur kamar hotelnya. Ia kesal bukan main dengan sikap Davion tadi, rasa nya ia ingin menampar mulut lelaki itu sampai bengkak.
Enak sekali dia meng-klaim jika dirinya hanya milik Davion. Emang siapa dia? Kontribusi untuk diri Vynessa saja tidak ada.
"Dasar pria gila, aku juga bisa lebih gila menghadapi nya", sungut Vynessa
Ia lalu melepas sepatu heels yang terpasang dikedua kaki jenjang nya itu, kemudian Vynessa beranjak dari duduknya melangkah menuju kamar mandi tuk membersihkan diri.
.
45 menit berlalu dan Vynessa sudah menyelesaikan ritual mandi nya. Ia keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan handuk kimono, tangannya terangkat mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk kecil. Ia kemudian langsung duduk dikursi depan meja rias, tanpa Vynessa sadari jika sedari tadi ada sepasang mata elang yang terus memperhatikannya sambil mengulas senyum tipis- setipis mungkin.
"Lalalala... " Vynessa bersenandung ria sembari memoleskan skincare diwajah cantiknya
Dia masih belum menyadari jika ada orang lain yang masuk kedalam kamarnya, sampai pada akhirnya Vynessa yang baru saja menyelesaikan perawatan diwajahnya itu seketika langsung berdiri dari duduknya dan berbalik badan.
"Aaa.. " Vynessa menjerit terkejut saat melihat Davion duduk dengan tenang ditepian ranjang tempat tidur nya dan melipat kedua tangannya didepan dada. Lelaki itu menatap Vynessa sambil tersenyum menyeringai.
"Astaga tuan muda kau membuat ku terkejut". Pekik Vynessa seraya memegangi dada nya yang tiba-tiba berdegub kencang.
Davion tertawa terkekeh mendengar nya, ia langsung berdiri dari duduknya melangkah pelan mendekati Vynessa.
"Kamu terkejut honey?", ucap Davion. Suara terdengar berat dan sedikit membuat Vynessa merinding.
Reflek saja, Vynessa memundurkan langkah kakinya saat Davion semakin berjalan mendekati.
Dukk..
Punggung Vynessa sampai membentur meja rias, ia tidak bisa menghindar lagi. Davion dengan cepat mengunci pergerakannya, melingkarkan lengan kokohnya dipinggang ramping Vynessa.
"T-tuan muda j-jangan seperti ini.. " ucap Vynessa terbata-bata ketakutan. Jujur saja, sikap Davion semakin berani dan liar padanya.
Ssstt!!
Davion mengangkat tangannya menempelkan jari telunjuknya dibibir Vynessa.
"Jangan takut, hm.. Aku tidak akan menyakiti mu". Davion mengucapkannya dengan suara lembut seraya mengelus pelan pipi mulus Vynessa dengan punggung tangannya.
Davion mencubit lembut dagu Vynessa dengan ibu jari dan jari telunjuknya, ia dongakkan kepala perempuan itu agar menatap nya.
"May i something to you ?", ujar Davion
"What?", sahut Vynessa. Ia mendongakkan kepalanya menatap lelaki dihadapannya ini, mata kedua nya saling beradu pandang.
Tak bisa Vynessa pungkiri, ia terpana menatap manik mata coklat yang terlihat tajam bak elang milik Davion itu.
Davion, lelaki itu membungkukkan badannya lalu mendekatkan bibir nya ditelinga Vynessa. Kemudian ia berbisik.
"You're like ecstasy, you're addictive to me.. " bisik Davion tepat ditelinga Vynessa membua bulu kuduk perempuan itu sontak meremang saat hembusan nafas Davion yang terasa begitu hangat menerpa kulit wajahnya.
.
.
.
Keesokan harinya, Davion, Sam serta Vynessa sudah bersiap akan kembali ke New York. Kini mereka bertiga sedang berada didalam mobil perjalanan menuju bandara kota Los Angeles. Vynessa duduk didepan disamping Sam yang tengah mengemudikan mobilnya, sedangkan Davion duduk disendiri dikursi penumpang.
Raut wajahnya terlihat datar dan tatapan matanya terus menatap kearah Vynessa yang seolah tengah menghindarinya.
Mobil yang dikemudikan Sam, tiba ditempat parkir khusus VIP. Davion bergegas turun setelah mobil itu berhenti dan dibelakangnya disusul Vynessa begitu juga dengan Sam. Ia segera turun lalu menyerahkan kunci mobil pada petugas valet untuk memarkirkan mobilnya dengan benar.
Setelah itu, Sam bergegas melangahkan kakinya menyusul Davion yang sudah lebih dulu berjalan menuju landasan pacu dimana pesawat pribadi milik keluarga Slade sudah terparkir disana. Ketiga nya masuk kedalam pesawat tersebut. Vynessa yang hendak duduk disamping Sam seketika tersentak kaget saat Davion menarik tangannya dan menyuruh Vynessa untuk duduk disamping nya.
"Duduk", titah Davion dengan tegas
Vynessa menurut, ia lantas segera duduk dikursi yang ditunjuk oleh Davion. Setelah memastikan Vynessa duduk dengan nyaman barulah Davion ikut mendudukan dirinya disamping perempuan itu.
Tak lama kemudian, pesawat pribadi milik keluarga Slade mulai bergerak, suara mesinnya menderu dan pramugari mengumumkan bahwa mereka akan segera lepas landas. Davion membantu Vynessa mengencangkan sabuk pengaman, Vynessa sudah menolak tapi tak diindahkan oleh Davion. Setelah itu, Davion juga mengencangkan sabuk pengaman miliknya dan pesawat mulai meluncur dilandasan pacu bersiap akan terbang meninggalkan bandar udara kota Los Angeles.
.
.
Setelah menempuh perjalanan udara selama kurang lebih 5 jam lama nya, kini pesawat pribadi milik keluarga Slade landing dibandara internasional kota New York. Davion melirik kearah Vynessa, perempuan itu ternyata masih memejamkan matanya tertidur. Setelah pesawat mendarat dengan sempurna dan pramugari mulai membuka pintu nya, Sam segera menghampiri tuannya.
"Tuan.. "panggil Sam berdiri disamping tempat Davion duduk
Ssstt!!
Davion memberikan isyarat pada Sam suapaya diam tidak bersuara dan menganggu tidur Vynessa.
"Kau turunlah dulu dan siapkan mobil nya", perintah Davion
Sam mengangguk, "baik tuan". Kemudian, ia bergegas turun dari dalam pesawat.
Davion melepas sabuk pengamannya, setelah itu ia juga melepas sabuk pengaman yang Vynessa kenakan. Dengan hati-hati, Davion mengangkat tubuh Vynessa menggendong nya ala bridal style lalu turun dari pesawat.
Kaki jenjang nya melangkah menuju tempat parkir.
"Tuan", Sam memanggil seraya melambaikan tangannya kearah Davion, lelaki itu bergegas menghampiri asistennya.
Sam dengan sigap langsung membukakan pintu bagian penumpang untuk tuannya. Davion mendudukkan pelan Vynessa yang masih tertidur itu dikursi, setelah itu barulah ia masuk dan duduk disamping Vynessa. Sam menutup pintunya lalu bergegas masuk kedalam mobil dan duduk dikursi kemudi.
Perlahan mobil yang Sam kendarai melaju pelan meninggalkan area parkir bandara menuju penthouse Davion.
"Sam.. " panggil Davion
"Ya tuan?"sahut Sam seraya matanya melirik Davion dari kaca spion
"Cari tau semua tentang Vynessa, jangan ada yang terlewat satupun", perintah Davion
"Baik tuan, tapi bukankah lebih baik anda menanyakan hal itu dengan tuan Dom. Saya rasa beliau pasti lebih mengenal nona Vynessa, karena dia sudah lama menjadi sekretaris tuan Dom". Kata Sam
"Tidak, lebih baik aku mencari tahu nya sendiri daripada harus bertanya sama papi". Jawab Davion.
Bukan karena tidak ingin bertanya tentang Vynessa pada papi Dom, tapi lebih tepatnya Davion malu juga gengsi jika harus bertanya dengan beliau. Bisa-bisa dia akan dibully habis-habisan oleh Opa Albert jika sampai pria tua itu mendengarnya.
Sam mengangguk, "baik tuan muda".
.
.
.
To Be Continue...
sntai bgt blng ky gt,kl vyn dngr pst dia mkin bnci tauuu...
bru bntr bcanya,udh abs aja kk....
d tnggu up ny lg....smnggtt....
kl ska jgn ky gt dong dav....
mskpn dia jnda,tp msih segel tauuu.....