Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 03
Papa Aldo membawa ku sampai ke depan pintu. "Dimana kuncinya???" Tanyanya membuyarkan lamunan ku.
Aku gelagapan. "Ad - ada di dalam tas." Sahut ku gugup.
"Tolong turunkan aku!!!"
Papa Aldo segera menurunkan aku dari gendongan nya. Karena hanya bertumpu pada satu kaki, tubuh ku oleng. Aku hampir jatuh kalau saja papa Aldo tak sigap menahan tubuh ku. Merengkuh pinggang ku sangat erat.
Jantung ku kembali berdegup kencang. kamu terlalu dekat.
"Ambil kuncinya." Ucap Papa Aldo membuyarkan keterpanaan ku. Dia mengarahkan cahaya senter ponselnya ke arah tas ku dengan tangan kirinya. sedangkan tangan kanannya tetep berada di pinggang ku. Menahan tubuh ku agar tidak terjatuh.
Dengan sedikit gemetar aku membuka resleting tas ransel ku. Lalu mengambil kunci rumah.
"Pegang ini" Ujar Papa Aldo seraya menyerahkan ponselnya ke arah ku.
Aku tidak mengerti maksudnya tapi aku menurut saja.
Grep
Pap Aldo kembali merengkuh ku ala bridal style. "Buka pintu nya.!" Ucap nya.
Aku mengangguk mengerti. Segera aku masukkan kunci itu dan ku putar.
Klik
Papa Aldo mendorong daun pintu di depan nya dengan satu kaki nya. Lalu membawa ku masuk ke dalam ruang tamu yang sangat gelap gulita namun sedikit cahaya dari ponsel milik Papa Aldo.
"Dimana saklar lampu nya???" Tanyanya.
"Di...." Aku urung menunjukkan letak saklar lampu ketika ku dengar suara langkah kaki mendekat.
Itu pasti Aldo. Batinku.
Dengan cepat aku memeluk tubuh Papa Aldo, mengeksekusi rencana gila ku. Karena terkejut atas ulah ku , seketika tubuh papa Aldo oleng dan....
Brukkkk
Tubuh Papa Aldo jatuh ke lantai dengan aku yang ikut jatuh di atas tubuhnya.
Klik
Seketika ruang tamu terang benderang.
"AUREL!!!!!!"
Ku pikir rencana ku sudah sangat brilian. Aldo memergoki aku saat aku memeluk Papa Aldo, lalu dia marah. Mencaci maki, ngamuk ngamuk. Hatinya terluka dan merasa Ter khianati oleh papa tersayang nya itu. Skenario yang aku tulis seperti itu.
Tapi sayang nya, buka skenario ku yang berlaku malam ini. Tapi skenario Allah.
Sungguh Allah lah sebaik baik pemilik rencana.
Benar, aku kepergok. Tapi bukan oleh Aldo melainkan oleh Papa dan Mama ku. Mereka pulang lebih cepat dari perkiraan ku. Bahkan mendahului Aldo yang katanya sudah otw dari setengah jam yang lalu.
Cih, bahkan jarak rumah ku dan apartemen nya tak lebih dari 15 menit saja.
Semua rencana yang aku susun hancur berantakan. Usaha ku menjebak papa Aldo berakhir dengan hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
"Menikah???" mataku membulat sempurna demi mendengar keputusan papa. Jantung ku seolah berhenti berdetak.
Menikah dengan Papa Aldo??? Astaga, aku sedang kena karma apa ini???
Papa tak merespon keterkejutan ku. Beliau sama sekali tidak mau menatap ku. Aku tahu papa sedang sangat kecewa dengan ku.
Melihat anak perempuan nya berada di atas tubuh pria asing, apa ada yang lebih buruk dari itu???
"Anda yakin mengambil keputusan seperti ini untuk putri anda, Pak???" Suara Papa Aldo ku dengar, berusaha terdengar tetap tenang.
"Apa ada solusi yang lebih baik dari ini???" Papa balik bertanya, ada nada keputus asaan dalam suaranya.
"Kenapa??? Anda keberatan menikahi putri saya setelah Anda dan putri saya......"
Pa, Aurel tidak melakukan ap. ...."
"Diam kamu!!! Apa ini hasilnya kamu kuliah di luar kota??? Papa sudah sangat percaya dengan kamu, Kak. Tapi kamu sungguh mengecewakan Papa. Bisa bisanya kamu berdua an dengan pria di tempat gelap dan melakukan..... Andai papa tidak pulang lebih awal, kalian pasti sudah......" Papa mengusap wajahnya kasar.
Berkali kali ku dengar desisan papa mengucapkan istighfar.
Air mata ku meluruh deras. Hatiku terasa sangat sakit. Ini pertama kalinya papa membentak ku. Tapi, lebih dari itu, hatiku terasa nyeri karena telah membuat papa sangat kecewa. Mata papa terlihat sangat terluka. Dan itu karena AKU!!!!
Aku menundukkan dalam,. Mencengkram ujung kaos oversize yang aku gunakan.
"Jika Anda menginginkan saya bertanggung jawab terhadap yang anda yakini, baiklah. Saya akan menikahi putri Anda."
DEGH
"ya, lakukan itu " desis papa
"Tapi, sebelum nya. Tolong lihat saya dan bandingkan dengan putri Anda. Bahkan dia lebih cocok menjadi putri saya dari pada menjadi istri saya." Ucapnya.
"Apa Anda terikat dengan pernikahan???"
"Tidak."
"Itu, cukup, Nikahi putri saya sekarang juga!!!" Tegas Papa.
Aku sudah tidak sanggup mengatakan apapun, hanya bisa menangis dalam pelukan Mama.
Kebencian ku pada Aldo malah membuat aku jatuh ke kehancuran yang lain. Aku semakin punya alasan untuk membenci Aldo.
"Apa kamu menginginkan sesuatu sebagai mas kawin???" tanya Papa Aldo.
Aku bergeming. Tak berkeinginan sedikit pun menjawab pertanyaan nya.
"Izinkan saya bertanggung jawab dengan menikahi kamu malam ini. Setelah nya, kamu bisa mengajukan gugatan. Saya tidak akan mempersulit." Janjinya.
"Anda berniat menceraikan putri saya bahkan sebelum anda menikahi nya???" Papa menatap tajam laki laki yang baru saja mengucapkan kesanggupan nya untuk menikah dengan ku.
"Bukan seperti itu, saya tidak akan menceraikan putri Anda, Pak. Tapi jika seandainya putri Anda yang ingin berpisah, saya tidak akan menghalangi. Saya tau, bersama saya dia pasti kesulitan." tandas Papa Aldo.
"Itu konsekuensi yang harus dia terima akibat sudah berani membawa laki laki asing masuk ke rumah kami. Apalagi dalam situasi seperti itu." tandas Papa.
"Jika kamu memang darah Papa, Kak, Papa yakin, kamu tidak akan menyakiti Papa lebih dalam."
Aku langsung menjatuhkan tubuhku di depan Papa. Bersimpuh di depan nya.
"Lakukan, lakukan yang menurut Papa baik untuk Aurel, Aurel terima. Aurel ikhlas." Ujar ku di sela isak tangis ku.
*
Saya terima nikah dan kawinnya Aurel Naura Farzana binti Muhammad Iqbal dengan mas kawin tersebut di bayar tunai.
Aku tersentak hebat ketika kamar ku terbuka dari luar. Papa Aldo masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Aku menegang. Padahal aku memang sudah tahu jika dia akan masuk kesini.
Tadi seusai ijab qobul, mama sudah menyuruh ku untuk membawa Papa Aldo masuk ke kamar ku. Tapi karena Papa Aldo masih ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan asisten pribadinya, papa Aldo bilang akan menyusul ku setelah ini.
Tentang asisten Papa Aldo, entah lah, sepertinya wajah nya tak asing. Tapi akutak yakin pernah bertemu dimana.
Dia datang karena perintah Papa Aldo, membawa penghulu dan juga mahar untuk ku. Lima ratus juta, uang sekoper penuh itu diberikan papa Aldo kepada ku sebagai mahar yang tidak pernah aku minta. Tidak main main mahar yang dia berikan padaku.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.