NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Hukuman

Antara Cinta Dan Hukuman

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Diam-Diam Cinta / TKP / Romansa
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Leon Harrington seorang hakim yang tegas dan adil, Namun, ia berselingkuh sehingga membuat tunangannya, Jade Valencia merasa kecewa dan pergi meninggalkan kota kelahirannya.

Setelah berpisah selama lima tahun, Mereka dipertemukan kembali. Namun, situasi mereka berbeda. Leon sebagai Hakim dan Jade sebagai pembunuh yang akan dijatuhkan hukuman mati oleh Leon sendiri.

Akankah hubungan mereka mengalami perubahan setelah pertemuan kembali? Keputusan apa yang akan dilakukan oleh Leon? Apakah ia akan membantu mantan tunangannya atau memilih lepas tangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Persidangan yang berlangsung di ruangan megah dengan dinding kayu kokoh itu dipenuhi oleh hadirin yang tegang. Cahaya lampu kristal di langit-langit memantulkan bayangan suram, seakan ikut menambah ketegangan dalam ruang sidang.

Jaksa Hendry, seorang pria berjas hitam dengan ekspresi tajam, berdiri dari kursinya dan melangkah ke depan dengan penuh keyakinan. Ia menatap tajam ke arah terdakwa sebelum membuka pembicaraan.

"Yang Mulia, persidangan kali ini mengenai lima korban pembunuhan yang telah dilakukan oleh tersangka, Jade Valencia. Bukti dan saksi telah lengkap. Harap Yang Mulia membuat keputusan yang adil untuk pihak korban!" suaranya menggema di ruangan, penuh ketegasan.

Hakim Harrington, pria dengan jubah hitam panjang, menatapnya dengan sorot mata tajam. Ia menarik napas sebelum berbicara, suaranya dalam dan tegas.

"Jade Valencia, apakah ada yang ingin kamu katakan?"

Jade mendongak sedikit, menatap hakim dengan ekspresi datar.

"Tidak ada!" jawabnya dengan suara dingin.

Hadirin mulai saling berbisik, tidak menyangka bahwa gadis itu sama sekali tidak berniat membela diri.

Hakim Harrington kembali bertanya, mencoba memahami keadaan. "Di mana pengacaramu?"

Jade tersenyum tipis, sebuah senyum yang mengandung kegetiran dan rasa puas. "Aku tidak butuh pengacara. Apakah seorang pembunuh harus dibantu oleh pengacara?" ia berhenti sejenak, menatap seisi ruangan dengan penuh keberanian. "Yang Mulia, segera buat keputusan. Lima korban itu aku yang bunuh. Kematian mereka adalah kesenanganku!"

Ruangan langsung gempar. Bisik-bisik berubah menjadi gumaman keras. Beberapa orang bahkan terkejut hingga menutup mulut mereka.

Hakim Leon mengernyitkan dahi. "Jade Valencia, kau bahkan tidak berencana membela diri dan langsung mengakuinya?"

Jade mengangguk pelan. Matanya memancarkan kebanggaan yang aneh. "Benar! Lima korban adalah pelaku pembunuhan Jane Valencia. Jadi aku hanya membalas dendam demi kakakku yang menjadi korban. Hakim sebelumnya telah membebaskan mereka dari hukuman. Padahal saat itu pihak keluarga memiliki bukti, tapi malah tidak diterima di pengadilan. Sekarang mereka sudah mati dan impianku tercapai."

Hakim Leon terdiam sejenak. Ia menatap Jade dengan ekspresi berat, seakan merasakan beban yang harus ia jatuhkan sebagai seorang hakim. Ruangan kembali hening, semua menunggu keputusan terakhir.

Dengan suara tegas, ia mengetuk palu. "Jade Valencia telah melakukan pembunuhan berencana. Lima korban dibantai di lokasi night club. Bukti dan saksi telah membuktikan bahwa Jade Valencia adalah pembunuh. Dan..." ia menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Pengadilan memutuskan terdakwa dijatuhi hukuman mati!"

Ketukan palu menggema, menjadi penanda berakhirnya persidangan. Suasana di dalam ruangan berubah tegang. Beberapa orang menundukkan kepala, beberapa lainnya berbisik tak percaya. Sementara itu, Jade Valencia hanya tersenyum tipis—senyum yang sulit diartikan, entah penuh kepuasan atau kepasrahan.

Ruangan sidang yang semula hening kembali dipenuhi bisikan ketika seorang wanita paruh baya tiba-tiba bangkit dari bangkunya. Wajahnya penuh dengan kepedihan, matanya memancarkan ketakutan yang mendalam. Dengan suara bergetar, ia melangkah maju, menatap hakim dengan harapan terakhir.

"Yang Mulia, saya harap beri kesempatan untuk anak saya. Dia melakukan itu hanya karena kematian kakaknya yang menjadi korban sia-sia," ucap Sammy, ibu Jade, dengan nada memohon. Suaranya serak, seakan setiap kata yang keluar dari bibirnya mengandung luka yang tak bisa disembuhkan.

Di sampingnya, Marcus, ikut berdiri. Wajahnya terlihat pucat, namun tekadnya bulat. Ia tidak bisa diam saja melihat anaknya diputuskan bersalah tanpa kesempatan lain. Dengan tangan gemetar, ia menyatukan kedua telapak tangannya, seolah meminta keadilan bagi anaknya sendiri.

"Yang Mulia, tolong selidiki ulang kasus ini!" katanya dengan suara lantang. "Jade walau memiliki emosi yang tinggi, tapi dia tidak mungkin tega membunuh orang. Bahkan dengan seekor ikan saja, dia tidak berani memotongnya. Mana mungkin dia bisa menghabisi nyawa manusia?"

Jade yang sejak awal terlihat tenang akhirnya menoleh. Matanya melebar ketika melihat kedua orang tuanya berdiri di sana, air mata mengalir di pipi mereka. Hatinya mencelos. Selama ini, ia berpikir bahwa orang tuanya telah membencinya, telah menyerah padanya. Namun, di saat semua orang menghakiminya, mereka masih berjuang untuknya.

Sejenak, Jade terdiam. Dadanya terasa sesak. Tidak pernah ia menyangka bahwa ia akan melihat ayah dan ibunya menangis demi dirinya.

Suasana di dalam ruang sidang semakin berat. Hakim Leon memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang. Ia tahu bahwa keputusan yang akan diambilnya akan mengubah hidup banyak orang. Bahkan dirinya sendiri.

"Pa, Ma, jangan memohon lagi. Ini adalah kesalahanku. Kalian pulanglah!" suara Jade terdengar tegas, tapi di balik ketegasan itu, ada kepedihan yang dalam.

Sammy dan Marcus menggeleng, air mata terus mengalir di pipi mereka. Mereka ingin membantah, ingin berjuang lebih lama untuk putri mereka, tapi sebelum mereka bisa berkata apa pun, suara palu kembali diketuk.

"Persidangan berakhir!" ucap Leon sambil bangkit dari kursinya.

Ruangan masih dipenuhi keheningan ketika hakim itu menatap Jade sekilas. Sorot matanya tajam, tapi ada sesuatu yang berbeda di sana—seperti perasaan bimbang dan beban yang sulit dijelaskan. Namun, ia tetap melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan semua perasaan itu dalam diam.

Polisi segera menggiring Jade keluar dari ruang sidang. Kedua orang tuanya berusaha mengejar, memohon, tapi petugas menahan mereka. Tangisan mereka menggema di sepanjang lorong, sementara Jade tetap berjalan tanpa menoleh.

Sementara itu, Leon berjalan cepat menuju kantornya, diikuti oleh Jacob yang bergegas di belakangnya. Begitu masuk ke dalam ruangan, Leon langsung melempar file kasus ke atas meja dengan kasar. Kertas-kertas berserakan, namun ia tidak peduli.

"Tuan," seru Jacob dengan sedikit ragu.

Leon memijat dahinya, ekspresinya gelap. "Sudah kuduga dia akan melakukan itu, bahkan tangisan orang tuanya tidak bisa mengubah keputusannya," gumamnya dengan nada lelah.

Jacob menatap Leon dengan khawatir. "Tuan, untuk saat ini kita hanya bisa menunggu hasil autopsi. Setelah itu, kita bisa tunjukkan kepada Nona Jade," ujarnya hati-hati.

Leon menghela napas panjang sebelum menoleh ke arah asistennya. "Hubungi Dokter Han, segera selesaikan tugasnya. Aku tidak akan menunggu lama!" perintahnya tegas.

Jacob mengangguk dan segera mengambil ponselnya untuk menghubungi sang dokter.

Leon bersandar di kursinya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

"Jade, kau bahkan tidak berniat untuk melanjutkan hidupmu. Apakah kematian Jane membuatmu terpuruk sehingga kau tidak menginginkan nyawamu sendiri?" gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

1
Isnanun
Jade di incar
Ecca K.D
lanjut
Rossida Sity
up yg byk thor
Oktalien Paroke
ceritanya seru dan.menegangkan
Myra Myra
semangat thor
Naufal Affiq
lanjut thor
Naufal Affiq
bagus leon,kau sudah mengambil tindakan paling adil untuk jeda
wiemay
akhirnya
Isnanun
ahirnya ya Jade
Naufal Affiq
lanjut thor
wiemay
pesona Leon no kaleng2
Myra Myra
jgn2 Jane tak meninggal maybe orang lain...makin seru
wiemay
bagus
ayo katakan yg sebenarnya
Isnanun
bagus jade semangat demi dirimu sendiri
Myra Myra
bagus jade...nape rasa Ae Jane tak mati...
wiemay
kemungkinan kakak nya jade iri ama dia
Myra Myra
masih penasaran ape yg terjadi dgn kak Ae si jade Ae...
Isnanun
lanjut masih penasaran
Hanizar Nana
bagus sekali
Hanizar Nana
aku pun bertanya tanya ada apakah gerangan dgn kakak jade
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!