NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 10

SI Burung Bengal segera menyimpan keanehan itu dalam hatinya. la lanjutkan kata-katanya tadi.

Waktu itu si Jambul Haha masih hidup, Dan kutanyakan tentang Gua Perawan Maut itu. Menurutnya, gua itu memang ada. Tapi ia tak tahu di mana letaknya. Hanya saja, ia pernah jumpa dengan si Tapak Lintang yang juga disebut si Mata Putih, Karena kedua matanya tak mempunyai manik hitam, tapi ia bisa melihat dengan jelas, seperti halnya kedua mata kita ini."

Pendekar Mabuk terbayang wajah Eyang Tapak Lintang. la pun ingat bahwa kedua bola mata petapa tua itu tidak mempunyai manik hitam sehingga seperti orang buta. Namun sebenarnya kedua mata itu dapat digunakan secara normai.

"Jambul Haha juga mengatakan bahwa Tapak Lintang mempunyai sebuah pusaka bernama Pedang Jagal Keramat. Maka kusimpulkan, Apa yang dikatakan Rukmina sebelum tewas itu memang sesuatu yang benar. Karenanya, kami berdua tadi terkejut ketika kau menyebutkan nama Eyang Tapak Lintang dan Pedang Jagal Keramat. Sebab menurut keterangan dari Jambul Haha, Tapak Lintang adalah petapa sakti yang sudah tidak pernah tampil dirimba persilatan. Dalam silsilahnya, Jambul Haha mengatakan bahwa Tapak Lintang adalah kakek buyutnya seorang raja."

"Ooo...." Suto Sinting manggut-manggut lalu keduanya diam beberapa saat sampai munculnya Karina yang membawa hidangan untuk santap malam. Sambil menikmati santap malamnya,  Suto Sinting sering terlihat melamun, pandangan matanya kosong bagai sedang menerawang ke suatu tempat. Karina sering menegur dengan colekan tangan kirinya atau teguran pendek yang membuat Pendekar Mabuk tampak tersipu berkali-kali.

"Ketika kami bertemu dengan Jahanam Tua tadi," ujar Ki Dharmapala,

"Kami baru pulang dari kediaman sahabatku; si Jalu Kuping, menanyakan tentang letak Gua Perawan Maut. Tapi ternyata Jalu Kuping tidak mengetahui tempat itu, Namun mengakui bahwa dulu pernah ada seorang tokoh petapa sakti yang bernama Tapak Lintang."

"Aku juga kenal dengan Ki Jalu Kuping yang tinggal di Lereng Kunyuk, di Gunung Dara," ujar Suto Sinting membuat si Burung Bengal dan Karina memandang dan manggut-manggut dengan rasa kagum. Ternyata pendekar muda itu punya pengalaman cukup luas, Menurut mereka. Suto pun menceritakan secara singkat pertemuannya dengan Ki Jalu kuping.

Kini giliran Karina yang perdengarkan suaranya setelah acara santap malam bersama itu usai. Gadis itu ikut duduk bersila di atas balai-balai bambu berukuran lebar itu. la berbicara kepada gurunya.

"Guru, kalau menurut dugaan Ki Jalu Kuping, kita disarankan untuk mencari Gua Perawan Maut ke lereng Gunung Kundalini. Kurasa aku harus mencobanya mencari ke sana, Guru!"

"Kau akan gagal, Karina!" sahut Pendekar Mabuk.

Karina memandang dengan dahi berkerut. SiBurung Bengal segera ajukan tanya,

"Dari mana kau yakin kalau dia akan gagal jika mencari di Gunung Kundalini?!".

"Gua itu tidak ada di sana. Karina hanya akan bertemu dengan seorang wanita petapa Juga yang bernama Betari Ayu!"

"Kau kenal dengan petapa itu?" tanya Karina.

"Sangat kenal, sebab.." Suto Sinting tak jadi lanjutkan kata-katanya, ia takut membuat hati Karina kecewa.

Betari Ayu bukan orang asing lagi bagi Pendekar Mabuk. Perempuan cantik yang mengasingkan diri menjadi petapa di Gunung Kundalini itu adalah kakak kandung dari Dyah Sariningrum, calon istrinya. Karena itu, Suto tak mau sebutkan siapa Betari Ayu itu.

Akhirnya agar tidak menimbulkan kecurigaan batin, Suto tetap lanjutkan kata-katanya dengan kalimat sederhana.

"Sebab aku pernah bertemu dengan Betari Ayu, ketika aku melewati lereng Gunung Kundalini."

"Hmmm.," Karina menggumam dan angguk-anggukkan kepala. "Tapi kurasa tak ada jeleknya jika kutanyakan tentang gua itu kepada beliau?!"

Suto Sinting gelengkan kepala.

"Gua Perawan Maut tak ada di mana-mana. Gua itu hanya ada di lereng Gunung Brahmana."

Si Burung Bengal kerutkan dahi.

"Dari mana kau tahu?"

Pendekar Mabuk semula ragu menceritakan pengalaman misteriusnya itu, la takut kata-katanya tak dipercaya, Dan dianggap Pembual Mabuk, Bukan Pendekar Mabuk. Namun setelah dipertimbangkan beberapa saat, akhirnya ia mencoba memancing keyakinan mereka dengan suara pelan.

"Aku pernah masuk ke gua tersebut."

"O, ya...?!" sergah Karina dengan pandangan mata berbinar-binar namun wajahnya tampak tegang.

"Apakah kau menemukan pusaka Pedang Jagal Keramat di dalam gua itu?!"

Pertanyaan itu menunjukkan rasa percaya dihati Karina terhadap apa yang dikatakan Suto. Karenanya, Suto Sinting pun berani lanjutkan penjelasannya dan tak keberatan untuk ceritakan kembali pengalaman anehnya di dalam gua tersebut.

Aku hanya bertemu dengan Eyang Tapak Lintang. Beliau sempat bicara padaku."

"Tentang pedang itu?!"

"Pedang itu telah hilang, dicuri seseorang."

"Tunggu dulu," sergah si Burung Bengal.

"Kau bertemu dengan si Tapak Lintang?! Rasa-rasanya itu tak mungkin. Rukmina pernah mengatakan padaku, bahwa Tapak Lintang bicara padanya tentang alam kelanggengan. Tapak Lintang mengaku sudah berada di alam keabadian, Dan itu berarti dia sudah meninggal dunia. Tidak hidup lagi di alam kita ini!"

"Aku percaya, Ki! Aku sependapat denganmu. Karena setelah kulihat bekas tempat pedang ditancapkan yang membentuk lubang besar itu, Aku segera berpaling ke arahnya untuk mengatakan sesuatu. Tetapi pada saat itu pula aku terkejut sekali. Eyang Tapak Lintang sudah tidak ada, Yang ada hanya tulang belulang yang telah dililiti benang laba-laba"

"Ajaib sekali!" gumam Ki Dharmapala dengan wajah penuh kekaguman yang menegangkan.

"Antarkan aku ke sana, Suto!" tiba-tiba Karina bicara penuh semangat.

"Aku harus menggantikan ibuku untuk datang ke Gua Perawan Maut itu!"

"Untuk apa?" tanya Suto Sinting dengan kalem.

"Kau tidak akan menemui apa-apa di sana, selain hanya kerangka lapuk dan lubang bekas pedang menancap. Pedang itu telah dicuri orang."

"Siapa pencurinya?!"

Itu yang belum kuketahui!".ujar Suto Sinting.

"Tapi yang jelas, beliau mengharap agar aku membantu titisannya untuk dapatkan Pedang Jagal Keramat itu."

"Titisannya?" gumam Ki Dharmapala bersama-sama dengan muridnya. Lalu, sang murid lanjutkan kata dalam bentuk tanya kepada Pendekar Mabuk.

"Siapa titisannya itu, Suto?"

"Kalau kutahu, Aku tak akan mengejar Jahanam Tua. Karena agaknya Jahanam Tua mengetahui siapa titisan Eyang Tapak Lintang itu."

"Benarkah dia mengetahuinya?"

"Kusadap percakapannya ketika berhadapan dengan Santana, sahabatku! Dia mencari orang yang berhasil membunuh Hantu Urat Iblis di Bukit Kecubung. Menurutnya, ia mendapat wangsit dari dewata bahwa orang yang berhasil membunuh Hantu Urat Iblis itu adalah orang yang akan menjadi penghalang bagi titisan Eyang Tapak Lintang. Karenanya, ia ingin membunuh orang itu agar dapat hancurkan hidup si titisan tersebut."

"Mengapa ia ingin hancurkan titisan Eyang Tapak Lintang?!" tanya Karina dengan serius sekali.

"Itu yang perlu kuselidiki. Ada apa di balik niatnya menghancurkan titisan petapa sakti itu?!" ujar Suto Sinting membuat si Burung Bengal dan muridnya tertegun dalam kebisuan.

"Karena itulah aku ingin mengejar si Jahanam Tua dan bila perlu bertarung dengannya, jika benar dia ingin membunuhku."

"ingin membunuhmu?"

"Ya, karena akulah orang yang membunuh Hantu Urat lblis di Bukit Kecubung itu!"

"Ooo." Karina dan gurunya sama-sama bengong dan manggut-manggut. Lalu, Karina tiba-tiba ajukan Usul dengan wajah penuh semangat dan matanya berbinar-binar menunjukkan kesungguhannya.

"Aku ingin ikut denganmu, Suto. Apakah kau keberatan?!"

Pendekar Mabuk tak bisa menjawab seketika itu pula. la memandang si Burung Bengal bagaikan minta pertimbangan sang guru. Tetapi sang guru hanya angkat pundak pertanda pasrah dengan keputusan si Pendekar Mabuk sendiri. Suto menjadi tambah bingung dan sulit memutuskannya.

...*...

...* *...

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!