Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.
Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.
Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Menjajaki Peluang Baru
Sepulangnya Barata dan David, tampak Faisal mulai banyak merenung sambil sesekali membuka handphonenya.
"Apa ada hal yang penting sampai mereka rela berkunjung jauh-jauh ke sini?" tanya Hanum sambil duduk di hadapan Faisal.
"Ini ada kerjaan untuk melakukan kunjungan ke debitur KPR yang bermasalah. Kalau di kantor Bu Juli, kolektor yang berhasil memberikan informasi terbaru secara lengkap dibayar Rp50.000 per debitur."
"Oke. Lalu?"
"Kalau Ayah bersedia menangani debitur di Bengkulu dan berhasil membayar lunas akan diberikan komisi berlayer 50%. Tapi biaya operasional itu menjadi tanggung jawab kita sendiri. Istilah mudahnya ya sebagai sub agen Bu Juli."
"Ya, dicoba saja dulu seperti apa sistem kerja dan bagaimana peluangnya. Apakah banyak kasus debitur yang harus disurvey?" tanya Hanum lebih lanjut.
"Belum tahu, katanya masih dinventarisir dulu daftar debitur yang di Bengkulu. Mungkin baru besok siang dikirim via email." terang Faisal.
"Bismillah kita pelajari peluang yang bisa dimanfaatkan, percayalah ini salah satu jalan ikhtiar menjemput rejeki yang Allah tunjukkan." ucap Hanum dengan tetap menekankan husnudzon kepada Allah.
Tanpa harus menunggu esok hari, email yang ditunggu Faisal masuk lebih awal. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi sekaligus penasaran dibukanya email dari David itu. File Excel yang masuk langsung didownload dan dibukanya. Terpampang tabel nama-nama Debitur yang bermasalah beserta alamat lengkap rumah dan total tunggakannya. Total nama debitur yang diterima ada 30 orang.
"Bu, email-nya sudah masuk nih. Kalau membaca sekilas, alamatnya bukan Kota Bengkulu semua, ada juga dari Bengkulu Utara dan Selatan." Faisal mencoba menerangkan isi email tersebut pada Hanum.
Hanum pun ikut melihat dan membaca data-data yang diperlihatkan Faisal.
"Ini harus dicek betul alamat rumahnya satu persatu. Coba saja mulai dari alamat rumah yang di Kota Bengkulu, apa sudah betul semua lokasinya." jelas Hanum setelah memilah beberapa alamat yang tertera.
"Ya sudah mulai besok saja kita searching alamatnya dulu, ngecek beneran di kota apa bukan. Setelah yakin baru kita survey langsung ke lokasi.
...🌾🌾🌾🌾🌾🌾...
Keesokkan harinya seperti biasa setelah selesai mengantar kue ke kantin kampus, Hanum mulai serius di depan laptop. Satu persatu alamat yang ada di list debitur di cek kebenaran dan lokasinya. Dari 30 nama yang ada dalam daftar, ada 6 alamat yang masih di sekitar Kota Bengkulu, meskipun secara jaraknya lumayan cukup jauh sekitar 20-35 km dari tempat tinggal Hanum. Hanum munai memberikan beberapa catatan pada daftar nama debitur yang sudah dia print sebelumnya. Tahap berikutnya baru dia mengecek lagi yang lokasinya berada di luar Kota Bengkulu.
"Yah, ini bisa kita kunjungi alamatnya dalam waktu 2 hari. Ibu sudah bagi berdasarkan rutenya, jadi ada 3 yang memiliki rute sama dan 3 lagi yang rutenya berbeda-beda. supaya efektif kita mulai kunjungan ke titik yang serute." terang Hanum sambil menunjukkan map yang terpampang di layar laptop.
"Boleh. Besok setelah kita mengantar kue, langsung saja kunjungan ke lokasi. Biar Ayah hari ini mencoba melacak dari medsos, barangkali saja ada petunjuk tambahan." balas Faisal sambil menunjukkan handphonenya yang tersambung ke halaman Facebook.
Setelah Faisal seharian menelusuri account yang memiliki nama-nama sama di Facebook, rupanya ada petunjuk tambahan untuk salah satu nama debitur. Dan itu cukup menambah semangat Faisal untuk menggali lebih dalam informasi debitur tersebut. Rupanya nasib baik sedang menghampiri, karena Faisal bisa melihat data no kontak yang baru dari debitur tersebut. Faisal tak sabar menunggu esok untuk memastikan kebenaran informasi yang didapatkannya.
Akhirnya pagi yang sudah ditunggu pun tiba, Hanum dan Faisal telah selesai bersiap untuk menjalankan rencananya. Jaket yang agak tebal membungkus tubuh keduanya, tak lupa helm yang tertutup pun dikenakan. Dengan mengendarai sepeda motor, perjalanan cukup panjang pun dimulai. Doa pun tergantung dari bibir keduanya, memohon perlindungan dan keselamatan dari yang Maha Kuasa. Tak ada percakapan diantara keduanya, Hanum masih terus melafazkan dzikir dan tangannya tak lepas dari Tasbih digital di jari telunjuk kanan.
Alamat pertama yang mereka datangi ternyata rumah kosong yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Faisal mengambil beberapa foto rumah dan foto selfie sebagai bukti kunjungan. Disaat mereka berdua sedang mengambil foto, lewatlah seorang Bapak yang juga berhenti untuk menyapa Hanum dan Faisal.
"Selamat siang Ibu, Bapak. Perkenalkan saya Wandi, Ketua RT di sini. Saya perhatikan Bapak dan Ibu dari tadi di sini, apa mungkin ada yang bisa saya bantu?" tanya Bapak yang mengenalkan dirinya sebagai penanggungjawab di daerah itu.
"Selamat siang juga Pak Wandi. Perkenalkan Saya Faisal dan ini Hanum. Saya memang sedang mendapat tugas dari Bank xxx untuk melakukan kunjungan ke rumah Pak Danu. Apakah betul ini rumahnya Pak Danu Iswanto?" tanya balik Faisal kepada Pan Wandi.
"Betul. Rumah ini sebelumnya dihuni oleh Pak Danu, tapi sejak 6 bulan lalu sudah tidak ditempati lagi. Saya juga tidak tahu pindahnya ke mana. Sebelumnya juga ada orang yang menanyakan Pak Danu, hanya saya lupa dari mana" jawab Pak Wandi
"Begitu ya Pak. Pantas saja sudah kotor dan rumputnya tinggi. Apa selama ini tidak ada yang berkunjung untuk membersihkan rumahnya Pak?"
"Setahu saya sejak ditinggalkan belum pernah ada yang menengok rumah ini lagi. Saya juga sudah mencoba menghubunginya, namun tidak pernah tersambung."
"Terima kasih Pak Wandi untuk informasinya. Saya masukkan suratnya di kotak surat ini saja, barangkali nanti beliau berkunjung ke sini."
"Sama-sama Pak Faisal, semoga saja Pak Danu bisa menghubungi Bapak secepatnya."
"Semoga saja Pak. Kami mohon pamit Pak Wandi, sekali lagi terima kasih" pamit Faisal dan Hanum.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke tempat kedua, yang memerlukan waktu tempuh 30 menit dari tempat pertama. Begitu tiba di lokasi yang dituju, tampak rumah tertutup rapat. Mobil yang terparkir di garasi menandakan adanya penghuni rumah tersebut. Hanum mencoba mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Setelah mencobanya selama 3 kali, namun tak ada jawaban dari dalam rumah, Hanum memutuskan mengakhirinya. Faisal tak lupa untuk mengambil beberapa foto dan menyelipkan surat pemberitahuan kunjungan di bawah pintu depan.
Lalu merekapun kembali ke tempat motornya parkir.
"Maaf Pak, kalau boleh saya tahu Bapak tadi berkunjung ke rumah itu ya?" tiba-tiba seorang Bapak menghampiri Faisal.
"Eh iya Pak. Saya mau berkunjung ke rumah Ibu Reni Anggraeni, tapi tidak ada yang menjawab salam kami"
"Ibu Reni? Setahu saya yang menempatinya pasangan suami istri, dan kebetulan istrinya itu sedang hamil. Tapi sepertinya bukan Bu Reni namanya" jelas Bapak tadi lebih lanjut
"Apa betul ini perumahan Pesona Baru Indah, Kelurahan Bumiayu?"
"Iya betul"
"Apa rumah tadi itu nomor H18?"
"Berarti alamat yang saya cari sudah sesuai. Kami mendapat instruksi dari Bank XXX untuk mengunjungi rumah tersebut dan memastikan pemiliknya betul atau tidak. Apabila memang sudah berganti pemilik, berarti saya tinggal melaporkan hasil temuan di lapangan"
"Oh begitu. Baiklah Pak, saya hanya heran ada tamu tapi yang punya rumahnya tidak keluar"
"Mungkin sedang tidur siang Pak. Kami pamit ya Pak" ucap Faisal yang telah menyalakan kembali motornya.
"Silahkan Pak. Hati-hati di jalan"
"Terima kasih Pak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh"
"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh"
Faisal pun kembali melakukan kendaraannya menuju ke alamat yang ketiga. Ternyata perlu waktu tempuh hingga 1 jam, namun hal itu tidak menyurutkan semangat Faisal dan Hanum. Setelah berhasil menemukan rumah yang dituju, ternyata rumah itu juga dalam keadaan kosong dan tidak terawat. Faisal mencoba bertanya pada beberapa warga yang lewat, tapi tidak ada yang mengetahuinya. Menurut warga tersebut, rumahnya sudah kosong cukup lama, satu tahun lebih. Tak sampai setengah jam di rumah itu, Faisal dan Hanum langsung memacu kembali motornya menuju arah pulang. Tak lupa mereka mampir di Mesjid untuk sholat Dzuhur yang sudah hampir habis waktunya sekaligus menunggu adzan ashar tiba. Mereka berdua juga menyempatkan untuk makan siang di warung yang kebetulan ada di sekitar mesjid.
...🌾🌾🌾🌾🌾...
Setelah seharian melakukan perjalanan yang cukup jauh, akhirnya Hanum memutuskan libur membuat kue untuk besok. Selain rasa lelah yang mendera, juga bahan-bahannya belum tersedia karena sampai di rumah sudah sore hari hingga tidak sempat berbelanja. Faisal kembali mencocokan informasi yang didapatnya dari medsos, untuk dihubungi esok paginya.
Karena pagi ini libur jualan, Hanum tampak lebih santai. Dia hanya memasak sarapan dan mencuci pakaian yang sudah 3 hari menumpuk.
Jam 9:15 tampak Faisal mencoba menghubungi debitur atas nama Reni Anggraeni. Begitu tersambung, Faisal langsung memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud menghubunginya. Setelah melalui perbincangan yang cukup lama, akhirnya Faisal mendapatkan kontak pemilik rumah yang baru. Informasi yang didapat, rumah itu sudah ditake over oleh sepupunya, jadi yang bertanggungjawab sekarang sepupunya. Faisal pun menghubungi pemilik baru yang bernama Erik, dan dia berjanji untuk menghubunginya 3 hari mendatang.
"Bagaimana Yah? Bisa dihubungi?" tanya Hanum yang baru selesai menjemur menghampiri Faisal.
"Alhamdulillah bisa. Dia minta waktu 3 hari untuk membicarakannya dulu dengan keluarga. Ya semoga saja rejeki kita" jawab Faisal dengan nada gembira.
"Aamiin. Semoga Allah memudahkan semua ikhtiar kita."
Sesuai janjinya Erik menghubungi Faisal dan menyampaikan hasil negosiasinya dengan pihak bank.
Dia akan membayar sebesar Rp100 juta dan mencicil selama 3 bulan. Akhir bulan ini akan dibayar Rp 35 juta. Hanum dan Faisal merasa bahagia dan tak lupa bersyukur karena Allah memudahkan ikhtiar mereka. Info tersebut disampaikannya kepada David, meskipun David lebih suka dibayarkan secara full satu kali saja, tapi karena hasil nego dengan pihak bank, dia tidak bisa berkomentar banyak. Hanya memastikan supaya komit dengan janjinya.