Akira Yamaguchi, cucu perempuan satu-satunya di keluarga Yamaguchi. Keluarganya merupakan klan Yakuza terkuat di Jepang. Dibalik, semua orang yang melihatnya sebagai gadis tak berperasaan dan dingin, ada rahasia mengapa Akira selalu menampilkan sifat dinginnya.
Kenta Ishikawa atau biasanya dipanggil, Ken. Merupakan seorang Yakuza yang dijuluki Iblis Klan Yamaguchi. Berhati dingin, tanpa ampun, dan merupakan orang kepercayaan dari pemimpin Klan Yamaguchi. Dia jatuh hati pada cucu bosnya sejak mereka pertama kali bertemu.
Namun, Kenta tahu cintanya itu terlarang, dia hanya diam memendamnya dan terus berusaha menjaganya dan mengawasinya.
Kisah cinta terlarang anggota Yakuza dan cucu bosnya, juga konflik antar Klan Yakuza, akankan membawa pelabuhan pada hubungan mereka berdua yang hanya sekedar Nona dan Penjaganya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimiHaruka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan
Udara pagi terasa semakin dingin, musim gugur telah berada di akhir musim. Hanya kurang dari 2 minggu sudah masuk musim dingin. Musim yang sering membuat Akira sakit.
Akira duduk di meja makan, sarapan telah Kenta siapkan untuknya, dia masih belum bergeming mengambil makanannya.
Dia masih memikirkan video CCTV yang diberikan Ken padanya. Dia tak sadar jika tempat yang biasanya dia buat kabur sudah di pasang CCTV. Untung saja saat itu dia memakai celana panjang olahraganya.
"sejak kapan CCTV itu ada disana Ken?" tanya Akira.
Kenta meletakan sumpitnya sejenak, "beberapa hari lalu" jawabnya.
"haa kamu yang suruh buat pasang ?" kesal Akira.
Kenta tak menjawab, dia melanjutkan sarapannya. Akira sudah bersungut kesal, tanpa di jawab pun Akira tahu pasti ulah Kenta.
"cih", Akira memakan sarapannya dengan perasaan kesal dan mengumpati Kenta dalam hatinya.
Kenta hanya memperhatikan tingkah kesal Akira dan tersenyum tipis.
"aku masih mengusahakan agar dia tidak mengganggu kamu lagi" ucap Kenta, Akira meletakan sumpitnya kasar.
"kalau kamu mau temuin dia lagi mending nggak usah yang ada dia makin ganggu aku Ken!" jawabnya dengan nada tinggi.
Belum sempat Kenta menjawab, Akira sudah bangkit dari tempat duduknya, "aku selesai makasih buat makanannya aku berangkat duluan bareng Aoi"
Kenta menghela nafasnya berat, dia tahu jika Akira marah padanya. Dia harus menyelesaikan segera urusan Yuki, jika tidak Akira akan terus mendapatkan gangguan.
Saat Kenta ingin menghubungi seseorang, Sora datang menemuinya.
"Ken-san Oyaji ingin memanggilmu" ucapnya.
"aa iya" jawab Kenta, Ken segera bangkit dari duduknya merapikan piring dan sisa sarapan tadi dan segera menemui Oyaji.
Kenta merasa jika ini akan membahas terkait keluarga Yuki. Wanita itu memang tidak tahu jika, Akira adalah cucu dari keluarga Yamaguchi.
Kenta hanya memberi alasan jika Akira memang di titipkan padanya, karena orang tuanya sibuk bekerja. Yuki hanya tahu Akira bertetangga dengan rumah utama keluarga Yamaguchi yang Kenta layani.
Alasan Yuki tak menyukai Akira karena kedekatan mereka, dan di sekolah pun Akira tak pernah memakai nama lengkapnya, kesepakatan itu atas permintaan Akira sendiri.
...----------------...
Akira berjalan di sepanjang lorong kelas dengan perasaan kesal. Raut wajahnya yang cuek jarang tersenyum membuatnya semakin di pandang dingin dan tak bisa di dekati.
Yui yang melihat Akira spontan saja dia memanggilnya, "hoeey Akira", teriak Yui.
Akira yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dengan malas, dia sudah hafal suara yang memanggilnya.
Yui pun mendekatinya dan berkata, "eh aku dapat panggilan lewat email dari wali kelas tapi bukannya tempat itu nggak ada cctv ya?" bisiknya.
Akira menghela nafasnya dan menjelaskan ke Yui, "Kenta yang minta dipasang, aku aja nggak tau" ucapnya kesal.
Yui terkejut dengan ucapan Akira, "whaaat ? Kapan?"
"beberapa hari lalu" jawabnya.
"pantes sih, masih pagi dah bersungut kesal kamu" ucapnya sambil terkekeh geli.
Akira melihat gerak gerik Yui, yang seakan seperti tidak peduli dengan surat panggilan itu. Meskipun hal ini sudah biasa Akira lihat dari Yui, namun terkadang dia juga berfikir sahabatnya ini hidupnya pun tidak baik-baik saja.
"yah di pastikan kakak aku mana peduli" ucap Yui sambil tertawa.
Akira hanya berdecih, dia tahu jika keluarga Yui memang berantakan dan Yui memendam lukanya sendirian, Yui selalu terlihat ceria tidak seperti dirinya.
...----------------...
Pelajaran berjalan dengan baik, jam istirahat masih kurang 1 jam lagi. Saat ini hanya ada latihan soal untuk ujian. Semua siswa tenang mengerjakan.
"susah banget jawabannya apaan sih" gumam Yui.
"hey Akira jawabannya berapa sih ?" bisik Yui.
Akira yang sedang fokus terpaksa mendongak kala suara berisik sahabatnya mengalun di telinganya.
"nih " sambil menyodorkan kertas jawaban.
Yui menerima dengan senang, belum sempat ia ingin mengerjakan lagi, "udah selesai Akira?" tanya Kazuki lirih.
Akira memutar bola matanya malas dan berkata "belum".
Jawaban yang dingin dan cuek cukup membuat Kazuki terdiam tak bertanya lagi. Akira malas berurusan dengan Kazuki, belum lagi ada yang menatapnya sinis sedari tadi.
"cih siapa juga yang doyan modelan laki kayak dia" gumamnya saat melihat Mei terlihat menatapnya sinis.
...----------------...
Akira berjalan di lorong menuju kelas sendirian. Sedangkan Yui, setelah dari kantin dia harus di panggil ke kantor masalah kemarin saat dia bolos. Yui di panggil karena walinya memang tidak datang, seperti itu terus setiap dia mendapat teguran masalah kenakalan Yui.
Mereka berdua sudah langganan datang ke ruang kesiswaan, yang paling banyak adalah Akira dan Mahira tentu saja. Tadi pagi, Akira dan Yui sudah mendapat teguran dari guru olahraganya, mereka harus merangkum 2 bab materi yang kemarin di bahas saat pelajaran.
Saat Akira tengah asik berjalan sambil memakan lolipopnya, terlihat geng Mahira yang sedang berjalan di antara segerombolan laki-laki yang tengah menikmati waktu istirahat dengan bercanda ria bersama teman mereka.
Ide gila terlintas di fikiran Akira, dia terlihat menyeringai dengan senyum jahat yang terukir di wajahnya.
"saatnya bermain" gumam Akira sambil menyeringai licik.
Dia melihat ada bak berisi air bekas pembersih lantai, Akira membawanya dan berjalan santai menuju Mahira.
Mahira yang masih kecentilan dengan para siswa tak sadar jika Akira mendekatinya dari belakang dan-
byuuurr......
Akira menyiram air bekas itu ke arah Mahira, yang membuat semua orang disana terkejut.
"what the hell" umpat Mahira, seketika itu Mahira membalikan badannya dan mengetahui siapa yang sudah menyiramnya.
Teman-temannya masih dengan keterkejutan, dengan kejadian yang begitu cepat itu. Bahkan semua pandangan siswa-siswi menuju mereka berdua.
Akira yang mendapat tatapan marah dari Mahira hanya menyeringai dengan senyum jahatnya.
Plakk.....
Mahira menampar Akira kuat, "dasar gilaa " teriak Mahira.
"otak kamu dimana ha? Datang-datang bikin masalah" ucap teman Mahira, Leta.
Akira mengangkat wajahnya dan menyentuh bekas tamparan yang terlihat memerah di wajahnya. Seringai itu terbit dari bibirnya.
"hahaha...hahahaha.......hahahahahahaha", suara tawa Akira yang terdengar semakin keras dan menyeramkan.
Akira memandang Mahira remeh dan berkata dengan nada rendah, "lanjut dong, kemarin kayaknya berani banget nyiram aku deh".
Beberapa siswa terdengar berbisik dan menyalahkan Mahira. Mahira nampak gelisah dia tahu jika berurusan dengan Akira, dia selalu takut dengan raut wajahnya yang terlihat seperti seorang psikopat.
"huu ternyata dia mencari gara-gara"
"duh di lawan balik kok diem nggak berani"
"ya memang sama-sama problematik"
"ya itu bukan salah Hira sih nggak sengaja aja" ucap Ichi yang berusaha membela Mahira.
"bener banget tuh kan salah mulut temenmu itu" timpal Leta. Mahira yang sudah tersulut emosi karena melihat wajah Akira yang memandangnya remeh.
Yui yang baru saja keluar ruang kesiswaan langsung menuju tempat keramaian. Di lihatnya Akira yang membawa timba dan Mahira yang basah kuyup.
Yui menahan tawanya dan mendekati mereka, "hahaha nih pasti kerjaan Akira" batinnya.
"perasaan cerah deh kok basah kehujanan dimana tuh" ejek Yui sambil tertawa, Akira hanya tersenyum sinis pada Mahira yang terlihat menahan amarahnya itu.
Saat Akira akan beranjak dari tempat itu, tiba-tiba saja Mahira menjambak rambut Akira kuat.
greep.....
"oh shittttt " umpatnya.
"lepasin" teriak Akira dengan nada rendahnya. Bukan di lepaskan Mahira semakin mengeratkan jambakannya.
"nggak bakal aku lepasin sebelum kau minta maaf" geram Mahira.
"hee apa-apaan minta maaf ? Yang salah siapa ha ?" kesal Yui.
Yui berusaha melerai tangan Mahira dari Akira, namun Leta malah mendorongnya.
"kamu diem nggak usah ikut campur" ancam Leta pada Yui setelah mendorongnya.
"emang udah gila semua satu geng" kesal Akira, dia langsung berdiri dan menatap tajam Leta.
Akira masih memberontak berusaha melepas tangan Mahira dari rambutnya.
"mau terus kayak gini ?" ucapnya sinis.
"ya sebelum kau minta maaf dasar anak pembawa sial tidak memiliki orangtua membuatmu tidak ada etika" ejek Mahira pada Akira, dia mengeratkan tangannya pada rambut Akira.
Kata-kata itu mampu membangkitkan sisi gelap sifat Akira, dia meremas kuat tangan Mahira dengan kukuknya.
Mahira terlihat kesakitan, karena remasan kuku Akira, dengan gerakan cepat dan tajam Akira memutar badannya dan menendang Mahira.
Mahira terkejut dan kehilangan kesimbangan, dia terjatuh dengan posisi terduduk dengan helaian rambut Akira di tangannya.
Akira mengatur nafasnya berat, terasa nyeri di kepalanya karena rambutnya yang di jambak Mahira.
"gilaaaa kau Akiraaa " teriak Mahira.
Mahira mencoba bangkit, namun Akira sudah mendekatinya dengan kilatan amarah di matanya. Akira kembali menendang Mahira sebelum dia berhasil bangkit dan berjongkok di dekatnya dan mencekik leher Mahira kuat.
Mahira memberontak kesakitan, dia mencakar tangan Akira, sedangkan para siswa yang melihatnya sudah heboh, begitupun dengan Leta, Ichi dan Yui.
"kau tau Mahira, aku bukan tak berani denganmu tapi jika kau masih ingin menguji kesabaranku cobalah, kau akan mendapat lebih dari ini"
Ucapan dengan nada rendah dan sangat dingin mampu menusuk semua orang, bahkan mereka yang tadinya mencoba menolong, terdiam tak berani bergerak.
Mahira mulai terbatuk dengan cekikan tangan Akira di lehernya. Mahira berusaha memberontak sampai nafasnya rasanya tercekat.
Sorot mata itu, mata yang dingin, penuh dengan keinginan membunuh. Yui yang melihat Akira yang semakin diluar kendali, berusaha memisahkan mereka.
"stop Akiraaa" teriak Yui sambil menarik tubuh Akira.
"woooy kalian diem aja tolongin temen kalian heyy" kesal Yui pada geng Mahira.
Para siswa yang tadinya hanya sedikit kini mulai riuh berkumpul karena keributan Mahira dan Akira. Bagi mereka ini sudah hal biasa, karena Mahira sering memprovokasi Akira.
Mereka tidak berfikir jika sampai seperti ini tindakan Akira membalas Mahira, biasanya Akira hanya akan menatap tajam Mahira atau mengumpatinya.
"hey...hey ada apa ini?" suara berat itu berasa dari ketua Osis mereka, Ryu Araken. Dia datang bersama wakilnya Mei Tachibana.
Semua siswa yang tadinya bergerombol langsung berpencar memperlihatkan Mahira yang terduduk sambil memegang lehernya merah. Sedangkan Akira berdiri menatap tajam pada Ryu dengan wajah memerah di sebelah kirinya akibat tamparan Mahira tadi.
"kalian selalu saja membuat masalah, kalian semua bubar" teriak Ryu.
Namun, Ryu tampak memandang Akira dengan raut khawatir. Dia tahu jika Mahira yang selalu memprovokasi Akira.
Tatapan Mei selalu memandang rendah mereka berdua, dia pun berlalu bersama Ryu untuk membuat laporan pada komite kesiswaan masalah ini.
...----------------...
Yui segera menarik Akira pergi, dia tahu Akira dalam keadaan tidak tenang. Mereka sampai disini tepatnya di halaman belakang.
Akira merasakan pusing di kepalanya, dia seperti melihat banyak darah di ingatannya.
"duduk Kira, aku ambilin minum", Yui berlalu ke mesin minuman yang berada di dekat taman belakang.
Akira masih terngiang dengan ucapan Mahira 'dia anak pembawa sial'. Ucapan itu mampu memprovokasi sisi gelap dalam dirinya.
Akira melihat telapak tangan, sekilas menampakan berlumuran darah. Akira menggeleng, dia kembali melihat tangannya yang bergetar, dia memejamkan matanya sejenak.
"astaga apa yang aku lihat kenapa tanganku berlumuran darah"
Akira kembali membuka matanya, dia ketakutan namun dia melakukan teknik pernafasan dalam agar tetap tenang, itulah yang sering Kenta ajarkan padanya, supaya dia bisa mengendalikan emosinya.
"minum gih biar kamu tenang" Yui menyodorkan botol minuman pada Akira.
"makasih Yui" balasnya.
Yui menatap Akira, tatapanya sekarang kosong.
"Udah tenang?" tanya Yui.
"Aku balik dulu Yui, kayak biasanya tolong" ucap Akira.
"Ya udah istirahat ya, nanti aku izinin ke guru piket"
Tak lama penjaga Akira datang dan menjemput Akira, dia tadi sempat menghubungi Kaito yang menjadi penjaganya agar di antar pulang.
Saat di mobil, Akira berusaha tetap tenang menahan sakit lagi di dadanya.
"kejadian tadi jangan bilang Kenta, Kai" ucap Akira lirih.
Kaito yang tadi sempat mendapat laporan dari Shinji jika Akira berkelahi, ingin melaporkan langsung pada Kenta, namun belum sempat dia menghubungi Kenta, Akira menghubunginya dan menyuruhnya menjemputnya.
Kaito tampak gelisah dan bingung harus menjawab apa, akhirnya dia berkata, "baik Nona".
"apa-apaan tadi bisa habis sama Ken-san entar". Kaito merutuki mulutnya yang bodoh ini.
...----------------...
Visualisasi Mahira & Geng : Leta, Mahira, Ichi (dari Kiri ke Kanan)
Cr. Pinterest
Edit by Wink AI
...----------------...
Cerita ini hanya fiksi belaka, tidak ada hubungan dengan tokoh atau organisasi manapun. Mohon bijak dalam membaca dan berikan komentar, saran, atau kritik yang sopan dan membangun. Arigatou Gozaimasu.