Cinta itu buta, mengaburkan logika dan hati nurani. Itulah yang Andien alami dalam pernikahannya bersama Daniel.
Setelah lima tahun berusaha mengembalikan perusahaan Barmastya ke performa yang lebih baik, pada akhirnya Andien tetap dibuang oleh sang suami begitu cinta pertamanya kembali.
Bukan hanya waku, perasaan, namun juga harta dan pikiran telah Andien curahkan kepada suami dan keluarganya pada akhirnya hanya satu kata yang didapatkannya “Cerai” dan diusir tanpa membawa apapun, terlunta-lunta dijalan dan terhina.
Disaat tengah merenggang nyawa, Andien yang terkapar dipinggir jalan tiba-tiba terselamatkan oleh sebuah keajaiban yang memberinya sebuah system bernama Quen System.
Dengan bantuan system, Andien bangkit. Menjadi sosok wanita sukses, kuat dan kaya raya. Diapun membalas semua perbuatan buruk sang suami dan orang-orang yang menyakitinya satu persatu dimasa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUKUM TABUR TUAI
Clarissa berjalan menyusuri kampus oranye dengan penuh nostalgia. Menjadi muda lagi ternyata sangat menyenangkan.
Kali ini, dia bertekad untuk menebus hilangnya masa muda yang penuh semangat dan memenuhi cita-cita yang belum tercapai dalam hidupnya.
Clarisa berjalan cukup pelan, setapak demi setapak seolah jejak yang dia tinggalkan akan mengukir cerita baru dalam hidupnya.
Kampus tak terlalu ramai karena masih musim liburan dan hanya para mahasiswa senior yang sedang menyusun skripsi serta yang aktiv dalam organisasi yang terlihat berlalu-lalang.
Begitu sampai di ruang pendaftaran, Clarissa pun segera mengisi berkas yang disodorkan kepadanya dengan cepat. Begitu selesai, diapun segera menyerahkannya kepada petugas setelah dia menyelesaikan pembayaran administrasi dibank kampus melalui transfer secara online terlebih dahulu.
“Berkas sudah kami terima. Selanjutnya, kakak tinggal tunggu kabar selanjutnya dari kami. Pihak kampus nanti akan menghubungi kakak untuk proses selanjutnya”, ucap petugas pendaftaran ramah.
“Baik. Terimakasih kak. Saya tunggu kabar selanjutnya”, jawab Clarissa sambil tersenyum lebar.
Begitu selesai menerima kertas pendaftaran yang nanti dipergunakan untuk mendaftar ulang, Clarisapun segera berjalan keluar dari dalam ruangan, meninggalkan beberapa pasang mata yang masih tenggelam dalam pesonanya.
“Calon mahasiswi S2 dia. Wah, hebat juga, 19 tahun sudah lulus S1”, guman salah satu pemuda yang melihat draft pendaftaran Clarissa.
Semua orang yang ada disana mendengar itu pun mulai penasaran dan melihat biodata pribadi murid baru tersebut sambil mulai memindahkan nomor telepon Clarissa untuk mereka simpan.
Lumayanlah jika bisa berkenalan dengan cewek cantik yang cerdas, itulah yang ada dalam benak para pria muda yang ada disana.
Sebenarnya, Clarissa bisa saja melakukan pendaftaran secara online. Hanya saja, dia ingin melihat sendiri suasana kampus yang akan dia tempati untuk belajar dua tahun kedepan sehingga memutuskan untuk mendaftar secara offline.
Setelah lelah berjalan mengelilingi kampus, Clarissa mampir ke sebuah coffee shop yang ada didepan kampus, berusaha mengamati hal-hal detail didalamnya sebagai bahan referensi untuk coffe shop miliknya nanti.
Sedari masuk kedalam café hingga menyantap dessert didepannya, Clarissa terus mengamati kondisi yang ada dalam coffee shop yang sudah memiliki banyak cabang tersebut dengan cermat dan penuh ketelitian, seperti seorang pengawas, membuat seorang pria muda yang sedari tadi dia datang mengamatinnya pada akhirnya tak bisa menahan diri dan datang menghampiri meja dimana Clarissa duduk dan menikmati hidangan yang ada didepannya.
“Selamat siang kak, apa ada yang bisa kami bantu lagi?”, sapa pemuda itu ramah.
Clarissa yang kepergok hanya bisa nyegir kuda karena ketahuan tengah mengamati pekerjaan semua orang dan dekorasi yang ada dalam café pun berusaha menebalkan mukanya dan melambaikan tangan agar pemuda itu sedikit mendekat kepadanya.
“Mas tahu siapa pemilik café ini?”, tanyanya hati-hati.
Ekpresi pemuda itu langsung gelap karena mengira jika gadis yang ada didepannya itu sama seperti gadis lain yang selama ini datang ke café hanya untuk bertemu dengannya.
Meski sedikit risi akan pertanyaan gadis cantik itu, Arkan, pemuda tampan itu masih berusaha bersikap sopan kembali bertanya. “Kalau boleh saya tahu, ada keperluan apa ya kakak mencari pemilik café ini?”, tanyanya penuh selidik.
Clarissa tampak menoleh kekanan dan kekiri, memastikan jika percakapan mereka tak ada yang menguping.
“Begini, aku memiliki ruko di jalan pahlawan yang rencananya akan aku buat usaha coffee shop. Melihat banyaknya cabang yang " coffee shop Jalani hidup” ini, aku mendapatkan info jika coffee shop ini frenchise ya, jadi aku ingin menemui pemiliknya untuk menanyakan apakah aku bisa bekerja sama dengannya karena menurut informasi, coffee shop disini merupakan pusatnya ”
Mendengar penjelasan Clarissa, Arkan tak langsung percaya karena mencari sebuah ruko di jalan pahlawan sangat sulit, hal itulah yang dia alami selama dua tahun mencoba mendapatkan ruko disana masih belum juga dapat.
Ruko komersil yang dijual sangat cepat laku, sehari saja mereka memberi banner DIJUAl, hari itu juga ruko tersebut pasti sudah sold out.
Arkan tak tahu jika keberuntungan berpihak kepada Clarissa. Kemarin gadis itu mendapatkan ruko disana juga secara tak sengaja ketika melihat banner yang terpampang di Ruko.
Dian, marketing property yang baru saja memasang tanda itu baru saja pergi dan langsung mendapat telepon dari Clarisa, makanya diapun segera mengajak bertemu gadis itu saat itu juga, takut jika dia mengulur waktu maka takutnya ada rekannya yang lain yang akan menjualnya karena di banner selain namanya, ada nama dua rekannya yang lain yang juga dipasang disana.
Melihat keragu-raguan pria muda yang ada didepannya, Clarisa lebih aktiv dan menuliskan nomor telepon dan namanya diselembar kertas nota yang didapatkannya. “Ini nama dan nomor telepon saya. Jika pemilik coffee shop ini tertarik untuk membuka cabang di jalan pahlawan, ruko komersil no.10 bisa langsung menghubungiku”, ujarnya.
Begitu menghabiskan kue yang dia beli, Clarissa yang baru saja memesan taxi online pun segera keluar sambil membawa cup kopinya yang masih belum habis ketika mobil yang di pesan sudah datang.
Arkan yang melihat Clarissa keluar tanpa menoleh setelah memberinya secarik kertas pun hanya bisa menatap sosoknya dengan bingung.
Untuk memastikan jika gadis itu tak hanya modus dan memang benar ingin bekerja sama dengannya, Arkan pun segera memacu mobilnya menuju jalan pahlawan sesuai dengan petunjuk yang Clarissa berikan.
Jika Clarissa tampak menjalani hari dengan lancar dan penuh semangat, lain halnya dengan keluarga Bramastya yang hingga siang ini masih dalam kekacauan.
Intan yang baru saja keluar dari bank X wajahnya kusut dan terlihat sangat lesu tak bersemangat karena dia tak menyangka jika Andien, nyonya muda Bramastya yang baru saja diceraikan ternyata telah menulis surat kuasa kepada pihak bank untuk langsung memblokir semua kartu begitu saldo didalam rekening nol.
Prasetya yang mendengar kabar itu langsung murka dan menyuruh Daniel untuk mencari Andien dan membawanya pulang secepatnya jika tak ingin jatuh miskin dan menjadi gembel.
Siska dan Luna juga menyesali tindakan implusif mereka malam itu. Jika saja mereka menahan diri sedikit, dan memberikan waktu bagi Andien untuk berkemas dan tak mengusirnya tanpa membawa apapun yang justru malah berimbas pada kehidupan mereka, hanya penyesalan yang bisa mereka rasakan saat ini.
Afikah yang setelah sarapan masuk kedalam kamar tamu dengan alasan kurang enak badan, dalam kamar mengeram marah.
Dia sama sekali tak menyangka jika keputusannya untuk kembali kepada Daniel nyatanya sangat salah.
“Tidak. Aku tak bisa bertahan didalam rumah ini. Mereka semua sudah miskin sekarang. Aku harus bisa keluar sebelum ada ikatan apapun dengan Daniel dan mencari target lain yang lebih kaya”, guman Afikah sambil menggigit kuku ditangannya dengan ekpresi kalut.
Afikah yang tak ingin terseret dalam kehancuran keluarga Bramastya berupaya untuk melarikan diri.
Diapun mulai mengemasi barang-barang miliknya dan menunggu suasana rumah lenggang agar dia bisa pergi sebelum Daniel datang dan menggagalkan rencananya.
Keluarga Bramastya sudah mulai mendapatkan karmanya atas perbuatan buruk mereka. Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai dimasa depan.
lanjuut